9. Sepertinya, Aku (Tidak) Bersama Orang yang Salah

28K 3.3K 151
                                    

9. Sepertinya, Aku (Tidak) Bersama Orang yang Salah

"Bagas? Ngapain kamu di sini?" Tukas Aksa terkejut. Adik semata wayangnya itu juga menampilkan raut wajah yang sama dengannya, berikut dengan Naya yang berada di sampingnya.

"Kak, what's going on?" Mata Bagas melebar dengan paranoia, dan Aksa merasakan kepanikannya naik dengan kadar dua kali lipat dalam tiap detiknya. Bagas tidak mengetahui situasi terakhirnya dengan Runaya, dan gesture defensif adiknya itu dapat merusak segala upayanya untuk menyapu masalah ini di bawah karpet.

Dia mencoba untuk memberi kode pada Bagas untuk bersikap biasa saja, tetapi adiknya itu malah menjunjung ekspresi bodoh pemain pendukung film horor yang pasti mati terlebih dahulu.

"Emh... halo," tutur Runaya memecah keheningan. Sejak kecil Aksa sudah dilatih untuk bersikap siap agar dia bisa mengendalikan situasi di hadapan orang, dan ini pertama kalinya dalam hidup dia tidak tahu harus bertindak bagaimana. "How are you, udah sadar?" Lanjut Runaya sembari melambaikan tangannya santai, dan dia bisa melihat adiknya itu justru ketakutan karena sapaan itu.

"Kak..." Panggil Bagas bingung, dan dia merasa semakin terdorong menuju jurang keputusasaan karena pertemuan Bagas dan Runaya bukan bagian dari rencananya.

"We haven't met formally." Runaya maju mendekati Bagas dan mengulurkan tangannya. "Bagas ya namanya? Aduh, kamu ngrepotin tau nggak."

"Ma, maaf, Kak..."

"Runaya," tambahnya sembari menatap tajam Bagas untuk bersikap baik. Dia tidak mengira bahwa Runaya akan bersikap sekasual itu terhadap Bagas, dan jujur, dinamika ini membingungkannya.

"Kak Runaya," tutur Bagas menirukan. Aksa bisa melihat bahwa adiknya itu agaknya sama bingungnya dengan dirinya, dan mau tidak mau dia harus mengambil alih kendali situasi asing ini.

"Kamu kenapa ke sini, kan harusnya kamu di dorm?" celetuk Aksa mengancam.

"Please deh kak, ini Sabtu. Ngapain juga kabur, kan emang jadwalnya." Adiknya itu mendecih. "Males di Cranbrook, mending sendiri."

Dari raut wajah Bagas, Aksa sudah bisa menebak kalau adiknya itu lagi-lagi tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Bagas adalah seorang anak terakhir super dimanja yang seringkali bermasalah dalam berinteraksi dengan teman-teman sebayanya akibat no real consequence treatment dari orang tua mereka. Karena itulah dia banyak terlibat dalam impulsive-fights di sekolah-sekolahnya yang sebelumnya, dan kepindahannya kali ini pun kembali disebabkan oleh hal yang sama.

Dia lantas memberi gesture pada Runaya untuk menunggu sejenak, sementara dia berbicara empat mata dengan Bagas.

"Kak, why is she here. What does she want? Kak!" Tuntut Bagas tidak sabar begitu mereka berjalan menjauhi Runaya.

"Diem kamu, this has nothing to do with you. Urusannya udah selesai," bisiknya berusaha tenang.

"What do you mean? Trus ngapain Kakak sama dia? Sampe ke sini segala, kok dia bisa tau tempat kita?"

"Well, ya jelas kita perlu baikin orang yang udah bantu kita kan? Kamu gimana sih, ini salah siapa coba! Udah jangan banyak tanya, kamu tau malah bikin repot. Kamu tuh uda nggak bisa dipercaya!" Balas Aksa meletus-letus. Dia biasanya tidak sedemikian eksplosif, tapi kebodohan adik semata wayangnya itu sudah tidak bisa dinalar lagi. "Shit, you're so fucking annoying, anak siapa sih kamu sebenernya? Nggak ada kita-kitanya sama sekali. Mau ngomong kamu anak tetangga, tapi bahkan tetangga kita aja nggak akan mau ngakuin kamu kalau mereka tau kamu segila ini." Aksa menggeram. "Udah sekarang habis gini kamu pamit terus masuk. Awas aja kalau kamu nyerocos nyinggung-nyinggung kejadian itu. Runaya nggak make it a big deal, so don't look like you are. She'll start thinking otherwise."

Sepertinya, CintaWhere stories live. Discover now