#8 Tell Me

3.4K 358 61
                                    

Jinhwan mengepalkan kedua tangannya, dia membuang muka seolah tidak bisa melihat sang kasih seperti itu. Air matanya kembali mengalir tanpa ada niatan berhenti untuk sesaat.

"Kalian pasti marah dan kecewa padaku.." Suara hanbin terdengar tercekat. Dia benar-benar lemah sekarang dihadapan kedua 'istri (bagi hanbin) nya'.

"Seharusnya kau memikirkan akibatnya sebelum kau melakukan semua ini.." Hayi menjawab dengan serak. Sejujurnya, jika saja dia sudah pulih total dan tidak duduk di kursi roda, dia benar-benar akan mencekik suaminya hingga tewas agar tidak ada yang memiliki pria tampan itu kecuali dirinya.

"Maafkan aku.. Aku terlalu egois karena ingin memiliki kalian berdua. Aku memang salah.." Hanbin menatap lantai dengan sendu, dia tidak kuat harus bertatap muka dengan hayi maupun jinhwan.

"Semua ini terjadi karena kau tidak bisa menjaga hatimu untukku." Hayi berucap dengan air mata yang kembali mengalir, dadanya terasa sesak hanya karena semua yang terjadi begitu saja.

"Bukankah sudah kubilang, hatimu harus tertuju pada salah satu dari kami? Dan itu adalah hayi." Kini jinhwan bersuara dengan pelan, namun cukup terdengar di indra pendengaran hayi dan hanbin.

"Aku... Aku mencintai kalian.." Bukankah hanbin adalah pria yang sangat egois? Dia ingin memiliki keduanya hanya karena dia tidak bisa kehilangan salah satu dari mereka berdua.

"Kau tidak bisa membagi cinta.. Apakah kau lupa dengan janji pernikahan kita, bahwa kau hanya akan mencintaiku?! Dan aku adalah satu-satunya orang yang akan ada dihatimu untuk selamanya?! Apa kau melupakan itu!!!" Hayi berteriak, meluapkan rasa kecewanya.

"Aku tidak melupakannya.." Hanbin menyanggah. Dia benar-benar tidak melupakannya.

Hayi menangkupkan wajahnya sembari terisak memilukan. Jinhwan menyeka air matanya kasar dan melangkah pergi, namun langkahnya terhenti ketika hanbin mencengkeram pergelangan tangannya. Hanbin bangkit dari bersimpuhnya, "Izinkan aku poligami.."

Seketika suasana menjadi hening setelah hanbin mengucapkan sebuah kalimat yang begitu menyakitkan bagi sang istri. Hayi mendongak dan menatap hanbin tak percaya, "Kau— Kau menghianatiku?" suara hayi serak dan tercekat. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Aku juga mencintainya, aku ayah dari anak yang dikandung.." Hanbin membela dirinya, tapi yang dia lakukan sekarang adalah hal yang harus dia pertanggung jawabkan. Sekali lagi ku katakan, bahwa hanbin adalah pria sejati. Maka dari itu dia bertanggung jawab akan segala konsekuensinya.

Kedua tangan hayi mengepal, "Kau tidak bisa membagi waktumu! Kau akan lebih perhatian padanya hiks!"

Hanbin melepaskan cengkramannya pada jinhwan dan berjalan kearah hayi, bersimpuh didepan sang istri dan menyeka air mata itu. "Tidak tidak! Aku bisa membagi waktuku untuk kalian.."

"Tidak akan bisa hiks.." parau hayi.

"Aku janji setelah menikahi jinhwan, aku akan bisa membagi waktuku untukmu dan dia. Kita bisa membesarkan jio bersama, dan aku juga akan membesarkan anak yang dikandung jinhwan. Kita akan membesarkan anak kita bersama-sama hingga mereka sukses.."

"Aku bisa membesarkan anakku sendiri tanpamu!" Sergah jinhwan.

"Tidak! Ini sudah keputusanku! Jangan keras kepala!!" Nada hanbin meninggi dan menatap jinhwan tajam.

"Ini hakku!! Ini anakku, bukan anakmu!! Aku akan membesarkannya se-"

Plak!!

Ucapan jinhwan terpotong ketika hanbin menampar dirinya sendiri. Jinhwan terdiam, menatap hanbin yang tengah menatapnya sendu. "Kumohon, turuti ucapanku.."

Baby Sitter || BinHwan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang