4. Kejutan

7.6K 473 18
                                    

Jangan selalu menyalahkan diri sendiri jika kenyataannya ingin menang sendiri.

***

Mata Fanya melotot tidak percaya ketika Devan mengucapkan hal tersebut. Apalagi saat cowok itu membisikan sesuatu, membuat jantung Fanya berdebar-debar. Lidah Fanya juga tiba-tiba kaku untuk berbicara.

"Mak-sud lo?" tanya Fanya akhirnya bersuara dengan gugup.

"Lo cewek gue. Mulai sekarang," ucap Devan dengah penuh penekanan.

Fanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan. "Gak lucu."

"Gue lagi gak ngelucu, sayang," kata Devan gemas yang membuat Fanya melotot lagi karena panggilan sayang itu yang membuat sendirinya geli.

"Apaan sih lo," ketus Fanya sambil memalingkan wajahnya.

"Jangan malu, ucapan gue beneran." Devan berdiri sambil menarik lengan Fanya lembut, tidak kasar seperti tadi.

Ketika di koridor, Fanya dan Devan menjadi tontonan. Setiap mereka melewat pasti orang-orang pada berbisik, adapula yang memotretnya. Jujur, Fanya sangat malu, sepanjang jalan dirinya terus menunduk.

"Jangan malu," kata Devan sambil menggandeng tangan Fanya yang membuat orang lain berteriak histeris dan yang digandeng berusaha melepaskan.

"Lo apa-apaan sih," bisik Fanya dengan nada kesal.

"Biar semua orang tahu, kalau lo milik gue," ucap Devan dengan santainya.

"Gak, gue bukan milik lo," sanggah Fanya.

"Milik gue!" tegas Devan.

Mereka berdua sampai di depan kelas Fanya. Sebelum Fanya melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, lagi-lagi Devan menahannya.

"Apaan?" tanya Fanya malas.

Devan mengecup pipi Fanya sekilas sebelum meninggalkan kelas Fanya. Fanya sendiri langsung reflek memegang pipinya, ini sungguh diluar dugaannya. Sedangkan Devan dengan santainya tersenyum lebar sambil berjalan menuju kelasnya. Pipi Fanya memerah karena malu, banyak sepasang mata yang melihatnya. Fanya masuk ke dalam kelas dengan pelan-pelan. Malu, sungguh malu.

"Omaygat, so sweet!" seru Misel dari tempat duduknya saat melihat Fanya berjalan menghampirinya.

"Lo liat?" tanya Fanya kaget.

"Iya, lumayan kan gratis. Lo gimana ceritanya bisaㅡ"

Fanya segera memotong. "Jangan bahas itu!"

Misel tertawa kecil. "Lucu banget lo."

"Maksud lo?" Fanya bertanya.

"Kayaknya Devan suka sama lo karena lo emang lucu," kata Misel sambil terkekeh pelan.

"Udah Sel, jangan bahas," keluh Fanya dengan wajah cemberut.

***

Selama pelajaran berlangsung, Fanya sungguh tidak fokus. Pikirannya melayang kemana-mana, apalagi kejadian tadi istirahat. Ia kembali memegang pipinya, astaga, ini pasti mimpi. Tolong bangunkan Fanya segera kalau ini emang mimpi.

Attention [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang