12th Memory

3.7K 263 3
                                    

Cairan itu tidak berwarna dan tidak berbau, juga sangat cepat larut. Cukup dioleskan sedikit saja oleh ujung jari di dalam gelas, saat air ataupun arak dituangkan ke gelas itu, cairan itu akan langsung larut di dalamnya. Begitu diminum, maka akan segera bekerja di dalam tubuh manusia, meningkatkan hormon testosteron. Tetapi efek itu juga akan cepat hilang, tergantung seberapa banyak dipakai.

“Kita beruntung, memiliki Kepala Tabib yang sangat hebat di pihak kita,” kata Yong Sook sambil menepuk-nepuk bahu Kepala Tabib.

“Obat itu benar-benar tidak akan ditemukan oleh tim kepolisian, kan?” tanya Menteri Perpajakan agak khawatir.

“Tidak akan, karena obat itu cepat larut bersama arak yang dia minum. Di dalam tubuh juga langsung larut dengan darah. Sisa obat itu juga sudah dihancurkan. Aku pun tidak pernah menuliskan resepnya,” jelas Kepala Tabib.

“Seandainya kita membutuhkan obat itu lagi, apa kau bisa membuatnya lagi?” tanya Menteri Han.

Kepala Tabib mengetuk-ngetuk keningnya, “Resepnya sudah ada di sini.”

“Kau memang benar-benar hebat, Tabib Seo! Untuk rencana selanjutnya, kuserahkan kepadamu. Sekarang aku akan ke Gibang Bu Yong. Kita harus melihat bagaimana keadaan gisaeng kita.”

***

Terdengar sesuatu yang pecah ketika Yong Sook baru menginjakkan kaki di gibang. Para gisaeng berkumpul di depan sebuah kamar. Terdengar jeritan dari dalam kamar itu. Dua orang polisi diseret keluar oleh beberapa gisaeng.

“Ada apa?” tanya Yong Sook kepada dua polisi itu.

“Kami akan membawa korban ke pengadilan kerajaan untuk bersaksi. Tetapi, tampaknya kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi,” jelas seorang polisi.

“Kasihan dia. Padahal dia gisaeng muda yang paling berbakat,” kata polisi yang satunya lagi.

Daegam…” Haengsu Baek menghampirinya, “Saya tidak bermaksud mengusir, tetapi sebaiknya Daegam pulang saja. Sejak kejadian semalam, Eon Hwa selalu histeris saat melihat laki-laki. Dia tidak mau makan dan minum. Kami kewalahan bahkan sahabatnya Myung Geum, tidak bisa menenangkannya.”

“Bagaimana kalau kucoba?”

“Tapi, Daegam…”

Tanpa bisa dicegah, Yong Sook masuk ke kamar itu. Dan wajahnya berhasil terkena timpukan bantal.

“Eon Hwa…”

“Pergi!” jerit Eon Hwa yang meringkuk di balik selimut di sudut kamar.

“Ini aku, jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu.”

“Pergi!!!”

Yong Sook memeluk tubuh gemetar Eon Hwa. Eon Hwa berusaha memberontak, namun akhirnya hanya bisa menangis di pelukan pria tua itu.

“Aku akan melindungimu, Eon Hwa, aku akan melindungimu.”

Para gisaeng lega melihat Eon Hwa yang sudah mulai tenang. Myung Geum membawakan makanan yang baru. Perlahan-lahan Yong Sook menyuapkan makanan itu kepada Eon Hwa yang masih meringkuk di dalam pelukannya.

“Bagus… bagus sekali…,” gumam Yong Sook sambil menyuapi Eon Hwa. Dia tersenyum, namun tidak ada yang tahu arti sebenarnya dari senyuman itu.

***

Pernikahan kerajaan tetap dilaksanakan, namun Putri Kyung Hye tidak dinikahkan dengan Kim Seung Ho, melainkan dengan Jung Ha Byung, cucu mantan pejabat kerajaan. Kim Seung Ho dipenjara dan disiksa. Beberapa kesaksian dari saksi mata, termasuk para guru dan Yong Han, semakin memojokkan Seung Ho. Memang sempat ada dugaan bahwa Seung Ho diberi obat perangsang sehingga memperkosa Eon Hwa secara tidak sadar, karena Seung Ho beralasan bahwa dia merasa pusing dan tubuhnya terbakar setelah meminum arak. Tetapi hasil investigasi terhadap arak, makanan, dan peralatan makan bekas pesta di kedai, tidak menunjukkan indikasi adanya obat perangsang.

Eon Hwa yang sudah cukup tenang, dibawa ke pengadilan untuk bersaksi, ditemani Haengsu dan beberapa gisaeng senior. Meski terbata-bata, Eon Hwa menceritakan kronologis kejadian itu.

“Sa… saya tidak tahu apa-apa. Saya cuma… cuma… menghampirinya karena… dia kelihatan sedang tidak sehat. Tapi… tiba-tiba dia mencium dan… dan…” Eon Hwa memeluk dirinya sendiri yang gemetaran. Dia mulai menangis tersedu-sedu.

“Tidak! Saya tidak bersalah! Saya dijebak! Dia… dia yang menjebak saya! Dia ini kan gisaeng. Dia terbiasa merayu dan menjebak pria, termasuk saya!”

Haengsu Baek berdiri, “Serendah itu anda menilai seorang gisaeng? Kami memang tidak suci seperti wanita-wanita lainnya, tetapi kami masih memiliki harga diri, sebagai seorang seniman. Kami menjual diri kami untuk melayani pria-pria terhormat, bukan sampah seperti anda.”

Gisaeng yang lain menarik Haengsu untuk kembali duduk, sebelum Raja murka. Tetapi Haengsu dengan berani melangkah ke tengah lapangan untuk membawa pergi Eon Hwa.

“Mohon ampun Yang Mulia, saya tidak bermaksud mengacaukan pengadilan. Tapi saya mohon agar pemerkosa murid saya dihukum seberat-beratnya.”

Para gisaeng keluar dari lapangan pengadilan. Di halaman istana, banyak sarjana, guru, dan para siswa Sungkyunkwan yang sedang berlutut. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, yang memohon pengampunan, dan yang memohon hukuman.

Pengadilan selesai, namun Raja belum menentukan hukumannya. Yong Sook menghampiri Perdana Menteri Kim yang berwajah gundah. Mereka bicara empat mata di dalam sebuah ruangan.

“Aku turut bersedih atas apa yang menimpa putramu. Aku akan mencoba bicara dengan Yang Mulia agar hukuman Seung Ho diringankan. Semoga Yang Mulia masih mau mendengarkan permintaan kakak tirinya,” kata Yong Sook.

Kim Jeong Ho tetap diam, dengan mata menatap Yong Sook tajam.

“Bagaimanapun juga, kita hampir berbesan. Seung Ho adalah mantan tunangan putriku. Aku pasti akan berusaha membantunya.”

“Sebenarnya apa maumu? Kalau kau berpikir aku akan berpihak padamu jika kau menolong putraku, kau salah besar.”

Yong Sook menghela napas panjang, “Sebenarnya aku hanya ingin menyatukan Seung Ho dan Sae Young kembali. Mereka pasangan yang serasi. Dengan batalnya pernikahan Seung Ho dan Putri Kyung Hae, kupikir kau mau kembali berbesan denganku. Tapi…” Yong Sook tersenyum, namun senyum itu tidak sampai di matanya yang menatap Jeong Ho tajam, “sepertinya kau sudah tidak tertarik.”

Sebelum Yong Sook meninggalkan ruangan itu, dia menoleh sejenak kepada Jeong Ho yang masih duduk, “Oh ya, kau tidak mengenali gisaeng yang hampir diperkosa Seung Ho itu?”

Jeong Ho menoleh, menatap Yong Sook yang tersenyum miring, “Dia putri dari wanita itu, Hye Mi.”

Jeong Ho terbelalak.

***

Kepala Tabib Seo dibantu dengan Tabib Muda Jang memeriksa nadi Raja yang merasa kurang enak badan setelah upacara pernikahan putrinya.

“Anda jangan terlalu sering berpikir keras, Yang Mulia. Anda harus lebih banyak istirahat,” kata Kepala Tabib.

Raja menghela napas panjang, “Terlalu banyak kejadian akhir-akhir ini, sampai-sampai aku hampir menghancurkan pernikahan putriku sendiri.”

“Tidak, Yang Mulia, pernikahan Tuan Putri berjalan dengan lancar. Seharusnya anda berbahagia hari ini, atas pernikahan Tuan Putri.”

“Kau benar, Tabib Seo. Oh, aku sangat lelah, tetapi mata tua ini tidak ingin terpejam.”

“Saya akan menyuruh Tabib Kim untuk membuatkan ramuan agar Yang Mulia bisa tidur pulas.”

“Ya, benar, Tabib Kim memang ahlinya membuatku tertidur.”

Malam itu Raja tertidur sangat pulas, hingga tidak akan pernah terbangun lagi.

To Be Continue

Memories of Gisaeng ✔Where stories live. Discover now