3. Penolakan

3.7K 222 17
                                    


****

Sakit karana perpisahan kini telah terobati, kebahagiaan yang hilang kini kembali lagi...

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan...

Pertemuan yang ku inginkan, ternyata bukan hayalan..

Backsong yang sangat sesuai dengan hati Agi sebenarnya, sayangnya Agi pingsan. Seandainya jika Agi sadar, pasti Agi akan ikut bernyanyi walaupun tidak hapal dengan liriknya sekalipun.

Berdiri di sana Gilang. Fadil sudah kembali ke kelasnya karena hukumanya telah usai. Merdekalah Fadil.

Gilang melihat banyak perubahan visual pada diri Agi. Mulai dari pipinya yang tirus meskipun jari tanganya terlihat gemuk, menurut Gilang itu lucu. tak tersadar Gilang tertawa sendiri, lalu rambutnya yang panjang padahal dulu Agi memotong rambutnya persis seperti anak laki-laki. Yang tidak berubah hanyalah sikap dan tingkah absurdnya.

Agi bergerak gelisah, matanya mulai terbuka. Gilang mengamati Agi dengan intens, Agi melotot dan berteriak histeris.

"Astaga, kamu ganteng sekali mirip Edward Cullen! Aku mau jadi Bella Swan, maksa aku, kamu harus mau jadi pasangan vampir seumur hidup." ucap Agi setelah sadar dari pingsan, Gilang melongo. Tangan Agi menangkup pipi Gilang.

"Biasa aja, Agi." jawab Gilang datar.

Agi males kalo Gilang udah bersikap tsundare begini, Gilang nggak pernah berubah selain fisiknya yang berubah.

"Gilang, kamu gimana bisa kesini sayang? Apakah karena ikatan batin kita yang begitu kuat, sehingga takdir membawamu ke sini, plis jawab iya." Gilang tergelak geli saat Agi bilang sayang.

"Ya.. jalan kaki."

"Pulang kesini nggak ngasih kabar. Tau-tau udah bikin lambung copot aja." Agi tertawa sendiri tanpa memikirkan kondisi Gilang yang sangat mengenaskan, Gilang mulai muak dengan Agi.

"Yaudah-yaudah, kalo aku nggak boleh ketawa. Tapi aku boleh kan mencintaimu?" dengan Agi yang mengalah Gilang malah melengos keluar dari bilik.

"Masih ada kelas, gue pergi dulu." ucap Gilang dingin.

"Akhhhh!!!!" Agi berteriak histeris, Gilang langsung mendekat.

"Apa?!" Tanya Gilang panik.

"Gue tadi sebelum pingsan makan permen karet, bangun-bangun permen karetnya udah hilang aja. Kalo ketelen gimana, nanti aku mati Gilang!" Teriakan histeris itu mengundang siswi lain yang berbaring langsung mendekat. Terdengar kasak-kusuk dari luar bilik.

"Ngga ada apa-apa kok, istirahat aja ntar tambah sakit," ucap Gilang ke mereka yang sedang mendekat, padahal mengusir.

"Gak usah panik, dulu gue sering nelen permen karet tapi nggak papa tuh," kata Gilang menenangkan, Agi mengelus dadanya tenang.

"Eh, sayang temenin aku ya?"

"Tapi lo harus tidur, gue ogah nemenin lo yang suka nyerocos kaya kereta express."

Mata Agi tertutup, Agi pura-pura tidur tapi kepura-puraanya itu keblabasan. Ahkirnya Agi tidur juga.

Gilang mengusap punggung tangan Agi dengan lembut.

♡♡♡♡

Sampai rumah, Agi langsung berganti baju, dia berniat mengunjungi rumah Gilang. Meskipun Mama Gilang galak, Agi maju tak gentar anti kalah sebelum berperang.

"Mau kemana?" Tanya Bunda yang ada di ruang tengah, Bunda lagi nonton sinetron.

"Mau ke rumah Gilang," jawab Agi dengan nada riang. Agi tengah memasang sepatunya sambil berjalan, Bunda menggeleng pasrah melihat anaknya.

GILANG, Will You Marry Me?Where stories live. Discover now