4th Memory

5.8K 342 4
                                    

Yoon Shik, Dong Joon, dan Jae Ha, beserta beberapa tamu masih menikmati hiburan yang ditampilkan di Gibang Bu Yong. Namun Yong Goo telah menghilang dari ruangan itu. Dia mengikuti Kyung Ja yang sedang berjalan ke paviliun mawar, tempat tinggal calon gisaeng.

Tiba-tiba Kyung Ja berhenti, tanpa menoleh ia bertanya, “Sampai kapan anda akan mengikutiku, Tuan Muda?”

Yong Goo terperangah, aksi menguntitnya ketahuan. Dia melangkah penuh percaya diri menghampiri Kyung Ja, sambil menggoyang-goyangkan kipasnya.

“Aku ingin berkenalan denganmu, Agassi,” Yong Goo mengulurkan tangannya, namun Kyung Ja tak bergeming, bahkan tidak menatap mata pria itu.

Yong Goo menarik kembali tangannya, “Baiklah, toh aku juga sudah tahu namamu. Aku Lee Yong Goo, kerabat Raja.”

“Maaf, Tuan Muda, jika anda menginginkan saya untuk melayani anda, sebaiknya anda cari gisaeng lain saja. Kami masih belum boleh melayani laki-laki. Nanti setelah peresmian, barulah kita bertemu lagi.”

Kyung Ja menunduk hormat sebelum pergi. Tetapi tiba-tiba Yong Goo menahan lengan Kyung Ja, “Tunggu…”

Kyung Ja mendelik melihat lengannya berada di cengkeraman Yong Goo. Seumur hidup dia tidak pernah disentuh pria selain ayahnya. Tiba-tiba ada tangan lain yang memegang tangan Yong Goo, melepaskan lengan Kyung Ja dari tangan itu.

“Ah Reum…” gumam Kyung Ja.

“Maaf, Tuan Muda, mungkin anda tidak tahu, kami belum resmi menjadi gisaeng. Kami belum bisa melayani anda. Saya akan mengantarkan anda kepada beberapa senior kamiyang sudah boleh melayani anda,” kata Ah Reum dengan sopan sambil tersenyum manis.

Yong Goo membalas senyuman Ah Reum sekejap, lalu menatap Kyung Ja lagi, “Kita akan segera bertemu nanti.”

Yong Goo pergi meninggalkan mereka berdua menuju ruang tamu.

“Kau mengenalnya?” tanya Ah Reum.

“Tidak. Mungkin seperti yang kau bilang, dia tidak tahu kalau kita belum boleh melayani laki-laki,” jawab Kyung Ja.

 ***

Yong Goo tidak bisa tidur, dan tidak ingin tidur. Benaknya terus membayangkan wajah cantik calon gisaeng yang bernama Myung Geum itu. Ada rasa aneh yang menelusup di dalam dadanya ketika dia melihat Myung Geum menari tadi. Dia tidak dapat mendefinisikan rasa itu, yang pasti dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Selama ini dia memang suka menggoda gadis-gadis, entah gadis bangsawan, gadis dari rakyat biasa, terutama para gisaeng. Tetapi dia tidak merasakan apapun saat bersama mereka. Apalagi semua gadis itu langsung takluk pada pesonanya, bahkan saat dia baru mengedipkan mata, tetapi berbeda dengan Myung Geum yang menolak dirinya.

“Ah, apa aku hanya penasaran saja, karena dia menolak berkenalan denganku?” gumam Yong Goo.

 ***

Pagi hari yang cerah, para pedagang di pasar mulai membuka gerai toko mereka. Sebentar saja, pasar sudah penuh oleh para pedagang maupun pembeli. Kerumunan orang itu perlahan tersibak untuk memberi jalan kepada rombongan gisaeng dari Gibang Bu Yong. Semua orang di pasar itu, baik lelaki maupun perempuan, terkagum-kagum dengan paras cantik para gisaeng itu. Berjalan paling depan, Haengsu Baek Jin Hyang. Wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut-kerutan itu masih tetap memancarkan kecantikan dan keanggunan. Di belakangnya, Hong Ran dan beberapa gisaeng senior dengan kecantikan wanita dewasa, kemudian disusul oleh para calon gisaeng yang masih muda dan menyegarkan mata – terutama bagi para lelaki.

Ini pertama kalinya calon gisaeng keluar dari ‘kandang’ mereka. Itu berarti Pesta Bunga Perawan akan segera dilaksanakan. Pesta itu bukan pesta biasa. Itu adalah pesta peresmian para calon gisaeng menjadi gisaeng. Disebut bunga perawan karena beberapa bangsawan, pejabat maupun pensiunan pejabat akan datang, kemudian akan memilih salah satu untuk diambil keperawanannya.

Memories of Gisaeng ✔Where stories live. Discover now