24. Terungkap

4K 220 1
                                    

"Jangan pergi, aku gak mau kehilangan kamu."

***

Semuanya terlambat, Devan menyesal telah mengizinkan Fanya sendirian ke taman kota. Telah terbukti, Jefri orang bertopeng itu, sekaligus pengirim rahasia yang selalu memberi pesan kepada Fanya. Wajah Devan penuh dengan luka, tangannya juga terluka karena sayatan pisau.

Karin dengan tidak punya malunya masih ingin dekat-dekat dengan Devan, padahal Karin juga terlibat itu semua. Jefri berhasil di tangkap oleh polisi, tetapi sebelum di tangkap Jefri mendorong Fanya sampai ke tengah jalan dan mobil truk menabraknya. Itu yang membuat Devan marah besar.

Sekarang Devan sedang menunggu dokter keluar dari ruangan. Mama Fanya juga menunggu sambil menangis terus-terusan, bahkan Sandra sudah menenangkan mama Fanya.

Sudah hampir setengah jam Fanya menunggu si pengirim rahasia itu. Ia malah bertemu dengan Karin. Ia masih setia duduk di bangku taman. Tiba-tiba Karin membekap mulut Fanya hingga membuatnya tidak sadarkan diri. Ketika Fanya sadar, ia sudah berada di ruangan yang tidak di kenali olehnya. Ia menatap sekeliling, banyak orang yang memakai topeng.

"Hai Fanya," sapa Karin dengan senyum miringnya.

"Fanya Alinka. Lo cantik juga." Jefri ikut berbicara.

"Lepasin gue!" teriak Fanya.

"Bentar lagi cowok lo dateng," kata Jefri sambil tertawa sinis.

Ikatan di tangan Fanya sangat kuat, rasanya sakit. Ia tidak menyangka bakalan seperti ini. Tepat Devan dan teman-temannya datang, Jefri langsug melepaskan ikatan Fanya. Ia memegang kedua tangan kuat sehingga Fanya tidak bisa memberontak.

Devan menatap Jefri dengan tatapan tajam, ia marah melihat ceweknya di sentuh cowok lain. Ia langsung di kepung oleh gengnya Jefri. Ia sudah kewalahan melawan yang jumlahnya banyak, bahkan tangannya terkena sayatan pisau.

Tio yang sudah punya rencana buru-buru mengalihkan perhatian gengnya Jefri. Lalu, polisi datang dengan jumlah banyak dan menangkap orang bertopeng itu. Saat itu Karin berhasil kabur, tetapi Jefri menarik tubuh Fanya lalu mendorongnya hingga ke tengah jalan dan mobil truk menabraknya. Fanya terpental jauh dengan darah berlumuran di tubuhnya, sedangkan Jefri sudah di tangkap oleh polisi.

Devan teringat terus kejadian tadi, ia seharusnya langsung membawa Fanya. Ia memijat peningnya yang terasa sakit.

"Tante, maaf Devan gak bisa jagain Fanya," lirih Devan dengan air matanya yang mengalir. Baru pertama kalinya Devan menangis karena orang yang di cintainya.

Farah mendorong tubuh Devan dengan kasar. "Jangan dekat-dekat lagi Fanya! Kamu jahat udah bikin anak saya terluka!"

Devan tidak tahu harus bagaimana lagi, ia hanya bisa sabar. "T-tante, Devan mi-minta maaf--"

"Jangan bicara lagi dengan saya!" teriak Farah sambil menangis.

"Tante udah, gak seluruhnya salah Devan. Malahan Devan niatnya baik banget udah datang kesana buat tolongin Fanya. Dia rela mukanya babak belur gitu, tangannya kesakitan gitu," kata Sandra berusaha menenangkan Farah.

Farah tidak menjawab apapun, ia masih terisak. Ia langsung bangkit berdiri saat dokter keluar ruangan.

"Gimana dok?" tanya Farah sambil menghapus air matanya.

Attention [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang