BAB 1

359K 24.3K 4.9K
                                    

Selamat membaca:*

***

Waktu seperti membeku saat Vasilla melangkah melewati koridor menuju kelasnya. Anak-anak yang semulanya ribut dan berlarian mendadak terhenti, berbisik sambil menatapnya dengan tatapan benci, takut, dan jijik seperti seolah-olah Vasilla adalah monster yang tak layak hidup berdampingan dengan mereka.

"Dia dateng, dia dateng!"

"Orang sakit jiwa itu masih niat sekolah?"

"Padahal pada ga suka sama dia, kok ga tau diri sih?!"

"Tau tuh, kenapa ga pindah aja? Ngerusak nama baik sekolahan aja."

"Ga tau diri banget, padahal udah dijauhin anak-anak satu sekolahan biar pindah!"

"Tau, pembawa sial aja. Setelah dia masuk, jadi banyak kejadian ghaib yang terjadi!"

"Pasti bokap nyokapnya nyesel ngelahirin dia."

Vasilla sudah terbiasa mendengar kritikan peras pada dirinya yang padahal hanyalah fitnah belaka. Yang paling menyakiti hatinya adalah kalimat 'Pasti bokap nyokapnya nyesel ngelahirin dia.'

Vasilla berusaha tidak menoleh dan melirik, namun langkahnya melamban. Tatapan semakin banyak menghunus dirinya terang-terangan.

Langkah gadis itu terhenti didepan tempat duduknya. Meja putihnya dipenuhi debu dan juga terdapat sebuah kertas putih bertuliskan 'Bitch, pergi lo dari sekolahan! Dasar gila!' lalu diatas kertas itu terdapat beberapa bangkai kecoa.

Vasilla sudah terbiasa menghadapi hal semacam ini. Dia diam-diam menghela nafas berat lalu menaruh tas berwarna hijau toscanya keatas bangku tempat duduknya.

Dia menyadari bahwa murid satu kelas sedang menatapnya. Dan begitu Vasilla melangkah masuk, kelas yang awalnya berisik dan ribut mendadak menjadi hening dan sepi.

Vasilla menatap pojok ruang kelas-nya. Biasanya, disanalah tempat meletakkan sapu. Namun kali ini kosong-melompong. Tidak ada sapu, pengki maupun kemoceng.

Vasilla tau, pasti anak-anak kelas yang sengaja menyembunyikannya. Memaksa Vasilla membersihkannya dengan tangan kosong.

Sayangnya, Vasilla tidak sebodoh itu. Dia mengeluarkan sarung tangan karet dari dalam tasnya. Memakainya lalu mengangkat kertas serta bangkai-bangkai kecoa yang kemudian dia buang ke dalam tong sampah.

Anak-anak kelas hanya diam melihat aktifitas Vasilla, beberapa mendengus sebal. Ada juga yang mendesah kecewa dan diam-diam mengerang pelan.

Vasilla ikut membuang sarung tangannya juga. Lalu merobek sebuah kertas yang dia gunakan untuk mengelap mejanya. Lalu dia membuang kertas itu ketempat sampah. Anak-anak kelas tetap terdiam sambil menatapnya. Beberapa mulai bergosip dan berbisik soal dirinya.

Vasilla duduk dengan tenang ditempat duduknya. Dia memang duduk sendirian ditempat duduk yang seharusnya ditempati oleh 2 orang itu.

Maklum, tidak ada yang mau duduk bersama gadis itu. Gadis yang dijuluki 'Gadis Gila' oleh anak-anak kelasnya. Dia tidak gila, hanya ... berbeda.

Bel masuk berbunyi nyaring. Bisikan mulai tak terdengar lagi, kemudian kelas hening karena murid-murid kelas tengah menunggu wali kelas mereka datang kekelas mereka.

Bu Jeni masuk kekelas 11 IPA 1 (Kelas Vasilla). Bu Jeni tersenyum lalu berdiri didepan mejanya. "Pagi anak-anak!" sapanya seraya tersenyum manis seperti biasanya.

"Pagi, Bu!" sahut anak-anak kelas serempak, kecuali Vasilla yang hanya diam saja dengan wajah datar seperti biasa.

"Hari ini kalian kedatangan teman baru. Teman baru anak pindahan dari sekolah yang satu yayasan dengan kita, SMA Rembulan." Bu Jeni tampak senang, lalu dia menoleh kearah luar kelas. Tempat dimana anak baru itu berdiri. "Masuk, nak."

Seorang murid laki-laki berambut hitam dan berantakan melangkah masuk ke kelas. Berdiri didepan papan tulis sambil menatap wajah murid-murid kelas yang sedang terkesima pada penampilannya.

Vasilla tidak tertarik dengan anak baru itu, namun tak sengaja matanya menatap anak laki-laki itu. Tampaknya ada sesuatu yang berjalan dibelakang anak laki-laki itu. Bukan hanya berjalan, sepertinya 'sesuatu' itu hampir menyatu dengan tubuh anak laki-laki itu.

Vasilla mengernyit. "Dia ketempelan?" gumamnya sambil menatap sosok dibelakang anak laki laki itu.

"Selamat pagi, namaku Vento Parcival Archer. Mohon kerja samanya." lalu anak laki-laki bernama Vento itu sedikit membungkuk seraya tersenyum tipis.

"Plis, jangan duduk disampingku..." gumam Vasilla dengan mata terpejam.

"Yasudah, Vento. Kamu duduk sebangku dengan Vasilla, ya?"

Anak-anak sekelas tersentak kaget, kecuali Vento. "Maaf bu, saya tidak tau siapa yang namanya Vasilla." Vento tersenyum kikuk.

"Ibu, kok duduk sama Silla?"

"Tau bu? Kenapa ga ambil bangku baru aja?"

"Iya bu, bener tuh!"

Bu Jeni menenangkan kelas yang mendadak ricuh itu. "Kalian ini kenapa sih? Vasilla kan tetap teman kalian." Bu Jeni tersenyum ramah. "Vasilla, ayo tunjuk tangan."

Vasilla mengangkat tangan kanannya dengan malas. Menatap Vento yang perlahan melangkah mendekatinya lalu duduk disampingnya.

Kini sosok yang menempeli Vento tengah berdiri dibelakang Vento yang sudah duduk. Sosok wanita yang menyeramkan, dengan setengah wajahnya yang membusuk dan berdarah-darah. Beberapa belatung menggeliat keluar dari luka diwajahnya itu. Lehernya juga tampak patah hingga sosok itu terus saja memiringkan kepalanya.

Pertanyaan Vasilla, kenapa Vento bisa ditempeli? Sejak kapan? Siapa sosok itu? Dan mengapa dia menempeli Vento?

***

Vasilla Agatha (Pemerannya ini sebelumnya adalah Elfin dan Dilraba Dilmurat, tapi karena ini cerita lokal, saya juga menginginkan visualnya lokal. Jadi, castnya diganti hehe-!)
-Saskia Chadwick

 Jadi, castnya diganti hehe-!)-Saskia Chadwick

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vento Parcival Archer
-Joki Bagus Asmara

Vento Parcival Archer-Joki Bagus Asmara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote + Coment!

Instagram @lcynaa_

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang