Thalita

5.1K 159 11
                                    

"APA KAMU BILANG? PEREMPUAN ITU HAMIL?" teriak Thalita pada seorang lelaki yang kini hanya tertunduk di depannya.

"I-iya, Bu. Perempuan itu hamil. Tadi saya melihat sendiri dia sedang berada di klinik kandungan bersama dengan suaminya."

Thalita melemparkan vas bunga yang ada di depannya ke sembarangan arah. Tak hanya itu, ia melemparkan bantal, buku atau apapun yanv ada di dekatnya untuk menyalurkan rasa marahnya. Beruntung tidak mengenai kepala lelaki itu. Ia benar-benar murka saat tahu bahwa Nadia sedang hamil sekarang.

Ia tak rela jika Arvin dan Nadia bisa hidup bahagia bersama anak mereka kelak. Kini perasaannya pada Arvin bukan lagi sekedar cinta melainkan obsesi untuk memiliki seutuhnya tanpa interupsi dari siapapun. Thalita tak mau melihat Arvin selamanya berada dalam pelukan Nadia tanpa ada celah untuk dirinya.

"Kamu gak akan pernah bisa hidup bahagia sama Arvin, Nadia. Aku gak akan tinggal diam dengan keadaan ini. Gak akan pernah," ucap Thalita penuh dengan keyakinan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Kak?" tanya seorang lelaki yang baru saja memasuki ruangan mewah di rumah itu. Ya, ini memang rumah Thalita yang di hadiahkan dari pacarnya yang kaya raya itu. Tak heran ia mampu menyewa informan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Nadia dan Arvin. Terlebih ia juga dibantu dengan Andra yang kini juga berada di ruangan ini.

"Kamu harus bantu aku, Ndra. Aku gak rela mereka hidup bahagia dengan anak mereka. Aku gak akan pernah rela kalau Arvin jatuh ke pelukan perempuan jalang itu." dengus Thalita sambil menetralkan nafasnya yang memburu karena amarahnya.

"Kakak tenang dulu. Aku janji akan bantu Kakak untuk mendapatkan Mas Arvin lagi." Andra memegang tangan Thalita. "Sekarang aku pulang dulu. Nanti kalau ada kabar apapun aku akan beri tahu Kakak."

"Kita harus cari cara untuk memisahkan mereka secepatnya, sebelum anak itu lahir. Jika tidak, kesempatan aku untuk bersama Arvin akan lenyap." Thalita mulai memikirkan rencana untuk memisahkan Nadia dan Arvin. Andra tak menjawab perkataan Thalita dan memilih untuk berlalu dari rumah mewah bergaya american classic itu.

Belum juga ia mendapatkan ide, sebuah suara yang cukup ia kenal menginterupsi ruangan itu. Siapa lagi jika bukan kekasih Thalita yang kaya raya itu. Dengan cepat Nadia menghapus airmatanya dan berusaha untuk bersikap tenang di depan lelaki tua bangka itu.

"Sayang, apa kabar kamu? Aku kangen sekali dengan aroma tubuhmu itu." ucap si lelaki yang langsung memeluk tubuh ramping milik Thalita.

Thalita hanya tersenyum yang terkesan di paksakan. "Aku juga kangen sama kamu, sayang."

"Ada apa ini? Kenapa rumah ini berantakan sekali. Memangnya apa yang terjadi sampai rumah ini berantakan seperti ini, sayangku." ucap lelaki itu sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia terkejut melihat ada beberapa orang di ruangan ini.

Thalita hanya menggelengkan kepalanya. "Gak ada apa-apa kok, hanya ada pegawai bodoh yang melakukan kesalahan sehingga aku kesal dan membuang barang di rumah ini."

"Gak masalah, nanti kita bisa beli lagi yang baru. Dan untuk pegawai bodoh, kamu pecat saja dan ganti dengan yang baru."

"Iya, aku akan lakukan itu nanti." Thalita menjawab dengan singkat.

"Jangan sampai ada yang membuatmu kesal ataupun marah. Aku tidak suka melihat wanita simpananku berubah menjadi wanita penuh keriput hanya karena sering marah-marah. Kamu paham kan, Thalita. Aku membayarmu mahal bahkan aku memberikan fasilitas nomor satu selama kamu bisa memenuhi apapun yang aku butuhkan. Dan kamu bisa menjadi wanitaku dan menikmati semua fasilitas ini sampai kapanpun. Tapi jika tidak, maka kamu akan aku buang layaknya sampah. Paham?" Lelaki itu mengeratkan rengkuhannya pada pinggang Thalita. Dan itu membuat Thalita meringis kesakitan.

STUPID MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang