1-Foto

206 5 6
                                    

"Ma, Keanu masuk di universitas yang sama kayak Dhyra." Ucap Wiryawan setelah memencet tombol merah pada layar ponselnya.

"Oh, iya? Jurusan apa?" Sahut Rina antusias.

"Manajemen. Kata Kak Ira, besok dia naik kereta jam 5 pagi dari Surabaya."

"Yaudah, nanti aku suruh Mba Ina bersih-bersih kamar kosong yang didepan kamar Reno."

Tak lama setelah percakapan itu, Dhyra menuruni anak tangga sambil menguap dan mengucek matanya. Langkahnya kini mengarah ke dapur. Gadis itu mengambil sereal dan susu lalu mencampurkannya ke dalam mangkok.

"Ra, Keanu masuk ke universitas yang sama kayak kamu. Tapi dia manajemen." Ujar Rina setelah Dhyra duduk di bean bag di sebelah kirinya.

"Ohhh." Ujar Dhyra cuek sambil menyuapkan sereal ke mulutnya.

"Kok kamu cuek banget gitu sih?! Kamu nggak seneng sodara kamu masuk situ?"

"Lagi nggak mood, Ma."

"Nggak mood kenapa? Kini giliran Wiryawan yang berbicara. "Keluar gih sama temen-temen kamu biar mood." Ucap Wiryawan sambil melipat korannya.

"Iya, ntar siang keluar."

"Astha masuk mana?"

"Nggak tau, Ma. Belum tanya."

"Kamu nggak nanya ke dia? Tapi, udah lama banget ya dia nggak main kesini."

"Tau ah, Ma." Dhyra beranjak dari posisi duduknya menuju ke dapur untuk meletakkan mangkok kosong dan berjalan ke kamarnya.

Pengumuman kemarin, menyatakan bahwa Dhyra diterima sebagai calon mahasiswa kedokteran di salah satu PTN terbaik dikotanya. Kakak Dhyra—Reno—yang akan menginjak semester 5 juga kebetulan kuliah disitu dan dijurusan yang sama dengan Dhyra. Sedangkan Alya dan Diva, mereka satu universitas namun beda jurusan, Alya di psikologi dan Diva di kimia murni.

Tangan kanan Dhyra kini memegang ponsel yang sedari tadi ia letakkan di nakas samping tempat tidur.

Diva Chandra : Jangan lupa ya, ntar!

Alya Rizkiya : Sip!

Diva Chandra : Nih anak satu mana? Masih ngebo dia?

Adhyra M. : Apa nyari-nyari? Kangen gue?

Diva Chandra : Ntar jangan telat lo nyet! Kebiasaan lo kalo ada janji ketemuan gini keseringan telat.

Adhyra M. : Kagak, jangan khawatir lah! Jam 1 kan?

Alya Rizkiya : Iya

Ternyata Dhyra tidak menepati omongannya, kini ia terjebak macet karena ada kecelakaan di jalan yang dilaluinya. Jam di pergelangan kiri Dhyra sudah menunjukkan pukul 12.55.

Adhyra M. : Nyet gue telat, ada kecelakaan nih, macet bgt

Diva Chandra : Tuh kan! Gue bilang juga apa, lo pasti telat

Adhyra M. : Ye kan gue nggak tau kalo bakalan ada kecelakaan, monyet! Kalo tau mah gue nggak bakal lewat sini.

Diva Chandra : Yaudah cepet, keburu gue sama Alya lumutan!

Dhyra meletakkan kembali ponselnya diatas dashboard mobil. Tangan kirinya memijat pelipisnya. Suasana jalanan diluar ramai, disana ada mobil ambulance yang mengangkut korban kecelakaan. 20 menit kemudian, Dhyra sudah sampai di cafe yang sudah dijanjikan.

"Udah lama ya hehehe." Ucap Dhyra cengengesan sembari menarik kursi dan mendudukinya.

"Udah dari jaman penjajahan. Udah gue pesenin makanan lo!"

"Sewot amat lo, Div. Btw, thanks."

Ponsel Dhyra bergetar, ada pesan masuk. Segera ia merogoh benda itu dari saku celananya.

"Siapa, Ra?" Tanya Alya.

"Mama gue, nitip batagor sama siomay." Gadis itu kini mengetikkan pesan balasan.

"Btw, Ra, lo udah tau Astha masuk mana?"

"Nggak lo, nggak Mama gue nanya-nya Astha mulu." Kata Dhyra sambil meletakkan ponsel dengan posisi layarnya dibawah.

"Serius gue! Udah tau belum?" Ucap gadis itu sembari membenarkan kerudung yang tersapu angin. Sengaja mereka bertiga memilih di bagian outdoor cafe karena selain pemandangan yang bagus juga karena anginnya yang sejuk.

"Belum, Al."

"Lo tanya lah, Ra. Apa susahnya?" Sahut Diva.

"Nggak ah, gue nggak mau ganggu pacar orang."

"Hah?! Pacar orang? Maksud lo apa?" Alya dan Diva bertatap-tatapan, tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Dhyra saat ini.

Dhyra mengambil napas panjang, "Jadi, tiga hari yang lalu pas gue mau nonton sama Abang gue, gue nggak sengaja ngeliat Astha sama Vania di bioskop. Gue juga ngefoto tuh mereka berdua."

Secepat kilat Diva mengambil ponsel Dhyra, "Passwordnya apa nih?" Kata Diva memencet tombol on.

"Masih yang lama."

"Ahelah, password masih tanggal lahir lo sama Astha aja sok-sokan nggak mau ganggu dia, Ra." Ucap Diva sambil mengetik password 4 digit tanggal lahir Astha dan Dhyra yakni angka 11 dan 12.

"Gue males mikir mau ganti password apa."

"Ngeles lo, Ra." Kini pandangan mata Diva dan Alya terfokus pada layar ponsel Dhyra yang memperlihatkan foto Astha dan Vania.

"Coba lo zoom, Div." Tangan Diva men-zoom foto itu. Semakin terlihat jelas wajah Astha dan Vania. Di foto itu, Vania mengenakan rok hitam selutut dengan jaket denim sembari memegang popcorn, sedangkan Astha dengan sweater merah dan celana jeans lengkap dengan minuman yang ia pegang di kanan dan kiri tangan-nya.

"Nggak semua yang nonton berdua itu pacaran, Ra." Ucap Alya mengembalikan ponsel Dhyra.

"Abang gue juga bilang begitu. Tapi, bisa aja kan, Al. Nothing impossible." Dhyra tidak setuju dengan ucapan Alya.

"Kenapa nggak lo coba tanya Vera aja, Ra? Dia kan dulu sekelas mereka berdua, kali aja tau." Ucap Alya memberikan saran.

Dhyra hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju dengan saran Alya. "Kapan-kapan aja gue tanyanya." Obrolan mereka bertiga terhenti karena pesanan mereka yang sudah datang.

Setelah makan dan bercengkrama sampai lupa waktu akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

"Jangan lupa pesen gue, tanya Vera." Ucap Alya membuka pintu mobil-nya.

"Iye bawel."

Kini Dhyra sudah masuk di mobilnya. Tangannya bergerak mengambil ponsel di saku celana dan membuka galeri foto. Dia melihat lagi foto Vania dan Astha.

Kalo emang lo bener jadian sama Vania, gue bisa apa, Tha? Gumam Dhyra.

Tak lama kemudian Dhyra kembali meletakkan ponsel di atas dashboard dan mulai melajukan mobil menuju penjual siomay dan batagor langganan Mamanya. Langit sore itu mendung, begitu juga dengan hati Dhyra.

HerWhere stories live. Discover now