T I G A B E L A S

238K 14.4K 412
                                    

Cerita ini sudah di revisi

Happy Reading

***

   Malam yang cerah dengan langit yang di penuhi oleh ribuan bintang gemerlapan, bulan yang menampakkan sinar terangnya dan semilir angin yang menusuk kulit. Namun cerahnya langit malam ini sangat berkebalikan dengan suasana hati Maura saat ini.

Maura merapatkan jaketnya lalu menggosokkan kedua tangannya yang kaku akibat hawa dingin yang berhembus menerpa kulitnya. Gadis itu mendengus, saat ini ia sedang berada di jalan menuju supermarket membeli beberapa keperluan bulanan yang di berikan Jessica tadi.

Ia merengut kesal mengingat kejadian tadi yang membuat emosinya naik. Benar-benar membuat hari ini terasa menyebalkan baginya. Tidak! Setiap hari adalah hari yang menyebalkan baginya. Di rumah ia di hadapkan dengan ibu dan saudara tirinya yang menyebalkan. Sedangkan di sekolah, akhir-akhir ini ia juga harus di hadapkan dengan manusia es berjalan seperti Arkan. Menyebalkan! Tambah lagi penderitaannya sekarang.

Setelah menempuh jarak sekitar lima belas menit dengan berjalan kaki, Maura akhirnya sampai di Supermarket 24 jam. Gadis itu pun melangkah masuk ke dalam dan mengambil troli untuk barang belanjaan yang akan di belinya.

"Huh! Tinggal beli sendiri apa susahnya sih?! Dasar nenek sihir! Gak tau apa gue lagi belajar?!" gerutu Maura kesal sembari memasukkan beberapa bahan yang ada di dalam daftar ke dalam troli. Gadis itu menghela napas panjangnya saat melihat trolinya yang sudah hampir memenuhi isi troli.

"Gue gak yakin uangnya bakal cukup" gumamnya pelan. Gadis itu lalu menatap bahan terakhir di daftar belanjaan yang di pegangnya.

"Tinggal saus tomat" Maura pun mendorong troli belanjanya. Karena Maura tengah sibuk melihat daftar belanjaannya, ketika berbelok, trolinya menubruk seseorang hingga mengakibatkan beberapa barang di tangan orang itu terjatuh dan berserakan di lantai. Maura pun kaget.

"Duh! Maaf... gue gak liat jalan tadi" sesal Maura pada cowok yang di tabraknya.

"Hm" balas cowok yang memakai topi hitam itu kemudian berjongkok mengambil barang-barangnya yang berserakan di lantai.

Maura ikut berjongkok mengikuti cowok itu, membantunya membereskan barang-barangnya yang berjatuhan setelah selesai keduanya kembali berdiri. Maura mendongak dan betapa terkejutnya ia saat tahu siapa cowok yang ia tabrak tadi. Cowok dengan wajah dingin dan datar, cowok yang menyebalkan menurutnya.

"Es batu?"

Arkan mendelik. "Gue punya nama"

Maura berdecak. Keduanya kembali berdiri, Maura memberikan barang belanjaan Arkan dengan kasar.

"Tuh!" ketusnya. Maura hendak berbalik sebelum Arkan menahannya.

"Apa?!"

"Harusnya lo minta maaf"

"Buat apa? Anggap aja kita impas karena tadi lo udah bikin gue malu" Arkan menahannya kembali ketika Maura hendak pergi.

"Lo marah?" tanya Arkan.

"Menurut lo?" Maura balik bertanya dengan nada ketusnya. Maura menghentakkan tangannya hingga genggaman tangan Arkan terlepas.

"Sorry" ujar Arkan saat Maura membalikkan badannya berniat pergi. Maura menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Arkan.

"Gue minta maaf" ujar Arkan lagi membuat Maura sepenuhnya berbalik menghadap cowok itu. Maura merasa aneh mendengar kalimat yang ia yakini tidak pernah Arkan lontarkan pada siapapun. Kata maaf seperti itu sepertinya bukan tipikal Arkan. Tapi kali ini Maura mendengarnya langsung dari mulut cowok dingin itu.

My boy Is Cold Prince [SUDAH  TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang