TWO FACES #CHAPTER 15

94 28 15
                                    

TWO FACES

#15. WASTED

"Apakah kalian bisa berkumpul disana??" tanya Louis lewat walkie talkie.

"Kita segera kesana, tunggu sebentar" sahut mereka di walkie talkie.

"Hoh iya sterilkan wilayah dan geledah orang yang keracunan itu" ucap Chris lewat walkie talkie.

"Sial, pembunuhan ini berbeda dari biasanya" seru Chris yang nampak kesal telah dibodohi nya.

"Kalian dimana??" tanyaku lewat walkie talkie.

"Aku sudah di perempat jalan, kalian sekarang dimana??" tanya Chris lewat walkie talkie.

"Bentar aku sebentar lagi sampai di sana" sahutku lewat walkie talkie.

Setelah sampai di perempat jalan mereka akhirnya pergi ke parkiran untuk membawa mobil milik Louis, mereka sepertinya mendadak terburu - buru apa yang terjadi di cafe sana.

Chris dan Louis merasa kesal karena sudah terjebak masuk di permainan licik orang itu, pembunuh itu sangat cerdas akan memikirkan permainan yang licik ini.

"Sepertinya orang itu pantas dihukum yang berat" gerutunya Chris mulai memanas.

"Tenang kan dahulu pikiranmu itu, kamu sekarang nampak frustasi menghadapi kasus ini" ujar Louis yang terlihat meredam amarah Chris.

"Bagiku, kasus ini lebih susah dari pengalamanku menangani kasus - kasus sebelumnya" ucap Chris sambil melihat kaca mobil.

"Berarti sekarang kamu tertantang memecah telur kasus ini??" tanyaku kepada Chris.

"Yahh, ini membuatku tertantang menghadapinya" seru Chris sambil menyeringai.

"Apa kalian sudah sampai di cafe itu??" tanyaku lewat walkie talkie.

"Kita sudah sampai, ini aku akan memarkirkan terlebih dahulu" ucap mereka lewat walkie talkie.

"Kita sebentar lagi sampai, tunggu sebentar" jawabku lewat walkie talkie.

Lama perjalanan akhirnya mereka sampai di cafe itu, di luar cafe terdapat banyak orang yang penasaran apa yang terjadi di dalam cafe itu sendiri.

Mereka langsung menerobos masuk ke dalam dan nampak sangat terkejut  karena perbuatan orang itu.

Kulit mayat itu semuanya sudah membiru dan terdapat banyak busa di mulutnya, mereka lantas langsung menghampirinya.

"Apa yang terjadi disini??" tanyaku panik kepada mereka.

"Situasinya berubah mendadak saat orang itu keluar cafe untuk pergi ke toilet" ucap bawahannya.

Aku menyentuh nadi di lehernya, kulitnya yang sudah dingin menandakan orang itu sudah mati keracunan.

Akupun mengeledah dompetnya aku ingin tahu siapa namanya, dan nama nya adalah ....

David Richard, dia bekerja di toko swalayan dan berumur 29 tahun.

"Hoh iya ini, dia memberikan kode lagi berupa angka 15 sama tulisan prancis ini" Ucap mereka menunjuk meja nya.

"15, tulisan ini artinya apa??" Tanyaku kepada mereka.

"Sebentar akan ku artikan" sahut Louis.

"Aku tahu kalian mengawasi ku jangan kalian menghalangiku, bila tidak akan ku bunuh kalian semua" Ucap louis membacanya.

"Dia menantang kita, sial orang itu sangat brengsek!!" Ucap Chris dengan marahnya.

Tiba - tiba telepon gengam ku berbunyi di ransel ku ....

Seketika aku keluar dan meng - angkat telepon itu, dan aku tahu siapa yang menelepon ku.

Dia Alanis, nampak dari suaranya dia sedang ketakutan ....

"Kamu kenapa Alanis?? Apa kamu baik - baik saja??" Tanyaku dengan khawatir.

"Aku sedang diteror, kakak ku tewas di tikam pisau oleh orang yang tidak kenal di rumah, aku kaget  karena aku melihat orang itu dan melarikan diri keluar rumah" jawab Alanis saking takutnya.

"Sebentar kamu sedang dimana, akan ku susul kesana??" tanyaku lagi dengan khawatirnya.

"Aku sedang di tengah taman di jalan Southwall no 15, kakakku dibunuh di jalan Chinese no 15" Jawab Alanis.

"Sial, kamu jangan kesana!!! Itu cuma jebakan dari orang itu supaya kamu ke jalan yang diinginkannya" Jawabku dengan panik.

"Kamu segera kesini, aku sekarang mulai ketakutan" Jawab Alanis sambil menangis.

"Oke aku akan kesana, tunggu sebentar" Jawabku langsung menutup telepon nya.

"Arrghh sial!!! Brengsek, Anjing!!!" Seruku dalam hati.

Aku segera masuk kembali dan menyeret Louis, Chris  dan dua bawahannya untuk pergi ke tempat Alanis berada.

Aku langsung menjelaskannya kepada mereka dengan detail, dan akhirnya mereka setuju langsung kesana.

Dari sini ke tempat Alanis berada lumayan jauh jarak waktu tempuhnya, dan semoga saja aku harus bisa menyelamatkan Alanis dengan selamat.

Ini terakhir kalinya orang itu merebut orang kesayangan ku, aku harus membalas dendamkan temanku Eric yang sudah membuat wasiat untuk ku.

Hatiku sekarang gaduh, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi ....

Aku berdoa kepada tuhan untuk menyertai keselamatan bagi kita semua, khususnya Alanis yang tengah diteror.

Setelah lama diperjalanan, aku sebentar lagi sampai di sana ....

Keluar dan berlari ke taman ujung selatan bersama Louis, Eric dan dua bawahannya.

Melewati jembatan jalan lalu diiringi lampu sorot jalan yang terang, suasananya nampak begitu sepi tidak ada kendaraan yang lewat disana dan setelah berada di shelter bahu jalan aku terkejut ....

"hey, kamu sangat cantik bila ketakutan. Akan ku berikan kenikmatan yang tiada duanya untuk memasukan nya ke dalam kelaminmu" ucap orang itu sambil menyeringai seram.

"Lepaskan aku, aku tidak mau bersetubuh dengan mu! Kamu itu pembunuh yang sudah membunuh kakak ku" ucap Alanis di bumbui desahan

Nampaknya Alanis sedang berusaha bertahan diri agar tidak  diperkosa oleh orang itu, aku tahu dia orangnya ....

"HEY BRENGSEK!!! AKAN KU BUNUH KAU!!!" Teriak ku lantang di taman itu.

Orang itu melihat ke arahku dan lantas menodongkan pistol nya ke arah Alanis, aku tidak lantas diam aku melempar benda ke arahnya.

Sekarang aku tidak sempat melemparkan untuk  mengenainya, dan dia sudah memegang pelatuk pistolnya.

Dan Alanis ....

#To be continued

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


#To be continued ....

*Beri kritik atau saran sama tanggapan kalian di komennya terus like cerita ini ... Semoga cerita menarik para readers makasih ....

Kalian mau tau siapa dibalik dalang peristiwa ini, mending kalian  tungguin update berikutnya ....

Chapter selanjutnya akan makin penasaran,tunggu ya gengs buat lanjutannya see you ....

TWO FACESWhere stories live. Discover now