[1] V o d k a

2.5K 783 1.8K
                                    

Dominasi warna coklat tua dan suara tik keyboard mengisi kesunyian dalam ruang. Ekspresi wajah terlihat serius saat mengerjakan sesuatu di sana. Sesekali ia memijat tengkuknya yang kaku. Matanya beralih untuk mengecek data pada lembaran kertas yang mengusik.

Diambil dan memastikannya kembali.

Tidak ingin ada kesalahan sedikitpun.

Dering ponsel terdengar dan menghela napas kemudian kala melihat nama yang tertera di layar.

"Wassup, dude?!" Sapaan antusias dari speaker ponsel menyambut kata pembuka bagi keduanya. Respon Dalton hanya berdeham, tidak ingin mengeluarkan banyak kata saat dirinya terpaku pada layar yang menampilkan angka-angka, mungkin membuat sebagian orang penat untuk melihat.

"Aku sedang berada di Washington. Mari bertemu."

"Kau tidak menginap di penthouse?"

"Tidak, aku di hotel untuk cuti beberapa hari kedepan."

"Terpikirkan olehmu untuk mengunjungiku?" Pertanyaan Dalton memang mengejek.

"Ya, aku baru mengingat jika aku masih mempunyai sepupu yang membosankan."

"Bertemu di mana?" Dalton putuskan agar perdebatan tidak penting mereka tidak berlanjut.

"Kelab."

Dalton mengetik hal lain di komputer, mengirim sebuah alamat yang menjadi tempat mereka tuju pada pria di seberang telepon.

"Alright, aku akan bersiap."

Sambungan telepon berakhir, membuat Dalton beranjak dari kursi menuju closet. Ia mengambil jaket kulit hitam yang menggantung di lemari. Hanya celana jeans, kaos putih polos, dan jaket kulit pada penampilannya sekarang.

Dalton keluar dari ruang kerjanya menuju garasi. Ia bertemu dengan Dean yang sedang berjaga.

"Ingin pergi, Tuan?" Dean mengikuti langkah tuannya dengan irama yang sama

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Ingin pergi, Tuan?" Dean mengikuti langkah tuannya dengan irama yang sama.

Dean membuka mobil penumpang, namun, Dalton berucap, "Aku akan berkendara sendiri." Ucapannya terdengar biasa, tapi, nada rendah dan berat milik tuannya membuat Dean selalu merasa terintimidasi walau ia sudah lama bekerja dengan pria itu.

Tanpa menunggu lama, Dean undur diri dari pandangan Dalton dan kembali berjaga hingga mobil tersebut bergerak meninggalkan pekarangan rumah.

Tanpa menunggu lama, Dean undur diri dari pandangan Dalton dan kembali berjaga hingga mobil tersebut bergerak meninggalkan pekarangan rumah

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Opium For DaltonOù les histoires vivent. Découvrez maintenant