❇ A Little Cat ❇ ️

2.4K 834 42
                                    

Hari minggu, adalah hari dimana setiap orang bisa bersantai dan menikmati hari libur dengan keluarga, teman atau bahkan pasangannya. Di dukung dengan cuaca yang cerah dan angin sepoi-sepoi yang menggerakan dedaunan serta rumput ke kanan dan kekiri, tak jarang daun yang tangkainya tak kuat menahan hebusan angin di pagi hari itu, harus rela gugur dan terbang teriup angin sebelum akhirnya jatuh ke tanah yang telah tertutup aspal hitam.

Terlihat seorang gadis berjalan santai sambil menyenandungkan lagu kesukaannya di pinggir trotoar perumahan yang terlihat begitu sepi dan jarang dilewati orang-orang ini. Sesekali rambut panjangnya yang terurai sebahu dan rok selutut yang ia kenakan berayun-ayun terbang dari belakangnya tertiup angin.

"Kak Nana! Ayo main bersama kami!" Teriak suara cempreng gadis kecil berumur sekitar enam tahun. Saat Laluna melewati sebuah taman yang berada ditengah-tengah perumahan dia tinggal.

Laluna menghentikan langkah dan senandung yang ia lantuntan dari mulutnya, menoleh kearah beberapa anak-anak yang sedang bermain di taman tersebut melambai-lambaikan tangannya kearah Laluna, agar ia bergabung bermain bersama mereka.

"Kalian sedang bermain apa?" Tanya Laluna mendekati anak-anak tersebut dengan sebuah senyuman manis yang terukir di wajah Laluna.

"Kita menangkap cacing!" Ucap seorang anak lelaki menunjukan sebuah gelas plastik yang telah berisi beberapa cacing didalamnya dengan penuh semanagat.

Laluna yang geli melihat cacing sedikit bergidik ngeri dibuatnya sambil terkekeh kecil menyembunyikan ketakutannya agar tidak di jahili oleh anak-anak itu, "Bagaimana kita bermain yang lain saja" Saran Laluna.

"Kita akan bermain apa?" Tanya seorang gadis kecil yang memeluk boneka kelinci berwarna kuning cerah di tangannya.

Laluna memegang dagunya, pupil matanya beredar kesana kemari mencari ide permainan yang dapat dimainkan olehnya dan juga anak-anak itu.

"Bangaimana kita bermain englek saja?" Tanya Laluna yang langsung di setujui oleh anak-anak itu dengan semangat.

Laluna mulai membuat garis di tanah dengan ranting pohon yang ada di sekitarnya, membuat kotakan demi kotakan hingga jumlahnya ada sekitar delapan kotak dengan tiga kotak mendatar dan lima kotak lagi memanjang.

Selang beberapa menit mereka bermain diiringi tawa dari anak-anak tersebut, seorang lelaki memakai kaos tipis berwaran hitam dengan celana pendek selutut yang ia gunakan datang menghampiri mereka.

"Sheila, ayo pulanng ibumu menyuruhmu makan dulu." Terang lelaki yang terdengar familiar bagi Laluna.

Laluna menghentikan tawanya, terdiam mematung beberapa detik sebelum akhirnya dia memutar balik badannya untuk melihat si empu suara bariton yang ada dibelakangnya ini.

"Kukira bukan kau Nana, tadi aku sempat ingin menyapamu tapi takut salah orang hahaha." Ucap lelaki tersebut yang tak lain adalah Devara sedang tertawa kecil.

Laluna yang salah tingkah menundukan sedikit kepalanya dan mengepal kedua tangannya di depan rok yang ia kenakan.

"Kau suka anak kecil ya?" Tanya Lelaki itu kembali yang hanya di balas anggukan gadis didepannya ini.

Devara kadang sedikit merasa heran dengan tingkah Laluna yang pemalu, dia bisa sangat akrab dan ceria saat bermain dengan anak-anak ataupun di toko saat melayani pelanggannya bahkan saat dia jadi pelanggan di tokonya, namun saat berbicara dengannya diluar toko ia selalu sedikit berbicara.

Promise (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang