6. Sepertinya, Kita (Tidak) Bisa Bertemu Lagi

31.9K 3.2K 105
                                    

6. Sepertinya, Kita (Tidak) Bisa Bertemu Lagi

Rasa kantuk yang seharusnya menyergap Aksa tidak menampakkan diri sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rasa kantuk yang seharusnya menyergap Aksa tidak menampakkan diri sama sekali. Dia tetap terjaga meski bulan perlahan-lahan lenyap dari langit kota Sydney.

Dibukanya pintu balkon yang menghadap langsung ke arah Hyde Park, taman terbesar di Central Business District kota ini, sembari menyesap kopi yang baru saja dia seduh dari Nespresso nya.

____________________________

Nina
iMessage
3 Jun, 01:06 AM

Sa, please, don't act like I'm a stranger to you. Aku tau aku salah, tapi kamu liat aku kembali kan? Jelas aku nggak bakal ngelakuin kesalahan yang sama dua kali, aku nggak sebodoh itu. Kasih aku kesempatan buktiin.

____________________________

Aksa baru saja membaca deretan pesan dari Nina yang sudah beberapa jam bercokol di unread messages nya dan karena itu dia sangat membutuhkan udara segar.

Dari kejauhan Aksa melihat para pekerja cafe yang berada di bawah apartemennya memulai rutinitas mereka, dan kendaraan bermotor kian lama kian memadati jalanan Elizabeth Street yang terbentang di depannya.

Malamnya terasa begitu singkat, Aksa tidak yakin dia siap menghadapi hari yang baru.

Perasaan tidak enak menaungi hati Aksa ketika dia menginjakkan kaki di lobby hotel Sheraton Grand Sydney Hyde Park. Aksa tidak mengerti mengapa firasat buruk menghantuinya hingga dia melihat Nina duduk di meja yang ditunjukkan oleh waiter restauran The Gallery di mana seharusnya Dimas yang sedang menunggu nya di sana.

"Morning," sapa perempuan itu riang seakan mereka berada dalam keadaan saling berbicara satu sama lain.

Aksa tersenyum miring. Walaupun dia enggan berurusan dengan perempuan yang pernah menyandang status sebagai kekasih tujuh tahun nya itu, rasa penasaran membuatnya menduduki salah satu kursi yang ada di meja persegi tersebut.

"Kamu kemanain Dimas?" Tanyanya setelah meminum black coffee yang disajikan waiter mereka.

"Apa nggak ada pertanyaan lain?" Nina mendecak, bibir cantiknya mengerucut tanpa basa-basi. "Kamu nggak pengen tau kabar aku gimana gitu?"

"Gimana kabar kamu?" Balas Aksa mengikuti permainan perempuan itu.

Nina mengembangkan senyum berharga kontrak ambassador brand produk kecantikan luar negeri nya. "Lagi nggak sabar buat memulai hidup sebagai istri kamu, sayang."
Perempuan itu kemudian mengambil salah satu pastry yang tersusun rapi di atas piring porselen kemudian mengolesinya dengan sedikit butter. "Jadi kita mau settle di mana? Aku bosen di Singapore, tapi aku nggak mau tinggal di sini ah... nggak ada apa-apanya. Kita di Tokyo aja gimana? You know I love flowers. We'll have our own Sakura garden, it'll be perfect."

Sepertinya, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang