14th Memory

3.7K 285 11
                                    

 Tiga tahun berlalu tanpa terasa, yang diwarnai dengan pergolakan politik di istana. Setengah tahun setelah Kim Jeong Ho dihukum, Raja Muda meninggal dunia karena sakit keras. Dan kini yang memerintah Joseon adalah Lee Yong Sook. Namun dia tidak serta merta duduk nyaman di atas singgasana. Kim Seung Ho yang seharusnya berada di pengasingan sebagai budak, ternyata berhasil kabur dan membentuk kelompok pemberontak. Dia ingin membalaskan kematian ayah dan keluarganya kepada Yong Sook. Sayangnya, Yong Sook sudah keburu menjadi raja yang tentu saja dilindungi dengan sangat ketat.

Sementara itu Gibang Bu Yong cukup terancam dengan keberadaan kelompok pemberontak itu, mengingat Kim Seung Ho masih dendam terhadap Eon Hwa yang menghancurkan hidupnya. Dia pernah hampir memanah Eon Hwa saat para gisaeng sedang jalan-jalan di pasar malam. Tetapi Haengsu Baek yang berjalan bersamanya dan melihat pemanah itu, segera memeluk Eon Hwa. Punggung Haengsu Baek terpanah dan mengenai jantungnya. Dia tewas dipelukan Eon Hwa. Sejak itu Gibang Bu Yong dijaga ketat.

Tetapi kini keadaan sudah mulai aman, dengan tertangkapnya kelompok pemberontak itu. Sebentar lagi mereka akan dihukum mati. Meski begitu, Gibang Bu Yong tidak seramai dulu lagi, karena para pengawal memeriksa ketat orang-orang yang mau berkunjung.

“Maaf menunggu lama,” ucap Myung Geum ketika dia menghampiri Yoon Shik yang berdiri di depan gerbang sambil berkipas.

Yoon Shik menoleh dan tersenyum lebar, “Oh, tidak lama. Aku juga baru sampai. Kita pergi sekarang?”

Myung Geum mengangguk seraya berjalan di sisi Yoon Shik. Hari ini mereka sudah janjian untuk jalan-jalan di pasar malam. Myung Geum tidak mengenakan pakaian dan dandanan gisaeng yang mencolok. Hanbok sutranya cukup sopan, dan rambutnya hanya digelung sederhana dengan sedikit pernak-pernik.

Sejak Yong Goo menghilang, Yoon Shik yang selalu hadir untuk Myung Geum. Ketika Myung Geum sedang berduka teramat dalam atas kematian Haengsu yang sangat dia sayangi, Yoon Shik selalu menemani dan menghiburnya. Dia juga selalu mencemaskan Myung Geum ketika gibang terancam oleh kelompok pemberontak. Sehari dua kali dia datang untuk melihat keadaan Myung Geum.

Meskipun agak sedikit terlambat karena pergolakan politik, kini Yoon Shik sudah menjadi sarjana. Dan sekarang dia sudah bekerja di istana sebagai pejabat yang menjaga arsip data penting di istana. Gajinya tentu saja lebih tinggi daripada gaji ayahnya yang seorang Hojang. Selama dua tahun dia menabung seluruh gajinya, untuk mengambil Myung Geum menjadi miliknya, seperti yang dia impikan selama ini.

Saat Myung Geum sedang memilih kain, Yoon Shik melihat-lihat berbagai macam aksesoris dan perhiasan di kios sebelah. Dia mengambil sebuah cincin giok dengan sulur-sulur berwarna emas yang menghiasi bagian tengahnya. Dia juga membeli sebuah binyeo dua warna, emas dan silver, serta beberapa pernak-pernik. Sebelum Myung Geum melihatnya, dia segera menyembunyikan belanjaannya itu di balik lengan bajunya.

“Kau mau itu?” tanya Yoon Shik saat mereka melewati penjual gula-gula.

Myung Geum mengangguk. Yoon Shik membeli dua tusuk gula-gula dan mengajak Myung Geum berjalan lagi. Tiba-tiba seorang pria yang membawa gentong arak hampir menabrak Myung Geum. Yoon Shik menarik Myung Geum ke dalam pelukannya untuk menghindari pria itu. Dua tusuk gula-gula yang masih dipegang Yoon Shik terjatuh karena insiden ini.

Di dalam pelukan pria itu, Myung Geum dapat mendengar detak jantung Yoon Shik yang berdebar sangat kencang.

“Kau tidak apa-apa?” Yoon Shik memegang bahu Myung Geum dan menatapnya cemas.

Myung Geum menggeleng pelan.

“Ah, gula-gulanya jatuh. Akan kubeli lagi,” kata Yoon Shik hendak kembali ke penjual gula-gula, tetapi Myung Geum menahan tangannya.

Memories of Gisaeng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang