6th Memory

5.3K 347 11
                                    

Hari ini Yong Goo menginap di rumah kakaknya. Yong Han mengintip Yong Goo yang tampak serius dengan kertas dan pena bulu. Mengendap-endap Yong Han masuk ke kamar Yong Goo, mengintip dari belakang, apa yang dilakukan adiknya dengan kertas dan pena itu. Begitu tahu apa isi kertas itu, Yong Han memukul kepala Yong Goo.

“Aduh!”

Yong Han menarik kertas itu, “Eeeyyy, kupikir kau sudah insyaf, mulai belajar dengan rajin. Rupanya menggambar perempuan. Dasar mesum!”

“Kembalikan kertasku, Hyungnim!”

Yong Goo berusaha meraih kertasnya. Yong Han mengangkatnya tinggi-tinggi. Tetapi Yong Goo tetap dapat merebut kembali kertasnya, meski sobek sedikit. Yong Han memang kakak tertua, tetapi tubuhnya paling pendek dan gempal di antara saudara-saudaranya.

“Oh, kau juga menulis banyak surat cinta?” tanya Yong Han yang melihat isi gumpalan-gumpalan kertas yang berserakan di kamar itu.

Kali ini Yong Goo tidak merebut kertas lagi. Dia sudah pasrah, karena sudah ketahuan.

“Eh, siapa gadis itu? Putrinya siapa? Siapa tahu aku kenal orangtua atau saudaranya,” Yong Han mulai mengorek informasi, tetapi Yong Goo tidak mau bilang apa-apa. Kalau Yong Han sampai tahu bahwa gadis yang disukainya itu adalah calon gisaeng, kakak pasti akan membunuhnya.

“Bagaimana cara Hyungnim merayu kakak ipar sampai mau menikah denganmu?” tanya Yong Goo.

“Aku tidak merayunya. Sejak awal dia sudah terpikat pada kepintaranku.”

Yong Goo mencibir, “Bohong.”

Yong Han memukul kepala Yong Goo lagi, “Kau meremehkanku?”

“Memangnya kenapa, gadis itu tidak mempan kau rayu, ya?” tanya Yong Han.

Yong Goo mengangguk, lalu menuding kakaknya, “Jangan tertawa!”

Tetapi Yong Han sudah tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit.

“Wah, akhirnya ada gadis yang bisa menaklukanmu! Gadis yang tidak mudah jatuh ke rayuan lelaki adalah gadis yang baik. Dia tidak mungkin mau didekati oleh pria yang suka mempermainkan wanita sepertimu.”

“Aku bukan pria yang suka mempermainkan hati wanita!”

“Kalau begitu, kenapa kau sering keluar masuk gibang?”

“Sudah kubilang, aku belajar musik di sana…”

“Sekalian bermain dengan gisaeng.”

Yong Goo terdiam dan mendengus kesal.

Yong Han menepuk bahu adiknya, “Wah, adikku sudah dewasa sekarang. Dengarkan aku, kau harus mengubah sifatmu lebih dulu, menjadi pria bangsawan yang terhormat, cerdas, dan menghargai wanita. Para gadis pasti akan mengagumimu. Memangnya siapa gadis itu? Dari keluarga mana? Apa kau ingin Hyung-nim atau Abeoji membantumu melamarnya? Dari segala cara, perjodohan adalah jalan termudah, seperti yang kulakukan pada kakak iparmu dulu.”

 *** 

Yong Goo pun mulai belajar untuk berubah seperti kata kakaknya. Dia belajar dengan rajin. Nilai pelajarannya mulai bagus. Tetapi dia tetap pergi ke Gibang Bu Yong setelah gibang itu dibuka kembali, karena gadis incarannya ada di sana.

“Selamat datang, Tuan Muda. Mau kubawakan gayageum?” tanya Hong Ran.

“Hari ini aku ingin meminjam suling saja, Noonim.”

Setelah menerima suling, Yong Goo pergi ke gazebo untuk berlatih dalam kesunyian. Namun ternyata dia tidak sedang sendirian. Ada seorang perempuan yang sedang menari tanpa musik di gazebo itu.

Memories of Gisaeng ✔Where stories live. Discover now