25. Karin yang jahat

4K 212 9
                                    

Kadang butuh waktu yang sangat lama untuk melupakan seseorang. Butuh waktu untuk menata kembali hati yang telah rusak karena dia telah bersamanya.

***

Karin memeluk lututnya sambil menangis di atas ranjang. Satu jam yang lalu, ia bertemu dengan Devan di rumah sakit. Cowok itu sangat setia menunggu Fanya terbangun. Ini memang salahnya, ia dulu menyia-nyiakan Devan. Andai saja dirinya tidak pergi ke luar negeri, mungkin sekarang Devan ada di sisinya.

Sekarang hatinya benar-benar sakit, orang yang di cintai Karin semuanya telah pergi. Mulai dari papanya, sosok yang paling mengerti Karin, meninggal karena penyakitnya. Lalu mamanya bunuh diri karena prustasi, padahal seusia Karin itu masa-masanya curhat kepada mamanya, mengadu kalau ada apa-apa. Terkahir, Devan. Cowok itu sudah mencintai orang lain, bukan dirinya lagi.

Karin sudah yatim piatu, saudara-saudaranya juga entah dimana. Sudah tidak ada tujuan hidup lagi, ia lelah dengan semuanya. Beruntung sekali dirinya langsung kabur saat polisi datang, tidak seperti Jefri yang tertangkap.

Tidak. Ini bukan Karin kalau terlalu mudah menyerah. Ia menghapus air matanya, ia memakai jaketnya dan pergi ke tempat makan terdekat. Kartu kredit mamanya masih banyak, juga papanya masih ada.

"Iya, sih. Gue juga bersyukur kalau si Fanya itu mati," kata salah satu cewek berambut panjang di gerai sambil tertawa.

"Hooh Liv, biar lo bisa deket-deket Devan lagi," sahut salah satu temannya.

Cewek yang berambut panjang di gerai itu adalah Olivia.

Olivia tertawa puas. "Pokoknya kita harus pura-pura jenguk Fanya, nanti liat kondisi dia gimana. Terus kita kasih jarum suntik agar dia mati!"

Kedua temannya tertawa menanggapi perkataan Olivia barusan.

Karin masih mendengar percakapan mereka. Ternyata ada yang lebih jahat darinya. Ia menduga, kalau mereka teman satu sekolahnya Fanya. Mereka pasti tidak suka kepada Fanya. Senyum miring tercetak di bibir Karin, ia memiliki ide.

"Hai," sapa Karin saat berada di dekat meja makan Olivia dan teman-temannya.

Olivia menatap Karin tidak suka. "Siapa lo?"

"Boleh gue gabung?" tanya Karin sambil tersenyum kecil.

"Lo siapa? Jawab dong," timpal temannya Olivia.

Karin bukannya menjawab, ia duduk di sebelah Olivia. "Gue sama seperti lo."

Olivia mengernyitkan dahinya bingung. "Maksud lo?"

"Gue denger semuanya. Lo pasti suka Devan dan gak suka sama Fanya," ucap Karin dengan santainya.

"L-lo sebenarnya siapa, sih?" tanya Olivia berhati-hati, takutnya cewek yang tidak di kenalinya ini adalah teman dekat Fanya atau Devan.

"Gue udah bilang, gue sama seperti lo. Gue pengen hancurin Fanya." Ucapan Karin barusan membuat Olivia sedikit terkejut.

"Seriusan?" tanya Olivia meyakinkan.

Karin mengangguk. "Yap, kita bisa kerja sama."

Olivia terkekeh. "Kerja sama? Yakin lo?"

"Yakinlah."

"Lo bisa apa?"

"Gue bisa pancing Devan saat kalian akan jenguk Fanya. Yang penting, Devan jangan tahu kalau kalian pergi ke rumah sakit. Dia bakalan larang lo, makanya gue yang pancing dia," jelas Karin.

"Bisa juga," sahut salah satu teman Olivia.

"Gampang, kan?" Karin tersenyum lebar, seolah-olah rencananya itu memang mudah sekali."

Attention [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang