TWO FACES #CHAPTER 11

111 42 11
                                    

TWO FACES

#11. HOUSE FULL IN THE BLOODS

"Perubahan rencana, sekarang kita semua pergi ke tempat jalan Redballon NO. 02" Ucap Chris kepada mereka lewat Walkie Talkie.

"Siap kita akan segera kesana" Ucap mereka lewat Walkie Talkie.

Setelah memberitahu bawahan Chris untuk menyuruhnya pergi ke tempat itu, mereka segera mungkin menaiki kendaraannya masing - masing.

Begitu juga mereka bertiga yang nampak menaiki mobil Jeep hitam lagi, aku sangat frustrasi ketika itu.

Rencana yang mereka rencanakan dengan matang - matang akhirnya gagal total dihari itu, di dalam mobil tersebut nampak Chris dan Louis memperlihatkan wajah mereka yang sangat menyesal sekaligus berpikir untuk tidak mengulangi kegagalan ini di kemudian hari.

Ini terakhir kalinya aku belum berkontribusi buat mereka, ya walaupun ini permintaan teman ku yang segera mungkin menangkap orang itu.

Aku sekarang tidak enak hati kepada mereka yang sudah membantuku, mungkin aku harus mulai dari sekarang untuk bisa berpikir lebih jernih dan membantu mereka yang terlihat kesusahan dari Aura tubuhnya mereka.

"Maaf, aku sekarang belum berkontribusi buat kalian yang sudah membantuku dari sejak itu" Ucapku sambil menundukan kepalanya di dalam mobil.

"Hah?? Apa yang kamu bicarakan ...." Ucap Chris kepadaku.

"Tenang saja, jangan membawa penyesalanmu sekarang ini. Yang terpenting sekarang bagaimana kita harus segera menangkap orang itu" Ucap Louis kepadaku.

"Ini memang terjadi kekeliruan pada waktu membuat rencana, sekarang kita harusnya meminimalisir kekeliruan itu" Ucap Chris.

"Ini juga bagian dari pekerjaan kita, kamu harusnya pantang menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah rumit ini" Ucap Louis.

Nampaknya Chris dan Louis memberi pesan moral kepadaku, untuk aku yang sudah diselimuti penyesalan dan jatuh mental.

Sekarang aku berpikir kembali, memang aku pernah berkata bahwa 70% kesimpulan yang didapat akan kalah dengan 30% ketidakdugaan ini.

Yang ini aku sebut ketidakdugaan mereka menyimpulkan tempat itu tidak akan terjadi pembunuhan dan akhirnya mereka keliru dengan salahnya.

Setelah lama di perjalanan akhirnya kita bertiga sampai di jalan ini, bawahannya Chris nampaknya belum sampai kesini.

Nampak banyak orang berkerumunan di depan pintu sebuah rumah, dan lantai atas terdapat jendela yang pecah.

Akhirnya semua bawahannya Chris sampai ....

"Semua sudah sampai, langsung saja kita menyelidiki pembunuhan ini" Ucapku kepada mereka.

Sekarang aku nampaknya sudah terlihat seperti biasa, yah mungkin ini efek pesan moral yang mereka berdua sampaikan, mereka semua nampaknya sangat antusias.

Kedua bawahannya nampak menghampiri polisi yang ada disana, mereka berkata bahwa dirinya bawahan Chris dan menyuruh untuk menutup area tersebut di Police Line untuk sementara.

Lantas saja polisi membubarkan orang - orang yang berkerumun dan langsung menutup area itu.

"Sisanya kalian, jagalah area agar tetap steril dan mencari informasi pembunuhan ini" Ucap Louis sambil berbisik.

"Aku, Chris dan Thomas akan masuk kerumah itu" Ucap Louis sekali lagi.

"Siap" Ucap mereka.

"Sekarang kita masuk" Ucapku.

Aku dan mereka berdua masuk ke rumah ini dan melihat - lihat dalam rumah, nampak berserakan barang - barang seperti ada pencurian barang berharga.

Didalam dapur tidak ada hal yang mencurigakan, kamarpun juga, dan toilet. Aku langsung pergi ke lantai dua seketika aku di depan bordes aku melihat bercak darah yang menuturi untuk keatas.

"Kalian, cepat kesini" Ucapku memanggil mereka berdua.

Sontak mereka menghampiriku dan mereka melihat bercak darah ini, mereka terkejut dan menuturi bercak darah itu.

Seketikanya aku berada di depan ruangan kanan dan melihat banyaknya bercak darah yang tumpah disini, properti - properti di ruangan itu nampak patah seperti di pakai untuk berkelahi.

"Apa yang terjadi disini??" Tanyaku kepada mereka.

"Entalah, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ini seperti di pakai untuk melindungi diri sebagai senjata" Ucap Louis.

"Yah mungkin, sepertinya orang itu mendorong korban di jendela supaya jatuh kebawah" Ujar Chris.

"Aku melihat sarung tangan hitam yang bergeletak di depan meja" Ucapku sambil menunjuk sarung tangan tersebut.

"Ini bukti baru, coba kita lihat dengan teliti" Ucap Chris.

Louis melihat sarung tangan dan berkata ....

"Dari bercak darah ini menunjukkan bahwa orang itu kidal, dilihat arah bercak darah ini" Ucap Louis sambil menunjuk arah bercak darah.

Memang korban terlihat melindungi dirinya untuk tidak dibunuh, dilihat dari ruangan tengah dan ruangan yamg terdapat pecahnya kaca jendela.

"Hanya ini kesimpulan ku kalau dilihat dari situasi yang terjadi" Ucap Louis.

"Disini tidak ada lagi yang janggal, bagaimana kita pergi keluar dan menanyakan kepada bawahanku" Ucap Chris.

Aku dan mereka berdua pergi keluar rumah itu, dan langsung menanyakan informasi yang ada disini.

"Lapor, kita menemukan Pisau 15 CM di tubuh korban dan menemukan angka 18 di belakang rumah tersebut" Ucap mereka.

"Yang aku penasaran bagaimana pembunuh masuk ke dalam rumah itu untuk membunuh sedangkan pintu depan dikunci rapat dengan kunci tambahan di dalamnya" Ucap Chris dengan penuh perntanyaan.

"Apakah dibelakang ada pintu belakang??" Ucapku kepada bawahan Chris.

"Tidak ada pintu di belakang rumah" Ucap mereka.

"Kalau lewat jendela bisa mungkin terjadi tidak? " Tanyaku kepada Louis.

"Mungkin terjadi karena dibelakang terdapat jendela" Jawab Louis.

"Sebentar, tapi kunci jendela berada di dalam bagaimana caranya bisa masuk? Di daerah ini hanya rumah ini yang sistem keamanannya sangat ketat" Tanya Chris kepada Louis.

"Mungkin kita harus pergi kebelakang rumah untuk apa yang terjadi" Ucapku.

"Baiklah" Ujar Louis.

Mereka mengulang kembali apa yang mereka selidiki di dalam rumah tersebut, seketika berada di belakang rumah mereka menghampiri jendela itu.

"Disini tidak terjadi apa - apa, sial! orang itu bermain rapih dalam melakukan aksinya" Serunya Louis.

"Lapor, ini biodata korban tersebut" Ucap mereka sambil memberikan data - data korban.

Dilihat dari datanya orang itu bernama James Edward, berumur 27 tahun, bekerja di gudang minuman anggur di daerah sini.

#To be continued ....

*Beri kritik atau saran sama tanggapan kalian di komennya terus like cerita ini ... Semoga cerita menarik para readers makasih ....

Chapter selanjutnya akan makin penasaran,tunggu ya gengs buat lanjutannya see you ....

TWO FACESWhere stories live. Discover now