BAB 19

177K 16.4K 1.2K
                                    

Selamat membaca:*

***

Vexo tidak menjawab pertanyaan Vento, dia mengeluarkan ponsel-nya dan mengetik sesuatu dihalaman search google.

Arti dari angka 1616

"Ga ada makna yang spesial." ucap Vexo sambil meng-scroll layar ponsel-nya.

"Yaiyalah! Jangan cari digoogle. Cari jawaban-nya diotak, bukan nanya mbah google." Vento membentuk mata-nya hingga segaris.

"1616 ...." Vexo tampak berpikir keras. "Mungkin password ponsel pelaku?"

"Kak ..." Vento menghela nafas berat lalu menatap Vexo dengan tatapan kesal. "Jangan bercanda."

Vexo mengedikkan bahu-nya. "Siapa tau, kan? Emang-nya, Silla ga tau arti-nya?"

"Dia mau cari tau dulu, kata-nya."

"Malam ini mau kemakam lagi, rutinitas kamu setiap malam?"

Vento mengangguk. "Iya, kayak biasa-nya." Vento bangkit sambil tersenyum lebar, mengangkat tas-nya lalu beranjak masuk kekamar-nya.

***

Vasilla mengaduk makanan-nya dengan tak nafsu. "Kak ... menurut kakak, arti semua teka teki itu, apa?"

Vasilla sudah menceritakan soal hari ini pada Gatha, Gatha tampak mencoba berpikir keras. "Menurut kakak, yang kamu prediksi itu udah benar jawaban-nya."

"Jadi, kalau bukan Vento yang dipukul, itu kakak? Tapi, kenapa? Karena kalian berdua sama sama ga benci sama aku?"

"Pokok-nya kamu harus dengerin kakak. Ga peduli ada ratusan orang diluar sana yang benci sama kamu, kamu cintai diri kamu sendiri. Jangan putus asa, ya? Kakak percaya kamu kuat, ngalah demi kebahagiaan orang lain itu ga salah, kok."

Vasilla mengangguk pelan. "Aku mau mandi dulu, kakak makan sendiri." Vasilla bangkit dan beranjak kekamar-nya. Masuk kedalam toilet yang menyatu dengan kamar-nya itu.

Gadis itu duduk dibawah shower yang menyala deras, membiarkan diri-nya basah kuyup dijatuhi air shower itu. Dia menangis dibawah guyuran air shower, sengaja menyalakan shower agar Gatha tak mendengar tangisan-nya.

Didunia ini, benar benar tidak ada yang memperdulikan-nya. Tak ada yang menginginkan diri-nya. Sama sekali tidak ada.

Bahkan papa dan mama-nya saja tidak menginginkan-nya dan tampak menyesal telah melahirkan-nya. Hingga Gatha ikut menjadi korban, dibuang oleh orang tua-nya sendiri demi membela Vasilla mati matian.

Samuel dan Agatha adalah papa dan mama Gatha dan Vasilla. Samuel dan Agatha sangat terpandang karena pekerjaan-nya. Mungkin mereka berdua malu karena rumor mengatakan bahwa mereka memiliki putri yang mengidap penyakit jiwa.

Perlu dikatakan berapa lagi? Vasilla tidak gila. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Papa dan mama-nya jauh lebih percaya dengan perkataan orang lain dari pada perkataan putri-nya sendiri.

"Kapan, Silla bisa duduk dan makan siang bareng papa, mama dan kak Gatha, kayak dulu ...?" gumam gadis itu, air mata dan air shower tidak dapat dibedakan lagi.

Wajah-nya memerah karena menangis. Gadis itu meringkuk, lalu bangkit dan mematikan air shower ketika dia sudah puas menangis.

Dia bangkit dan memakai baju polos berwarna hijau dan celana training berwarna hitam putih.

Gadis itu menyisir rambut panjang-nya didepan cermin full body dikamar-nya. Dia mengusap kulit-nya yang berwarna putih seperti mayat. Tidak aneh jika diri-nya menjadi bahan ejekan.

Jari-nya mengkerut karena kedinginan dan terlalu lama terkena air. Gadis itu menguncir 1 rambut panjang-nya lalu duduk ditepi kasur-nya. Menatap jam weker berwarna hijau tosca yang berdenting pelan diatas nakas.

Gadis itu memutuskan untuk bangkit dan turun kelantai 1 untuk menemui Gatha. Gatha tampak sedang membuat kopi didapur. Gadis itu hendak melangkah keruang tengah namun langkah-nya terhenti karena bel rumah berbunyi berkali kali.

"Tolong bukain, dek." ucap Gatha sembari mengaduk kopi-nya.

Vasilla meraih knop pintu dan membukakan pintu, menatap mereka yang berdiri didepan pintu rumah-nya. "Papa, mama ....?"

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseWhere stories live. Discover now