A Million Regret

2.3K 207 6
                                    

A milion mistakes with the mask of love

.


.


.


Seoul hospital, at 21.31 p.m

Sena duduk di sofa empuk balkon kamar rawatnya, menikmati indahnya kota Seoul di malam hari bersama Suho yang sedari tadi tak ada hentinya menatap kearahnya.

Salju mulai turun, dan udara semakin dingin di luar. Saat Sena hendak beranjak dari duduknya untuk masuk kedalam, Suho menahan tangannya.

"Noona," ucap Suho pelan.

"Ya, ada apa?" Ucap Sena langsung ke intinya.

"Apa kau kecewa dengan Sehun hyung?" Lanjut Suho sambil menatap manik mata noona nya.

Sena diam tak bergeming. Tapi tak lama menjawab pertanyaan Suho yang tertuju padanya.

"Iya Suho-ya." jawab Sena sambil menghembuskan nafas lelah dan melepaskan cekalan tangan Suho di pergelangan tangan nya. Kemudian  masuk ke dalam, meninggalkan Suho yang masih duduk di sofa balkon.

Tentang pertanyaan Suho tadi, Ya, Sena kecewa. Amat sangat kecewa dengan Sehun.

Orang yang sangat spesial baginya ternyata menyimpan pedang panjang yang siap di tusukkan kepada Sena.

Bahkan Sena tidak dapat menyangka, bahwa Sehun yang selama ini ia percayai selalu mencintainya dengan sepenuh hati menghianatinya. Sena mungkin tidak menangis di depan Suho --yang terus menatapnya dari balkon tapi tetap saja, setegar apa pun Sena, menangis adalah pelampiasan nya saat ia bahkan tak sanggup lagi menahan beban berat yang tuhan berikan padanya. Jika ini adalah mimpi semata, tolong izinkan Sena bangun dari mimpi buruk ini.

.


.


.

Sena terbangun dengan mata sembab karena semalaman menangis. Seingat Sena, ia tak memakai selimut semalam.

Pasti Suho, batin Sena dengan senyum hangat di wajah pucatnya.

Hingga ada seseorang yang membuka pintu kamar rawat Sena yang ternyata,

Suho kim, yang sudah tersenyum lembut padanya sambil membawa nampan besar berisi makan. Kemudian membuka meja lipat di ranjang Sena untuk meletakan nampan makanan tersebut.

"Aku suapi ya noona?" Ujar Suho sambil mengangkat sedok nya ke mulut Sena.

"Tidak perlu Suho-ya, aku akan makan sendiri." Ujar Sena tersenyum lembut dan mengambil alih sendok dari tangan Suho. Wajah Sena lebih pucat dari biasanya, matanya juga sembab.

Saat Sena mulai mengangkat sendoknya dengan tangan gemetar, lalu memasukkan nya ke dalam mulutnya, Suho yang sedari tadi terus menatap noona nya, sangat ragu untuk mengatakan tentang ginjal noona nya itu.

Would You?Onde histórias criam vida. Descubra agora