BAB 42

158K 15.2K 1.1K
                                    

Selamat membaca:*

***

5 Bulan berlalu begitu cepat, sudah 5 bulan Vasilla dan Vento berpacaran. Vexo dan Gatha pun ikut bahagia dan mereka sangat dekat. Mereka ber 4 sering pergi keluar rumah bersama. Menikmati hari libur panjang ber 4.

Didufan, menongkrong dicafe, membaca buku diperpustakaan umum, bersantai dialun alun kota jakarta, dan menonton bioskop bersama sama.

Kalau kata banyak orang, Vasilla dan Vento sangat cocok. Bahkan tak terpisahkan, layak-nya sepasang sendal.

Tawa, canda, suka dan duka mereka lewati bersama sama. Bullyan disekolahan pun tak terasa pahit sejak Vento dan Vasilla berpacaran. Vento selalu menjaga gadis itu, dan melindungi gadis itu dari apapun.

Yang paling mengharukan adalah, Vento melindungi Vasilla dari siraman air selokan yang hendak Elfin lemparkan kearah Vasilla.

Alhasil, laki laki itu basah kuyup, kotor dan bau. Sedangkan Vasilla yang tengah berdiri dibelakang-nya, masih bersih dan tetap wangi. Vento tidak marah pada Elfin, dia tersenyum pada Vasilla sebelum akhir-nya menarik gadis itu pergi ketoilet sekolahan untuk membersihkan diri.

Minggu ini, Vento tampak lebih sibuk karena sudah mau naik kekelas 12. Laki laki itu jarang ada disisi Vasilla, namun dia masih melindungi Vasilla saat dia ada disamping Vasilla.

Vasilla juga ikut sibuk. Latihan tambahan, kelas tambahan untuk ujian dan beberapa tugas yang harus dia kerjakan, sama dengan Vento.

***

Vento mengecup kening Vasilla. "Aku mau kerjain tugas dulu. Kamu gapapa kan, ditinggal lagi? Maaf ya ..." Vento tersenyum. "Kalau udah free, nanti pasti aku selalu temenin kamu 24 jam, full." lalu Vento mengusap puncak kepala Vasilla.

Gadis itu tersenyum manis. "Iya, kamu pergi aja sana. Hati hati ya ...?" gadis itu melambai pada Vento, membiarkan Vento memasuki mobil-nya dan pergi setelah mengantar Vasilla sampai kerumah.

Vasilla berbalik lalu masuk kedalam rumah-nya. Gadis itu tersenyum lebar sambil menghempaskan tubuh-nya keatas sofa diruang tengah, tepat disamping Gatha yang tengah menonton tv.

"Abis nge-date sama Vento lagi? Kenapa senyum senyum?" Gatha mencolek dagu Vasilla.

Gadis itu tambah tersenyum lebar. Tak lama kemudian, Luna datang dan meletakkan segelas jus apel dihadapan Vasilla. Vasilla meminum jus itu hingga habis lalu kembali tersenyum.

"Luna ..."

"Iya, non Silla?"

"Ga usah panggil non. Panggil nama aja."

"Iya ... Si-Silla ..."

"Kamu takut gak sama aku?"

Luna mengernyit heran. "Takut?"

"Aku ini kan--"

"Emang-nya apa salah-nya dengan indigo. Justru aku senang banget sejak tau kalau kamu itu indigo. Beda sama yang lain, keren ..." mata Luna berbinar-binar.

"Kak, boleh gak kalau Luna masuk sekolahan yang sama kayak aku?"

"Oh, boleh! Boleh banget!" seru Gatha, senang.

"E-eh? Jangan, Sil. Aku ga mampu bayar sekolah disana." Luna menunduk.

Gadis itu memang sudah lama putus sekolah, demi menemani Bi Raya bekerja sebagai pembantu.

"Gw bayarin, SPP sama baju seragam-nya ga nyampe 4 juta. Santai." ucap Gatha, santai. Maklum, dia sudah bekerja menggantikan Samuel diperusahaan minyak, membuat Gatha mampu membeli apapun yang dia inginkan.

"Ga usah deh. Aku ga enak. Bunda juga ga mungkin setuju."

"Nanti aku yang bicara sama bunda kamu deh ..." Vasilla tersenyum ramah, membuat Luna langsung mengangguk.

Gatha bangkit. "Gw cabut duluan deh. Biar besok lo udah bisa masuk, jadi-nya lo bisa berangkat bareng Silla, ya kan?" Gatha mengedipkan sebelah mata-nya pada Vasilla. Vasilla mengangguk cepat.

"Makasih, mas Gatha." ucap Luna, pelan.

Gatha tersenyum sebelum akhir-nya meraih kunci mobil dan pergi.

"Besok kita berangkat sekolah bareng ya?"

"Kamu ga malu temenan sama anak pembantu?"

"Kamu ga malu temenan sama anak yang dijulukin gadis gila disekolahan?"

Mereka tertawa bersama. "Teman baru lagi ..." Vasilla tersenyum tipis. "Aku harap, Katherina dan teman teman-nya ga nyakitin kamu." gumam Vasilla, untung-nya Luna tak mendengar-nya.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseWhere stories live. Discover now