26. Jangan Pergi

4.1K 234 3
                                    

Tidak pernah ada waktu dan tempat untuk cinta sejati. Semuanya terjadi tanpa sengaja, dalam satu detak jantung, dalam sekejap, menghasilkan momen mendebarkan.

***

"Sekarang Fanya lagi di tangani sama dokter. Tenang dulu, Dev," ucap Gery yang melihat Devan sangat gelisah.

"Kenapa kalian gak jagain, sih?!" bentak Devan emosi.

"Dev, gue gak tahu bakalan gini. Lagian gue sama Gery lapar, ya kali gue gak makan," kata Havis kesal karena di salahkan.

Devan menghela napas sesaat, ia juga tidak bisa menyalahkan kedua temannya. Seharusnya ia berterimakasih kepada temannya yang sudah mau menunggu Fanya. Ia terlalu emosi.

"Olivia tadi jelas banget lari gitu, kayak yang abis dari ruangan Fanya. Terus Karin ngajak lo buat ketemu itu biar mudah Olivia masuk ke dalam ruangan Fanya," ucap Gery tiba-tiba.

Devan menggelengkan kepalanya. "Gak mungkin, Karin gak sejahat itu. Karin gak kenal sama Olivia."

"Iya juga, sih," timpal Havis.

"Lo belain Karin? Karin aja kemarin gabung sama Jefri, terus sekarang sama Oliv kenapa nggak?" Ucapan Gery barusan membuat Devan terbungkam.

Devan baru saja akan berbicara, dokter keluar dari ruangan.

"Beruntung sekali pasien di selamatkan tepat waktu. Kalau saja tadi telat beberapa menit, mungkin sudah tidak bisa di tolongkan," kata dokter tersebut sambil tersenyum tipis.

"Satu lagi, saya menemukan jarum suntik tergeletak di lantai, cairannya ini berbahaya sekali karena dapat mematikan." Dokter tersebut berucap seraya memperlihatkan jarum suntik yang ada di tangannya.

"Kemungkinan tadi ada orang yang menyelinap ke ruangan," jelas dokter itu.

"Lalu bagaimana keadaan Fanya sekarang?" tanya Devan tidak sabaran.

"Pasien bisa sadar besok atau lusa, jika jarum suntik itu tidak mengenai tubuhnya, mungkin saja sekarang sudah sadar," paparnya.

Devan menghela napas lega, setidaknya kabar dari dokter tersebut membuat Devan sedikit lega. Ia mengusap wajahnya gusar lalu menyenderkan tubuhnya ke tembok.

"Gue mau jujur, maaf selama ini gue gak cerita sama kalian. Sebenarnya gue jadian sama--"

"Sandra," potong Devan dengan wajah datarnya.

Gery melotot tidak percaya. "Kenapa lo tahu?"

"Ger, l-lo se-serius?" tanya Havis tidak percaya. Setahunya, mereka hanya sekedar teman.

Devan terkekeh. "Dugaan gue bener."

"Ya gitu, tapi gue udah putus," kata Gery sedikit sedih karena harus mengingatnya kembali.

"Kenapa?" tanya Havis heran.

"Udahlah, jangan bahas itu," ucap Gery sambil mengambil ponselnya di saku, berniat untuk bermain game.

"Tante Farah belum kesini? Berarti belum tahu tentang ini?" tanya Havis kepada Devan.

"Jangan kasih tahu Tante Farah, pasti Tante Farah akan khawatir terus salahin gue terus," balas Devan dengan suara pelan.

Attention [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang