|18| PUDAR

327 36 12
                                    

Biasakan vote sebelum membaca

"Aku memudar, mataku menjadi buram. Aku hanya ingin meraih tanganmu untuk yang terakhir."

***

Rena terus melihat ke arah jendela kaca, memperlihatkan Saka yang tergeletak dengan banyak selang berada di tubuhnya. Gadis itu tidak bisa berhenti gelisah, karena melihat pria itu terus disentuh oleh dokter dan petugas-petugas yang membantu.

Saka sedang kritis dan ini karenanya, itu yang terus Rena pikirkan.

Semua orang ada di sini, terdiam dengan pikiran mereka masing-masing, menunggu hal yang membuat mereka merasa lega.

Krieet

Dokter Burhan muncul dari balik pintu itu, membuat Sonya dan Harisson beranjak dari duduknya dan menghampiri Dokter itu.
"Kita harus melakukan operasi untuk menyelamatkannya," ucapnya, terlihat Sonya langsung menutup mulut dan cairan bening keluar dari matanya. Harisson pun mengusap pundak Sonya mencoba memberi kekuatan, Dira dan Dino pun merasa terpukul, begitu pula dengan Rena.

"Apapun, agar Saka selamat." balas Harisson.

"Mari ikut saya, untuk menandatangani surat pernyataannya." lanjut Dokter Burhan. Sonya dan Harisson mengangguk lalu melangkah menjauhi ruangan Saka.

"Kak, lo pucet. Duduk aja ya!" pinta Naya, namun tangannya langsung ditepis Rena.

"Sebenernya, Saka sakit apa?" tanyanya dengan nada yang keras, membuat semua orang mengarah padanya.

Dira menatap Dino lalu mengangguk sekilas seakan mereka sepakat akan sesuatu,
"Kelainan jantung bawaan," ucapnya lirih.

"Apa?" tanya Rena, suaranya bergetar dan lemah. Dia langsung jatuh dengan posisi duduk dan air mata yang kembali mengalir.

"Jantungnya udah nggak normal sejak dalam kandungan." lanjut Dira lalu menunduk, rasa bersalah kembali menghampirinya.

"Jadi, kenapa dia pilih klub photography, kenapa dia bilang nggak suka manis, dan kenapa dia bikin gue sakit hati, itu karena dia sakit?" tanya Rena, air matanya tak kunjung berhenti.

Mei dan Calista menghampiri Rena dan membantunya berdiri,
"Jadi, lo bantuin Saka di tempat wisata waktu itu dan lo bantuin Saka buat bohong lo pacaran sama dia, karena dia sakit? Lo tau Saka sakit?" tanya Rena pada Meisya, gadis itu langsung terdiam.

"Bunda, Ayah, sama Naya juga tau? jadi Ayah jodohin Rena sama Saka?" lanjutnya, Calista tidak bisa menahan rasa sedihnya lalu dia memeluk tubuh Rena yang semakin lemas karena mengetahui fakta itu.

"Kalian semua tau, kenapa cuma gue yang nggak tau! Kenapa cuma gue! Kenapa!" teriak Rena, dia terus meronta agar pelukan Bundanya terlepas.

🍃🍃🍃

Gadis itu terus duduk di pojok ruang tunggu, pandangannya kosong, dia terus memeluk kotak pemberian Saka. Hatinya hancur, bersamaan dengan tubuh Saka yang dipindah ke ruang operasi 3 jam yang lalu.

Seseorang duduk di sampingnya, Rena langsung menyeka kedua pipinya.
"Udah tenang?" tanya Dzaky.

"Sahabat lo di sini, ada buat elo." lanjutnya seraya menyandarkan kepala Rena di pundaknya.

Gadis itu mengangguk pelan,
"Gue yakin, semua orang rahasiain hal ini ke elo, pasti ada alasannya." ucap Dzaky lagi.

"Jangan bilang, lo juga tau." sahut Rena tak terima.

"Gue sama nggak taunya kayak elo, lo lupa gue anak baru?" balasnya, Rena mengangguk lagi.

"Alasan apa?" tanya Rena lirih, Dzaky hanya mengangkat bahunya sedikit membuat Rena berdecak.

"Gue takut," ucap Rena.

"Takut kenapa?" tanya pria itu.

"Saka kritis dan sekarang dia dioperasi gara-gara gue," balasnya.

"Kenapa lo bilang gitu?" tanya Dzaky lagi, tapi suaranya kali ini sedikit membentak.

"Ini udah takdir, Ren. Lo gak bisa nyalahin diri lo sendiri. Tuhan udah atur jalan hidupnya Saka." balas Dzaky seraya menyentil kening gadis itu dan membuat Rena langsung menggosok-gosok keningnya karena kesakitan.

Gadis itu mulai tersenyum lalu membuka kotak yang ada di pangkuannya dan terlihat tumpukan foto ada di dalamnya,
Lo juga langgar peraturan klub, Ka? Batin Rena.

Dia melihat satu persatu foto itu dan foto itu adalah gambar dirinya di dalam ruang klub No-Human Photography.

Rena tersenyum, kadang juga sedikit tertawa melihat foto-foto hasil jepretan Saka.
"Ada yang lucu ya?" tanya Dzaky.

Rena memperlihatkan lembaran foto itu ke arah Dzaky,
"Ini, Ky. Dia pernah negur gue karena cetak foto dia, eh ternyata dia juga diem-diem motoin gue." ucapnya lalu menghela napas lagi.

"Jadi, alasan lo senyum kali ini karena Saka?" tanya cowok itu, Rena tidak menjawab pertanyaannya melainkan kembali tersenyum, meskipun hatinya masih terasa sakit.

Gue takut semua kenangan itu memudar. Batin Rena, Apa yang akan terjadi pada Saka, itulah yang ia takutkan. Mungkin senyuman adalah hal yang baik untuk menutupi segala kegelisahannya.

Suara hentakan kaki terdengar mendekati Rena dan Dzaky, lalu berhenti tepat di dekat mereka. Rena dan Dzaky mendongakkan kepala, melihat Leo yang sedang mengatur napasnya.
"Lo kenapa?" tanya Dzaky.

"Itu.. itu.." ucap Leo yang masih kesusahan, "Itu... Kak Saka," Rena langsung beranjak lalu berlari ke arah ruang operasi Saka, Leo dan Dzaky juga ikut berlari.

Rena terengah-engah, namun yang ia dapati, Sonya dan Harisson tengah menangis, begitu juga dengan semua orang yang ada di sini.

"Kenapa?" tanyanya lirih.

Calista menghampirinya lalu memeluk tubuh Rena dengan terisak,
"Saka sudah pergi."

Tbc

Maaf:"

Rasa dan KarsaWhere stories live. Discover now