26

24.2K 1.4K 107
                                    

"Wake up, Kayla. I brought a breakfast for you."

Perlahan yang dibangunkan membuka matanya. Kayla masih dengan kepala yang terasa berat sayup-sayup melihat orang yang ada di depannya. Dan ia terpekik ketika ia menyadari siapa yang berdiri di depannya.

Segera ditegakkannya badannya walaupun sulit sekali ia lakukan. Badannya masih hangat walaupun tidak panas seperti semalam. Tapi pusing di kepalanya terus menderanya. Kekagetannya belum sampai situ saja. Ketika ia menyingkap selimut yang membalut tubuhnya, ia merasakan udara dingin di kulitnya.

Dia tidak menggunakan sehelai benang pun. Cepat-cepat ditutupinya tubuhnya dengan selimut.

Ia membutuhkan waktu beberapa menit untuk menelaah situasi yang dihadapinya saat ini. Hal terakhir yang diingatnya semalam adalah wajah Orlando. Sisanya ia tidak ingat apa-apa lagi.

Lalu... kenapa dia berada di sebuah kamar bersama Pak Ikram? Telanjang pula? Apakah dia dan Pak Ikram....

Ya Tuhan.

Bagaimana bisa?

Kayla menoleh ke Pak Ikram yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Tuksedo hitam, kemeja putih dan celana hitam berbahan nilon yang begitu pas di kakinya yang panjang.

"I know it's hard for you to understand the whole situation, Kayla. I perfectly understand." Ikram mendekatinya, berdiri di dekat Kayla yang masih duduk termangu di tempat tidur. "Sebentar lagi akan ada orang yang datang membawakan baju untukmu. Termasuk BH dan celana dalam. Harus saya akui, dengan ukuran pinggangmu sekecil itu, dadamu termasuk sangat besar...."

"Jawab pertanyaan saya, Pak Ikram. Apakah kita melakukan sesuatu? Dan kenapa saya bisa di sini? Saya tidak ingat apa-apa!" desak Kayla menahan tangisnya.

"Melakukan?" ulang Ikram, mengangkat satu alisnya. "Kita lebih dari sekadar melakukan sesuatu, Sayang. Kalau kamu hamil, kamu datang saja pada saya. Saya akan senang hati bertanggung jawab...."

"Bertanggung jawab," desah Kayla. "Tapi saya tidak ingat kita melakukan apa-apa!" Dan bertanggung jawab.... Mengingatkan aku pada mantan suamiku. Sebaliknya, dia malah menyuruh istrinya pergi saat aku hamil. "Pak Ikram, tolong katakan pada saya bahwa kita tidak melakukan apa-apa!"

"Saya harap saya bisa melakukannya, Kayla." Tidak ada perasaan bersalah di hati Ikram. Dia menunjukkan senyum yang sangat manis pada Kayla. Tapi di mata Kayla senyum itu malah terlihat mengerikan. "Kita melakukannya dengan sangat baik. Untuk ukuran orang yang sudah lama sendiri untuk enam tahun, kamu benar-benar hebat mengenai..., you know, urusan ranjang." Ikram mengedipkan satu matanya.

"Bella!" desis Kayla teringat pada anaknya. "Handphone-ku!" Ya, handphone dan barang-barangnya yang lain ada di dalam tas ranselnya. Dan tas ranselnya masih ada di ruang kerja Pak Ikram.

"Bella?" Mata Ikram menyipit.

"Bukan urusan Pak Ikram. Di mana baju saya?"

"Sudah saya buang," jawab Ikram santai. "Pakaianmu begitu usang, Kayla. Sebagai orang yang selalu update dengan fashion saya merasa risih melihat orang lain memakai pakaian model begitu. Siapa Bella?"

Kayla menggeleng.

"Ya, saya bisa menebak. Anakmu? Anakmu dengan Orlando?" Ikram tergelak, membuat Kayla semakin tidak mengerti dengan pria ini. "Damn. Saya tidak menyangka ada orang yang mau punya anak dari laki-laki semacam dia."

"Bukankah adik Bapak berhubungan dengan dia?" Dan pusing di kepalanya hilang seketika, berganti dengan rasa sakit di hatinya.

"Dan kamu masih cemburu karenanya?" Ikram menatapnya lekat-lekat. "Dengar, Kayla. Kamu dan dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Urusan anak kalian, percayakan pada saya. Saya akan memastikan anakmu dan kamu tidak kekurangan apa-apa."

"Saya tidak mengerti apa yang Bapak katakan."

"Saya selalu memastikan kesejahteraan orang-orang yang membantu saya. Dan sekarang, saya ingin kamu bantu saya." Ikram membelai pipi Kayla dengan telunjuknya. Dilihatnya Kayla mengelak. "Kita sama-sama benci Orlando. Saya ingin kita hancurkan dia sampai dia pergi dari perusahaan saya dan lupa pada obsesinya untuk menguasai perusahaan saya."

EX-HUSBAND (COMPLETED)Where stories live. Discover now