Ibu

142 20 3
                                    

Title: Ibu

Tagline: Saat aku teringat, Ibu, aku mencintaimu.

Pairing: -

Language: Indonesia (formal)

Genre: Family, Hurt, Fanfiction, Teenfiction, Curahan Hati Penulis

Rate: Semua usia

Author: angelicatiara

hope you like it!
vommentnya boleh? :)

Didedikasikan untuk:
Semua sosok Ibu,
yang sederhana,
yang selalu ada

💝💝💝

"Enghh.."

"Kamu sudah bangun, Nak?"

Aku menegakkan tubuhku di sandaran kasur kayu itu. Kuputarkan pandangan mengelilingi ruangan yang tak kukenal.

"Aku di mana? Anda siapa? Aku.. kenapa?" Ragu-ragu, aku bertanya pada sosok di hadapanku.

Pribadi keibuan di hadapanku hanya tersenyum, menjawabku pelan, "kamu di panti asuhan saya, Nak Agni. Saya Sifia, kamu bisa panggil saya Ibu Fia. Kamu dititipkan di panti ini oleh.. ibu kamu." Suaranya terdengar ragu di akhir kalimat.

"Nak Agni?"

Ibu Fia mengangguk, "ya, kamu amnesia sehingga tidak ingat siapa namamu."

Kepalaku spontan bergerak menghadap Ibu Fia, "dititipkan oleh ibuku? Di mana Ibu?"

Ibu Fia menggeleng lemah. Tapi bisa melihat pancaran aneh dari matanya. Ada sesuatu yang disembunyikan Ibu Fia.

"Di mana Ibu?!" Jeritan histerisku memenuhi panti sepi itu.

"Ibu tidak tau, Nak. Tapi Ibu yakin dia tidak jauh dari kamu. Karena.." Kalimat itu terhenti. Jari-jemari Bu Fia menuju dadaku.

"..dia selalu ada di sini. Di dalam hatimu." Ibu Fia tersenyum.

"...Ibu selalu ada di sini. Di dalam hatimu, sayang."

"Aishh!" Kepalamu mendadak sakit.

"Lebih baik kamu istirahat. Keadaanmu belum pulih benar. Ibu akan bawakan makananmu nanti," kata Ibu Fia seiring membantu aku kembali berbaring.

"Terima kasih, Bu."

💝💝💝

Hari demi hari, aku semakin mengenal diriku sebagai Ryagni Oktariana. Aku membiasakan diri untuk tinggal dengan Ibu Fia. Aku membiasakan diri memanggilnya Ibu. Usiaku yang menginjak dua belas tahun membuat aku mulai mengerti bagaimana caranya berpikir dewasa.

"Ibu, Ibu sedang apa?" Aku berlari ke arah dapur.

"Tentu saja memasak makan siang kita. Mau ikut?"

"Mau! Aku bantu potong-potong saja, ya. Nanti kalau aku yang menggoreng, dapurnya bisa berantakan terkena percikan minyak." Aku tertawa setelah mengatakannya.

Ibu hanya menggeleng, tertawa.

Selanjutnya, kami memasak sambil sesekali melontarkan candaan ringan guna menghilangkan keheningan.

Akhirnya masakan kami selesai. Ibu membawanya ke meja dan kami menyantapnya bersama-sama.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan.

StorietteOnde histórias criam vida. Descubra agora