Chapter 25 || M R . D E V I L

66.2K 1.7K 15
                                    

Elena Smith

"Ada apa dengan tangan mu!" pekik Damian, ketika ia melihat perban putih di tangan ku.

Aku baru saja turun dari tangga untuk mengambil air putih ke dapur dan sudah di kagetkan oleh pekikannya.

Damian lalu meraih tangan ku, kemudian ia mengelusnya lembut, wajah kusut yang baru saja pulang dari kantor kini terganti menjadi wajah hawatir.

"Hanya luka kecil," kata ku lalu mengelus rahang nya dengan tangan ku yang tidak Damian pegang.

"Calon suami seperti apa dia, calon istri nya terluka pun ia tak tahu." Lee turun dari atas dengan gaya santainya. "Astaga aku lupa bukannya dia sedang sibuk, iya sibuk, mengurus wanita satunya lagi," Lee terkekeh lalu pergi melewati kami.

"Apa masalah mu," kata Damian santai namun di balik itu amarahnya sedang memuncak, ia masih berdiri di tempat semula.

Kini matanya sudah terlihat emosi, rahangnya megeras tanda ia sedang emosi. namun tubuh nya masih membelakangi Lee.

Sedangkan Lee, ia langsung berhenti melangkah ketika Damian berteriak.

"Kau." Lee membalikkan tubuhnya hingga ia bisa melihat ku dan Damian yang sedang berdiri di bawah anak tangga mansion. "Kau tak pantas bersamanya." lanjut Lee.

"Kau cemburu."

"Ya aku cemburu, karena aku mencintainya."

Dengan emosi yang memuncak Damian segegra melangkah mendekati tubuh Lee kemudian satu pukulan melayang di wajah tampan Lee, dan pukulan satu lagi menyusul di rahangnya.

"Damian apa yang kau lakukan!" aku menarik tangan Damian, namun ia menghempaskan tubuh ku hingga tubuhku terhuyung kebelakang.

"Damian berhenti!"

"Damian ku mohon berhentilah."

Aku terus berteriak hingga teriakan ku membuat semua orang datang melihat perkelahian, tunggu bukan perkelahian tapi lebih tepat penyerangan Damian pada Lee.

Tanpa menunggu perintah beberapa penjaga mansion langsung memisahkan Damian dan Lee.

Wajah Lee penuh dengan luka dan darah di beberapa sudut, sedangkan Damian hanya keringat yang ada pada wajahnya dan satu memar di pelipisnya.

Aku sedikit berlari menuju ke arah Lee, karena ia sudah setengah tak sadarkan diri.

"Apa yang kau lakukan!" teriak grandpa yang langsung menampar Damian.

"Apa yang aku lakukan?!" tanya Damian dengan nada yang membentak, lalu ia terkekeh. "Tanya saja padanya."

Damian segera pergi ke atas tanpa menoleh pada ku sedikit pun. Alu tahu pasti dia marah pada ku.

* * *

Sudah sangat larut ketika aku baru saja keluar dari kamar Lee.

Aku merasa bersalah pada Lee karena ini semua terjadi karena aku.

Lee benar benar bodoh, untuk apa dia berpura pura berkata mencintai ku apa dia mulai gila.

Tunggu!

Damian! Aku lupa, bagaiman dia sekarang bukannya tadi aku melihat dia sedikit memar di pelipisnya.

Tanpa berpikir panjang aku segera menuju kamarnya, aku membuka pintu besar itu, dan di situ mata ku bertemu dengan matanya, namun tidak berlangsung lama karena Damian langsung membuang muka.

Damian sedang duduk di sofa kamarnya sambil memeguk vodka yang ada dalam genggaman gelasnya.

"Bagaimana keadaan lelaki itu." Damian terkekeh. "Ralat bukan lelaki itu, tapi lelaki mu."

Apa yang dia pikirkan? aku bersama Lee? itu tidak mungkin.

"Kenapa tidak bermalam saja dengannya, ku rasa Lee mu itu sangat mengesan kan di atas ranjang." Damian lagi lagi terkekeh.

Dan di situlah aku meneteskan air mataku.

"Bagaimana ciumannya apa memabukan?" dia terdiam seperti menunggu jawaban dariku. "Diam artinya ya."

"Dan bagaimana kejantanannya? apa besar? sebesar ini?" Damian membentuk lingkaran menngunakan tangannya, mendeskripsikan perkataannya.

"Atau sebesar ini." Dia membuat lingkaran lagi yang sedikit lebih besar.

Dan aku sudah tidak kuat, air mataku menetes lagi, lagi dan lagi, dan itu karena dia laki laki yang aku cintai.

Damian berdiri dengan langkah gontai ia menghampiriku, namun ia malah kehilangan keseimbangannya hingga ia terjatuh.

"Tidak tidak tidak, jangan membantuku," kata Damian ketika aku akan segera menolongnya, lalu Damian mencoba berdiri namun ia kehilangan keseimbangan hingga ia kembali terduduk di lantai.

"Damian aku...."

"Aku tidak perduli." Damian memotong perkataan ku.

"Siapa sebenarnya calon suami mu? aku? atau dia?"

"Lalu apa kau merasa aku calon istrimu?" tanyaku. "Lalu siapa calon istrimu?" lanjutku.

"Apa perlu aku menjawabnya?" Damian mentap ku dengan pandangan yang tidak fokus karena dia terus mengerejap kan matanya. Damian masih duduk di lantai sambil menyangga punggungnya dengan ranjang.

"Tentu saja."

"Kemarilah!" lirihnya.

Ada apa dengan Damian lelaki ini selalu berubah sikap seketika membuatku sangat bingung.

Aku segera menghampirinya dan duduk bersamanya.

"Aku memcintai mu," bisiknya, lalu ia memeluku erat.

Dan aku kembali menangis, namun sekarang aku menangis bahagia.

"Aku mencintai mu, Elena. sangat mencintai mu." Tak henti hentinya Damian mencium rambutku.

Damian menguraikan pelukannya, ia kini menatapku.

"Maafkan aku, aku, aku begitu takut kau pergi, aku..
."

"Aku mencintaimu," potong ku.

Damian terdiam cukup lama dan aku yakin dia sedang mencerna perkataan ku, karena setelahnya ia tersenyum sangat manis padaku.

"Aku sangat mencintaimu." Damian kembali memeluk ku.

TBC

Hai guys...

maaf kemarin gak sempat up soalnya sibuk masuk pertama lagi sekolah.
hehe.

Morning guys....
semoga hari kalian senang ya...

see you next chapter guys.

_______________________
T a s i k m a l a y a
S e l a s a
17 J u l i 2018
D i n a n o v i t a s a r i

Mr. Devil (TAMAT)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang