Chapter XVII

5.5K 390 94
                                    

Ingat saat kemarin aku bilang kalau guru-guruku sedang dalam mood terbaik mereka?

Lupakan.

Karena minggu ini, PR, tugas, dan praktik bertebaran di dalam to-do-listku, dan semua murid di kelas. Mulai dari pelajaran yang aku suka, sampai yang paling aku tidak suka.


Yang benar saja. 


Bukan berarti aku pemalas. Hanya saja, tugasnya banyak sekali.


Memang tidak semua guru di setiap mata pelajaran memberikan sih, tetapi masih bisa dibilang banyak intinya. Bahkan, harus ada yang berbentuk laporan percobaan. Padahal kami baru pertama kali masuk bagian/sub bab tersebut. Jadi, singkatnya, kita harus melakukan percobaan sendiri di rumah. 

Iya, benar-benar sebuah pekerjaan rumah.

Laboratorium di sekolah sedang diperbaiki, sepertinya karena hal itu kami harus mengerjakannya di rumah.

Kata guru kami, kami boleh meminjam peralatan-peralatannya dari sekolah. Tetapi kalau sampai rusak maupun hilang, kami harus menggantinya. Walaupun aku bukan orang yang ceroboh, aku tetap khawatir kalau sedang memegang benda yang bukan milikku. Takutnya ada kejadian yang tidak-tidak dan, sudah. Peralatannya rusak atau hilang.

Tapi untunglah, ini adalah tugas kelompok. Aku, Seli, dan Ali langsung berpikiran untuk se-kelompok. Ali bilang dia punya peralatan yang nanti akan kami butuhkan, syukurlah.

Kami pun sepakat bahwa hari Sabtu nanti, tugas praktikum tersebut akan kami kerjakan di rumah Ali. Sudah jelas sih.

Praktikum ini membutuhkan makhluk hidup. Karena ini adalah praktikum biologi tentang bagian pernafasan pada makhluk hidup.

Kami membutuhkan beberapa jangkrik.

Dan, yang jelas, bukan aku yang akan membawanya. 

Aku bersedia membawakan alat maupun bahan apapun yang dibutuhkan asalkan bukan jangkrik. 

Tidak, aku tidak takut dengan jangkrik.

Tetapi mereka membuatku bergidik. Rasa geli pasti muncul ketika mereka berjalan di tanganmu dengan kaki kecilnya, lalu— Sudahlah aku tidak mau membahasnya lebih lanjut.

Aku dan Seli hanya bisa bernafas lega ketika Ali bilang dia juga sudah punya bahan kimia yang dibutuhkan. Syukurlah.

Tetapi, aku juga jadi merasa tidak enak. Aku harap nanti aku bisa membantu banyak ketika praktik.

Kami kembali membicarakan tentang kesepakatan waktu yang tepat untuk melakukan praktik tersebut.

_______________________________

Aku sudah berdiri di depan rumah Ali. Aku menekan bel yang berada di dinding sebelah pagar raksasa.

Suara langkah terdengar dari dalam rumah, "Nona Raib ya?" Ternyata yang muncul adalah salah satu pembantunya.

Aku mengangguk. "Silahkan masuk. Tuan Muda Ali sudah menunggu."

Dia membuka pintu pagar lebih lebar agak aku bisa masuk. "Terima kasih."

"Iya. Ikuti aku." Ia menjawab sambil mulai berjalan.

Aku mengikutinya ke arah kamar Ali, walaupun aku sudah tahu di mana kamar Ali, sepertinya akan lebih sopan jika aku mengikutinya saja. 

Setelah beberapa menit berjalan, kami pun sampai di depan pintu kamar. Aku segera mengucapkan terima kasih dan bibi tersebut menjawab sambil tersenyum ramah.

Bulan dan BintangWhere stories live. Discover now