T U J U H B E L A S

227K 14.8K 277
                                    

Cerita ini sudah di revisi

Happy Reading

***

Arkan keluar dari kelasnya yang sudah sepi saat melihat Maura berjalan melewati kelasnya. Gadis itu tidak melangkah turun melainkan menaiki anak tangga ke lantai atas menuju rooftop hingga tanpa sadar cowok itu melangkah mengikuti Maura dari belakang.

Arkan menghentikan langkahnya dan memilih berdiri di ambang pintu rooftop mengamati Maura. Sedangkan gadis itu perlahan melangkah mendekati pagar pembatas dengan tatapan kosong, rasa sakit di sekujur tubuhnya tak sebanding dengan sakit hatinya saat ini. Bagaimana ia di perlakukan tidak adil pada Samuel lalu Jessica yang senang mencari kesalahannya untuk di adukan pada Samuel dan perlakuan baik Kinara yang membuatnya muak.

Maura sudah merasa lelah dengan hidupnya tetapi ia juga tak bisa pergi meninggalkan Samuel begitu saja. Sedikit saja, Maura ingin berharap agar kelak Samuel bisa bisa menyayanginya juga.

Kedua tangannya menyentuh tembok pembatas seiring dengan air matanya yang jatuh membasahi kedua pipinya. Maura memejamkan matanya dan menarik napasnya dalam-dalam kemudian berteriak kencang berharap seluruh bebannya akan berkurang. Tetapi bukannya berkurang isak tangisan Maura justru malah semakin kencang, gadis itu pun terjatuh dengan tubuhnya yang bergetar pilu dan itu di lihat Arkan di tempatnya.

"Kenapa bun...?"

"Kenapa ayah tega sama Rara...?"

"Apa salah Rara sampai ayah berlaku kasar sama Rara?" keluhnya pedih sembari mendongakkan wajahnya menatap langit biru cerah di atas sana. Maura membenci ini, merasa sepi dan sakit sendiri saat sang dunia nampak terlihat bahagia.

"Kenapa ayah tega sama Rara yah... Rara cuma pengin di sayang sama ayah..."Tapi kenapa ayah benci sama Rara..?"

"Kenapa yah...?"

"KENAPA?!!" teriaknya histeris dengan air mata yang sudah membanjir di pipinya sampai gadis itu sesegukan. Membuat Arkan yang sedari tadi memperhatikan Maura pun ikut merasakan kesedihan dari gadis itu. Dadanya terasa sesak melihat Maura menangis dan ini kedua kalinya Arkan melihatnya menangis lagi.

Arkan melangkah menghampiri Maura yang saat ini tengah membelakanginya, menyampirkan jaket levis miliknya ke tubuh Maura hingga gadis itu tersentak dan menoleh ke arahnya. Maura buru-buru menghapus air matanya kemudian berdiri.

"L-lo ngapain di sini?"

Arkan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Menurut lo?"

"Sejak kapan di sini?" tanya Maura. Takut-takut jika Arkan mendengar semuanya karena Maura tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain.

"Menurut lo?"

Maura mendengus sebal. "Ar, gue serius" sungut Maura dengan suara seraknya.

Arkan tak membalasnya, cowok itu hanya menatap Maura lekat. Tangan kanannya lalu terangkat menyelipkan anak rambut Maura yang terlepas dari ikatannya itu ke belakang telinga membuat tubuh Maura menegang menerima sentuhan lembut itu.

Tangannya lalu berpindah mengusap bekas air mata Maura, mata tajamnya menatap manik hazel Maura dalam.

"Kenapa hati gue sakit setiap liat lo nangis?" gumam Arkan yang mampu membuat tubuh Maura membeku di tempatnya.

❄❄❄

Maura kini berbaring di atas kasur memandang langit kamarnya dengan kedua alis saling tertaut. Pikirannya melayang pada saat di rooftop sekolah tadi. Bagaimana sikap lembut Arkan padanya dan apa yang cowok itu katakan padanya, Maura tak mengerti. Cowok itu bahkan repot-repot mengantarnya pulang.

My boy Is Cold Prince [SUDAH  TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang