S A T U

372K 23.5K 578
                                    

Cerita ini udah diperbaiki ya

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca

Happy Reading

❄❄❄

"BUNDA!!"

Maura terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Keringat membanjiri pelipisnya. Lagi-lagi ia memimpikan bundanya. Kejadian di mana bundanya mengakhiri hidupnya, tepat di depan matanya. Dan yang lebih menyakitkannya adalah, sehari setelah bundanya meninggal. Ayahnya pulang dengan membawa wanita yang sama saat di Café, tempat ia bekerja. Rupanya mereka menikah, tanpa sepengetahuan bundanya.

Maura menghela napasnya. Sampai saat ini ia bahkan belum menerima kenyataan bahwa bundanya pergi meninggalkannya. Kehilangan seseorang yang berharga dan berarti dalam hidup mu membuat mu sakit. Itulah yang Maura rasakan sampai saat ini. Setiap malam, Maura selalu memimpikan bundanya. Memori-memori menyakitkan seolah kembali terputar di dalam mimpinya.

"Rara kangen bun.." gumamnya pelan sembari menatap foto berukuran kecil yang terpajang di atas meja samping ranjangnya. Foto yang mencantumkan dirinya juga bundanya yang tengah tersenyum ke kamera. Foto itu di ambil ketika mereka tengah berkemah ketika Maura libur tengah semester.

Maura menghapus air matanya yang mengalir membasahi pipinya lalu menarik napas dalam guna meredakan rasa sesak di hatinya. Gadis itu lalu meraih ponselnya, hendak mengecek pesan masuk. Matanya melebar ketika tak sengaja melihat jam yang sudah menunjukan pukul 06.10 WIB.

"MAMPUS!! UDAH JAM SEGINI!!" teriaknya heboh. Maura pun melempar ponselnya asal lalu segera beranjak dari kasur dan berlari menuju kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian Maura keluar dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Maura menguncir rambutnya asal kemudian meraih tas dan sepatunya setelah itu berlari ke arah pintu.

Gadis itu tiba-tiba berhenti di ambang pintu dan menepuk jidatnya ketika teringat sesuatu.

"Hp gue!"

Maura kembali lagi ke dalam untuk mengambil ponsel nya yang tergeletak di atas kasur lalu keluar dari kamar. Maura menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Ia berhenti di ujung anak tangga untuk memakai sepatu nya. Setelah itu menghampiri meja makan, mengambil selembar roti.

Maura melirik Jessica-ibu tiri nya yang tengah mencuci piring di dapur. Ayah nya sudah pergi ke kantor setelah mengantar Kinara-saudara tiri nya ke sekolah. Padahal mereka sekolah di sekolahan yang sama tapi Samuel tidak pernah sekali pun mengantar nya ke sekolah. Miris bukan. Tapi Maura menganggap itu semua sebagai proses kemandiriannya.

"Yang bersih ya nyucinya! Gue berangkat dulu, Assalammualaikum!" teriaknya lalu melangkah lebar ke arah pintu.

"Dasar anak kurang ajar!"

Maura hanya membalasnya dengan lambaian tangan tanpa menoleh ke arah Jessica kemudian menutup pintu dengan bantingan keras.

❄❄❄

Seorang cowok bertubuh tinggi dengan rambut hitam legamnya berjalan di tengah koridor sekolah dengan satu tangannya yang memegang tali tas yang tersampir di sebelah pundaknya sedangkan satu tangan yang lain di masukkannya ke dalam saku celana. Sosok yang mampu menyihir siapapun yang melihatnya. Idaman semua gadis, sayangnya hanya raut datar dan dingin yang selalu terpasang di wajah tampannya.

"Arkan!"

Suara panggilan dari arah belakangnya tidak membuat cowok itu menghentikan langkahnya meski seseorang memanggilnya.

My boy Is Cold Prince [SUDAH  TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang