BAB 23

164K 17K 761
                                    

Selamat membaca:*

***

"Kak Vexo, Vento-nya kemana?" tanya Vasilla lalu menghampiri Vexo yang sedang duduk diruang tengah sambil menonton tv.

"Ga tau. Tadi kemakam." sahut Vexo, menoleh sebentar kegadis disebelah-nya.

"Ke makam? Ini jam 8 malam, kenapa dia kemakam pas malam?"

"Dia emang suka kemakam pas malam."

Vasilla tertegun, Vexo menoleh kearah gadis itu lalu dia mematikan tv dan berdiri tepat dihadapan gadis yang masih tertegun itu.

"Lo mikirin apa?"

Vasilla menggeleng pelan. "Ke makam siapa? Kenapa malam?"

"Kemakam mama-nya. Biasa-nya emang malam. Karena mama, suka malam." Vexo terkekeh. "Alasan-nya lucu ya?"

"Kak Vexo ga ikut?"

Vexo menggeleng. "Vento anak kesayangan, jadi dia wajib buat datang setiap malam kemakam mama. Kalau gw? lagi ga pengen kesana."

"Gw pulang!" sapa Vento lalu terdengar suara pintu tertutup.

Vento langsung menghampiri Vexo dan Vasilla diruang tengah, menatap mereka berdua dengan tatapan penuh selidik. "Kalian ber 2 ngapain disini?"

"Dia abis--"

"Kamu dari mana?" Vasilla menatap Vento dengan tatapan tajam. "Kamu bau tanah kuburan. Dan Pinkan, dia masih ada dibelakang kamu."

Vento sedikit memiringkan kepala-nya. "Abis kemakam, bau tanah kuburan itu wajar."

"Bau tanah makam-nya wajar, tapi kamu juga bau mayat. Itu ... wajar?"

Vexo dan Vento mengernyit heran secara bersamaan. "Maksud lo?" tanya Vexo.

Vasilla memegang kedua lengan Vento lalu dia memejamkan mata-nya. Melihat apa yang seharus-nya dia lihat. Melihat sebuah kejadian tak terduga yang membuat-nya membuka mata setelah beberapa menit terpejam.

Vento tersentak kaget. "Lo ngapain, La?"

Vasilla mundur selangkah, bahu-nya menabrak Vexo. Vexo ikut menyingkir. Vasilla menatap Vento dengan tatapan menilai. "Lo kenapa kemakam pas malam?"

"Karena makam orang yang gw kunjungin itu suka malam." Vento tersenyum.

"Aku tau, kenapa Pinkan nempelin kamu."

Dibelakang sana, Pinkan tersenyum miring sebelum akhir-nya melayang dan menempel dilangit langit layak-nya cicak.

"Kenapa?" tanya Vexo dan Vento bersamaan.

Vasilla menoleh sebentar ke Pinkan yang menempel diatas sana sebelum akhir-nya dia menatap kedua manik mata Vento. "Kamu ingat kejadian dimalam itu? Dimana saat kamu mau pergi dari makam, senter kamu baterai-nya habis lalu senter itu terjatuh?"

Vento mengangguk.

"Kamu ngambil senter yang jatuh itu, dan ga sengaja nginjak makam Pinkan ... Kamu, ga ilang 'permisi' atau sekedar minta maaf?"

"Makam?" Vento mengerutkan dahi-nya. "Aku rasa aku ga nginjak ..."

"Serius lo? Yakin gak?" tanya Vexo pada Vento.

Vento tampak berpikir. "Ga terlalu yakin sih ... Gw emang sempet ngerasa nginjek gundukan, tapi didekat situ enggak ada nisan, gelap ..."

"Gara gara kamu, makam-nya berantakan." Vasilla menatap Vento dengan kesal. "Lagian, pasti kamu ga lihat nisan itu. Kan senter kamu jatuh, gimana kamu bisa lihat? Pasti gelap! Bodoh!"

Vexo menggeleng pelan sambil menahan tawa-nya. Sedangkan Vento, laki laki itu tertawa dengan tampang watados sambil mengusap tengkuk-nya.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseWhere stories live. Discover now