11th Memory

4K 277 4
                                    

Hari hampir menjelang subuh. Yong Goo mondar-mandir di dalam kamarnya yang gelap. Dia tidak tidur semalaman. Dia sempat berusaha menyelinap untuk melarikan diri bersama Myung Geum. Tetapi entah mengapa penjagaan asrama hari ini sangat ketat. Lubang tempatnya sering menyelinap telah ditutup dan dijaga. Mungkin para penjaga itu adalah suruhan Yong Han.

Yong Goo menggebrak meja dengan kesal. Kepalan tangannya menyentuh kertas kosong. Tiba-tiba dia punya ide.

Tak berapa lama kemudian, Yong Goo sudah berada di dalam kamar Yoon Shik, membangunkan pemuda yang sudah terlelap itu.

“Aduh, ada apa sih?” tanya Yoon Shik kesal sambil mengucek-ngucek matanya.

Yong Goo meraih tangan Yoon Shik dan menggenggamnya, membuat Yoon Shik seratus persen sadar dari kantuknya, “Kau temanku yang paling baik.”

“A… apa-apaan ini?”

Yong Goo memberikan sebuah amplop berisi surat ke tangan Yoon Shik, “Kau mengenal Myung Geum, kan? Tolong berikan ini kepadanya.”

“Kenapa tidak kau berikan sendiri? Kau bilang, dia ‘wanitamu’,” cibir Yoon Shik.

“Aku tidak bisa memceritakan detilnya kepadamu, yang pasti aku akan segera pergi sebentar lagi, dan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya.”

Yoon Shik mengerutkan kening, “Kau mau ke mana?”

“Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Suatu saat nanti kalau kita bertemu lagi, pasti akan kuceritakan. Surat ini harus kau berikan kepada Myung Geum. HARUS!”

Yoon Shik masih kebingungan saat Yong Goo hendak meninggalkan kamarnya. Tetapi sebelum Yong Goo pergi, Yong Goo sempat menitipkan pesan, “Tolong lindungi Myung Geum untukku.”

***

Ketika pagi menyapa, Yong Goo benar-benar telah menghilang. Yoon Shik tadinya sempat berpikir kalau Yong Goo mungkin hanya mengigau. Mereka hanya mendengar kabar bahwa Yong Goo mendadak terserang penyakit, sehingga harus keluar dari asrama dan tinggal di rumahnya sendiri, agar tidak menulari siswa yang lain. Tetapi Yoon Shik tahu, bahwa kabar itu bohong, karena dia melihat dengan mata kepala sendiri, Yong Goo sehat walafiat tadi subuh.

Lalu Yoon Shik teringat akan surat yang dititipkan Yong Goo tadi. Mungkin jawaban menghilangnya Yoon Shik ini, ada di surat itu.

“Untuk kekasihku, Myung Geum…”

Yoon Shik mengernyit melihat tulisan di amplop. Dia menarik kertas surat dari dalamnya.

“Aku tidak pernah tahu, pertemuan kita di tepi kolam bunga lotus, di malam penuh bintang yang bersinar terang, seterang dirimu, adalah pertemuan kita yang terakhir…”

Kali ini Yoon Shik menggaruk-garuk dagu yang mulai ditumbuhi janggut tipis. Tulisan ini nampaknya terlalu berlebihan. Yoon Shik baru menyadari, dia berhadapan dengan seorang pujangga.

“Aku harus pergi. Pergi ke tempat yang sangat jauh. Mohon maafkan aku yang pergi begitu saja, tanpa pamit. Itu sebabnya aku mengirimkan surat ini sebagai ucapan perpisahan. Namun percayalah, bahwa aku melakukan ini semua demi keselamatanmu. Dan aku pergi tak akan lama. Aku akan segera kembali, dan membawamu turut serta.

Salam sayang, Lee Yong Goo.”

Meski sudah membacanya berkali-kali, Yoon Shik masih belum mengerti, mengapa Yong Goo pergi. Dia pun memasukkan kembali surat itu ke amplopnya, kemudian melirik ke arah gerbang asrama, “Eeeyyy, bagaimana caranya aku memberikan surat ini padanya?”

Baru beberapa minggu kemudian, Yoon Shik bisa keluar asrama, pada malam kebebasan. Di gibang, dia melihat Myung Geum sedang melayani para tamu dengan wajah murung. Beberapa kali Myung Geum melihat ke pintu gerbang, seperti sedang menunggu seseorang.

Memories of Gisaeng ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt