18th Memory

3.6K 261 7
                                    

-EDITED-

Yong Goo dan Myung Geum disiksa sebelum dimasukkan ke penjara terpisah. Raja yang murka telah menjadwalkan pemenggalan kepala mereka berdua. Permaisuri memohon agar putra satu-satunya yang masih hidup itu jangan dibunuh. Dia telah kehilangan Yong Han, putra sulung kebanggaannya. Dia tidak ingin kehilangan satu putra lagi, meskipun putra bungsunya itu sering membuat masalah.

“Tolong pikirkan lagi, Yang Mulia. Ini bisa menjadi skandal besar yang bisa menjatuhkan Yang Mulia, kalau rakyat sampai tahu,” kata Penasehat Kerajaan Hwang yang berusaha menenangkan amarah Raja.

“Benar, Yang Mulia. Kita tidak tahu, di luar sana mungkin masih tersisa orang-orangnya Kim Jeong Ho. Mereka bisa menggunakan skandal ini untuk merebut kekuasaan yang telah susah payah anda dapatkan,” tambah Perdana Menteri Han, mertua almarhum Yong Han.

Raja menggeberak meja, “Aku tidak bisa membiarkan mereka begitu saja! Mereka telah membuat malu kerajaan ini! Mereka harus dihukum mati, meskipun dia adalah anak kandungku sendiri.”

“Tetapi siapa yang akan menjadi putera mahkota untuk meneruskan tahta Yang Mulia, jika Putera Mahkota Yong Goo dibunuh?” tanya Perdana Menteri.

“Aku masih punya anak laki-laki dari selirku. Kasim Baek,” panggil Raja.

“Hamba, Yang Mulia,” jawab Kasim dengan segera.

“Siapkan Pangeran Yong Sung untuk menjadi putera mahkota.”

“Ta… tapi bukankah ibunda Pangeran Yong Sung adalah keturunan rakyat jelata?” tanya Penasehat Hwang.

“Yong Sung tetaplah putraku!” bentak Raja. “Lebih baik aku menjadikan anak budak rendahan menjadi putera mahkota, daripada anak bangsawan yang sudah membuat malu negeri ini dengan tindak asusilanya!”

***

Dengan membayar penjaga penjara, Eon Hwa mengunjungi Myung Geum yang meringkuk lemas di dalamnya. Air mata Eon Hwa mengalir melihat tubuh Myung Geum yang penuh luka.

“Kenapa… kenapa…?”

Terseok Myung Geum merangkak menghampiri Eon Hwa yang duduk di luar jeruji kayu, “Maafkan aku. Aku tidak pernah mendengar nasehatmu. Aku melibatkan perasaan, hingga rasa itu berakar sangat kuat. Aku tidak sanggup mencabutnya.”

“Bodoh… Bodoh!” Eon Hwa memukul-mukul jeruji kayu yang memisahkan mereka.

Myung Geum tersenyum tipis, “Iya, aku memang bodoh. Logika sudah tidak bisa lagi bekerja memperingatkan tanda bahaya. Cintaku padanya telah melumpuhkanku. Aku tak berdaya.”

Eon Hwa menghapus air matanya, “Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkanmu dari sini. Aku akan mencegahmu dipenggal. Kau tidak akan mati. Percayalah padaku.”

“Terima kasih, tapi kau tidak perlu susah-susah melakukannya. Yang Mulia tidak akan memaafkan kami, terutama aku. Mungkin Putera Mahkota bisa saja bebas, tapi aku tidak.”

Eon Hwa menggenggam tangan Myung Geum melalui celah jeruji, “Percayalah padaku. Kau tidak akan mati.”

***

Usai Eon Hwa, giliran Yoon Shik yang mengunjungi Myung Geum. Tetapi Myung Geum terus memunggunginya, tidak ingin bertatap muka dengan pria itu.

“Myung Geum…”

“Anda berhak menceraikan saya, Nauri. Silahkan ambil kembali uang anda yang sudah anda berikan pada Hojang untuk membeli saya.”

Yoon Shik terkesiap, “Myung Geum, mengapa kau berkata seperti itu? Tak pernah terlintas sama sekali di benakku untuk meninggalkanmu.”

“Saya tidak pantas menjadi selir anda. Saya sudah menjatuhkan martabat anda.”

Memories of Gisaeng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang