|11| MOVE ON

400 47 18
                                    

Biasakan vote sebelum membaca

Play Pentagon - Shine

"Sesungguhnya, berpura-pura tidak sepenuhnya membuatmu bahagia."

***

Cahaya mentari di pagi hari mulai menembus jendela kaca di sebuah lorong yang sunyi, hanya saja, terdengar langkah-langkah kaki seorang perawat yang lalu lalang melewati mereka beberapa kali.

Mereka, sekelompok remaja yang terus membungkam mulut rapat-rapat, mencoba mengatasi kegelisahan yang semakin lama samakin siap untuk melahap habis semua kesabaran.

Mata gadis yang sedang duduk di kursi tunggu terus melihat cowok di depannya, yang sangat terlihat tidak bisa menunggu lagi. Dzaky, cowok itu terus menimbulkan pertanyaan di benak Lili dari hari pertama bertemu hingga saat ini, perasaannya pun mengatakan ada sesuatu yang membuat Lili penasaran dengan Dzaky.

Hingga akhirnya, daun pintu sebuah ruangan pun terbuka. Menampilkan sesosok pria paruh baya dengan kemeja putih khas dan sebuah stetoskop menggantung di lehernya, dia perlahan keluar dan menutup pelan pintu itu.

"Papa! Gimana kondisinya?" ucap Lili seraya mendekati dokter Burhan yang notabene Ayah Lili.

"Asam lambungnya sudah normal." balasan itu memberikan kelegaan bagi orang-orang yang sedang menunggu kepastian di sekitarnya.

Dokter Burhan mengeryitkan keningnya,
"Kamu kenapa masih di sini? Cepet berangkat sana!" perintahnya pada Lili, gadis itu hanya mengangguk sebentar.

Sebelum benar-benar pergi, kakinya berhenti,
"Oiya, Rena sudah sadar. Kalo jenguk jangan berisik, kasihan pasien lain." ucap dokter Burhan dengan sedikit tersenyum, lalu melangkah menjauh.

"Puas lo, udah bikin Rena gini? Lo seneng kan kalo Rena luka?" Dzaky melirik Lili dengan kemarahan.

"Maaf Kak." balas gadis itu lalu menunduk seraya menggigit bibir bawahnya, dia memang ingin membuat Rena jera agar tidak mendekati Dino lagi, tapi dia tidak tahu akan seperti ini jadinya.

"Udah lah, Ky!" bentak Dira.

"Lagian Lili udah bantuin Dino kan buat cepet-cepet bawa Rena ke rumah sakit ini." sahut Keyla.

Dzaky mengacak rambut,
"Serah kalian deh." keluhnya lalu memasuki ruangan itu,

"Berangkat sekarang, ntar bokap lo marah." ucap Rahma dibalas anggukan oleh Lili.

🍃🍃🍃

"Lo bikin kita semua khawatir." ucap Keyla. Rena terkekeh menanggapinya.

"Makanya kalo tau nggak bisa minum kopi jangan maksa." ucap Dzaky.

"Lo tetep aja bawel ya, Ky?" sahut Rahma, mereka pun tertawa melihat Rahma dan Dzaky masih sempat untuk saling ejek.

"Seneng deh, Rena punya banyak temen." ucap Calista--Bunda Rena-- yang sedari tadi memang berada di sini.

"Kalian besok datang ya? Di acara 1 tahunan Ayahnya Rena." lanjutnya,

"Iya, Bunda." balas Dira, Keyla dan Rahma kompak.

"Bunda keluar dulu ya? Mau cari buah buat Rena."

"Eh, kita juga mau pamit Bunda, udah jam segini takutnya telat." sahut Rahma. Lalu Rahma dan Keyla mencium punggung tangan Calista.

"Hati-hati ya?" ucap Bunda. Mereka mengangguk.

"Cepet sembuh Ren!" ucap Keyla.

🍃🍃🍃

Rasa dan KarsaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz