Dua

97 13 1
                                    

Sebagai dekorator, saya dituntut untuk memahami perilaku manusia di dalam ruangan. Tujuannya satu saja: menciptakan area fungsional yang nyaman dipakai. Banyak yang menyebut saya desainer interior. Memang ada kesamaannya. Dua-duanya punya cita-cita menciptakan ruangan yang menyenangkan. Tapi sayangnya, tidak sesederhana itu. Kalau desainer interior menempuh pendidikan formal untuk mengkreasikan ruangan dan bertanggung jawab atas keseluruhan proses mencipta ruang dalam— termasuk perencanaan, perancangan, dan penataannya—profesi saya lebih ditekankan untuk meningkatkan kualitas suatu ruangan melalui tekstur, warna, dan aksesori. Siapa pun bisa jadi dekorator interior tanpa menempuh pendidikan formal. Yang penting punya cita rasa seni.

Pekerjaan saya cenderung terkait dengan barang-barang lepasan, seperti memilih wallpaper, karpet, perabot, maupun karya seni, seperti lukisan, sculpture, dan hiasan lainnya. Pendek kata, saya ini teman belanja klien-klien saya.

Klien yang paling rajin mengajak belanja adalah Pak Bram. Pria muda itu pemilik beberapa kafe di Jakarta. Sore ini, Pak Bram mengundangmeeting di Tatemukai. Dia jarang mau bertemu di restorannya sendiri. Mungkin khawatir dibilang pelit. Kali ini, dia ingin diskusi tentang dekorasi kamar tidur di rumah barunya.

Sebagai ruangan yang sangat pribadi, penataan kamar tidur harus memberi efek psikologis positif agar si pemakai dapat meningkatkan kualitas tidurnya. Rencananya, saya akan menggunakan warna-warna lembut untuk membantu Pak Bram merelaksasikan pikiran yang lelah setelah seharian beraktivitas. Nanti juga perlu diberi sudut musik untuk terapi rileksasi. Kesibukannya yang cukup tinggi membuat Pak Bram sering terlihat tegang.

"Maaf ya, Non, salah masuk jalan." Suara supir taksi membuyarkan konsep-konsep di kepala saya.

Supir taksi ini, grrrhhh! Sudahlah jalanan macet total begini, dia sok tahu cari jalan sendiri, lalu nyasar sendiri! Belum lagi, smartphone saya mati! Insane traffic. Dying battery. Sleep deprivation (efek hari senin). Aal iz well.... Saya menghibur diri.

Saya telat dua puluh menit dari jadwal yang ditentukan. Bukan Pak Bram yang bikin saya khawatir. Tapi asisten barunya, Lukas. Asisten biasanya lebih galak daripada bosnya. Tapi yang ini bukannya mengomeli saya, malahan memberikan senyuman, membuat matanya jadi hanya tinggal segaris. Bikin saya semaput tiga menit. Apalagi, kesenangannya mengenakan kemeja putih selalu membuat saya panas-dingin. Mungkinkah ini efek karena pria yang ini, ssst...., sudah beberapa hari terakhir ini cukup dekat dengan saya?

Hmm, kalau sudah begini, saya jadi suka hari Senin!

Celebrate The Wait  | ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum