Chapter 18 || M R . D E V I L

80.8K 2.2K 63
                                    

Damian Lucero

Samar samar sinar matahari mulai masuk ke dalam korteks mata ku, dan aku sangat terganggu, aku pun membalikan tubuhku.

Aku tersenyum ketika melihat wanita yang aku cintai tengah tertidur di samping ku, dengan mata terpejam, bulu mata letiknya sangat indah ketika di pandang di jarak sedekat ini.

Rambut perpaduan coklat dan hitam miliknya terurai memuat rambut itu sedikit acak acakan membuatnya sangat seksi dan bibir merah muda alaminya yang menawan.

Cup aku menciumnya dengan lembut, sekarang bibir itu canduku.

Rasa bibirnya sangat enak, begitu aku menyesapnya bagaikan aku menyesap champagne.

"Hei sayang bangun lah!" Bisiku dekat telinganya.

Jemariku mulai menari di depan wajahnya menyingkirkan helaian rambutnya yang terjatuh ke wajahnya.

Elena mengerang lembut, namun bukannya bangun dia malah mendekat ke tubuhku dan seperti seorang bayi yang mencari ke hangatan di pelukan ibunya.

Dan aku mulai tersenyum melihatnya, rasanya aku tak mau kemana mana.

Baiklah aku sudah memutuskan! Hari ini aku tak akan bekerja, kenapa harus bekerja toh keluarga ku kaya.

Aku mencium puncuk kepala nya, harus vanila menyengat di indra penciuman ku, rasanya aku ingin sekali memakannya.

Entah sudah berapa lama aku memandangnya, dan entah sudah berma lama dia berada di pelukan ku. Sebelum pada akhirnya ponsel ku berbunyi.

Tanpa melihat nama yang berada di layar ponsel ku aku segera mengangkatnya.

"Damian!" Oh shit! Laura dia mengganggu ku.

"Laura aku sedang menyiapkan dokumen, bisa nanti saja." Ujar pelan, karena takut Elena akan terbangun.

"Hmmm... Baiklah Damian, jaga dirimu." Katanya.

Tak berniat membalas perkataannya aku segera menutup teleponnya dan menyimpan kembali ponsel ku di nakas.

Tok tok tok.

Gangguan apa lagi sekarang! Desis ku dalam hati.

"Masuk!" Ujar ku, tak memperdulikan Elena akan bangun atau tidak, toh dia akan bangun.

"Tuan, tuan Terry menyuruh kalian bergegas ke bawah." Ujar pelayan itu.

"Kami tidak akan turun, bawakan saja sarapan kami ke sini." Balasku.

"Baiklah."

Pelayanan itu akhirnya pergi, dan Elena tak sedikitpun terganggu.

Apa dia mati? Pikir ku, Damian pun menggoyangkan tubuh Elena perlahan.

"Sayang bangun lah!" Bisik ku.

Bulu mata lentiknya kini bergerak perlahan ia membuka matanya hingga mata birunya terlihat.

"Aku pikir kau mati." Gumam ku.

"Kau mendoakan ku mati!" Pekiknya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kau salah dengar sayang." Kata ku sambil tersenyum.

"Jam berapa ini?" Menghiraukan perkataan ku ku dia malah bertanya.

"Jam 7, memang nya ada apa?" Tanya ku, aku masih berbaring menatap Elena.

"Aku akan mengantar Leon cek up." Katanya.

"Tidak boleh." Balas ku.

"Damian aku hanya mengantar, bukannya kau sendiri akan bekerja?"

"Terserah kau saja." Rajuk ku, lalu berdiri mengambil ponsel ku di atas nakas.

"Damian aku hanya mengantar nya saja." Teriak Elena.

"Lakukan apa mau mu!" Bentak ku. Lalu pergi keluar dari kamar Elena, dan Elena berlari mengejar ku.

"Dengarkan aku dulu Damian!" Pekik nya.

Aku langsung berhenti berjalan dan membiarkan Elena menghampiriku.

"Aku hanya mengantarnya saja, aku berjanji, jika kau tak percaya aku akan menemui mu setelah mengantar Leon cek up." Katanya lalu tersenyum.

Elena sedikit menjinjit, lalu mencium bibir ku lembut, "aku berjanji." Bisiknya.

Aku tak menggubrisnya, aku harus sedikit jual mahal padanya bukan? Ayolah aku juga ingin Elena membujuk ku.

TBC


Ig ; story_dinans
Fb ; Dina Novitasari

Baca itu, bahagia buat aku.
Vote itu, tambahan bahagia buat aku.
Dan komentar itu, bonus bahagia buat aku.

Masa kalian gak mau kasih aku bahagia sih.
Wkwkwk

See you next chapter guays...

__________________________
T a s i k m a l a y a
S e l a s a
3  j u l i  2 0 1 8
D i n a n o v i t a s a r i

Mr. Devil (TAMAT)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang