Chapter 14 || M R . D E V I L

88.2K 2.2K 26
                                    

Damian Lucero

Mobil ku kini telah terparkir di halaman rumah minimalis keluarga Smith.

Dengan semangat Elena langsung keluar dari mobil Ferrari hitam ku, dan langsung mengetuk pintu coklat itu dengan tidak sabaran.

Astaga, kekanak kanakan!

Ralat! Itu sangat lucu, dia sangat cantik ketika menunggu sesuatu dengan mata birunya yang berbinar seakan ia akan di berikan sebuah kejutan yang sangat indah, dan bibir! Astaga bibirnya tersenyum seakan menggodaku, seakan dia berbicara 'mau mencoba ku kulum kejantanan mu?' Astaga aku mulai gila hanya karena melihat bi ir merahnya.

Senyumannya menghilang kala aku melingkarkan tangan ku di pinggangnya, ke kakuan yang aku rasakan di wajahnya.

Jangan bilang ia tak pernah se intim ini dengan pria manapun. Dan aku yang pertama, astaga dia masih segelan.

"Siap?" Tanya bibi Chaty --Ibu Elena--, sambil mengamati diriku dan Elena.

"Damian? Kau bersama siapa?" Tanya nya lagi.

Aku tersenyum lalu berkata dengan santai. "Calon istri baru ku."

"Astaga! Kau mau memamerkan selingkuhan mu pada ku!" Pekiknya lalu membawa sapu dari dalam.

Mata ku melotot, astaga gurauan ku ternyata salah. Dan itu membuat Elena tertawa ketika aku lari ke belakang punggungnya, dan itu sangat indah.

"Ibu, ibu sudah berhenti! Ini aku Elena mu." Ujar Elena membuat ibunya berhenti, lalu ia meminta maaf padaku.

"Elena? Kau sangat cantik sayang."

"Ah ibu." Balas Elena lalu memeluk ibunya.

"Damian, maaf kan ibu ya."

"Tidak apa apa." Jawab ku.

Aku tak memarahinya, aku justru sebaliknya, aku malah tersenyum lalu memaafkannya dan berbagai macam pertanyaan seputar ke adaannya.

Astaga itu terdengar bukan diriku!

"Petter lihat lah anak mu, dia sangat cantik." Teriak bibi Chaty sambil menggandeng Elena dan aku ke dalam rumahnya.

"Mana putriku?" Tanya paman Petter, sambil mengangkat wajahnya menghadap ke arah ku dan Elena.

"Ayah, apa kabar mu." Ucap Elena lalu memeluk paman Petter.

"Baik sayang, kau sangat cantik." Kata paman Petter.

Paman Petter --ayah Elena-- mempersilahkan aku duduk dengan nya, dan bibi Chaty sibuk dengan dunianya bersama Elena di dapur.

"Bagaimana bisnis mu?" Paman Petter tersenyum lalu meminum kopi buatan istrinya.

"Berjalan lancar." Jawab ku apa adanya.

Paman Petter terus bertanya tentang pekerjaan astaga membuat ku pusing saja karena di sisi lain mataku sedang menatap anaknya yang sedang tersenyum.

Aku merasa hangat melihat Elena yang tersenyum ke arah ibunya dengan tatapan hangat, sesekali bibi Chaty memeluk Elena dengan gemas, dan si situ aku tahu Elena adalah anak kebanggan mereka.

Mr. Devil (TAMAT)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang