[38] Nothing special.

1.3K 41 4
                                    

Katanya sayang, kenapa sukanya cuma nyakitin?

***

Rio: cupu
Rio: gue tunggu kemaren tpi gk dtg juga
Rio: haha cupu
Rio: cupu gblk

Dimas melihat pesan yang masuk ke handphonenya, lalu menghela nafas.

Kemarin memang rencananya ia ingin menghampiri Rio. Namun Cela menahannya. Bahkan Cella tidak ingin melepaskan pelukannya.

Sekarang Cella sudah pulang ke rumahnya. Dimas ingat jelas wajah Cella saat ingin pulang.

Sebenernya Dimas tidak ingin melihat Cella seperti itu. Rasanya sesak. Dia sendiri masih tidak tahu perasaannya sekarang.

Jujur, saat dia bersama Cella. Yang ada di pikirannya selalu Giesele dan Giesele.
Namun saat melihat Cella menangis sesegukan seperti kemarin, ia merasa sangat sesak. Ia sangat ingin menghapus air mata Cella. Namun tangannya sangat berat untuk digerakan.

Apa yang hatinya mau sekarang?

Dia kembali melihat layar handphonenya, lalu mencari kontak Giesele di message. Ketika ketemu, dia menghela nafasnya.

Giesele hanya melihat pesannya tanpa membalasnya.

Dimas sadar, mungkin dia memang pantas mendapatkan itu.

***

Keesokan harinya..

"GIS, tau gak? Kak Rio nyariin lo dari tadi. Mending sekarang lo nyumput." Ucap Elyn yang baru datang ke Giesele yang sedang memakan burgernya di kantin.

"Kenapa emang?" Tanya Giesele.

Heran. Kenapa Elyn menyuruhnya bersembunyi dari Rio?

"BENER. LO HARUS NYUMPUT. Dia itu berbahaya giss. Dia pasti pengen ngerusak hubungan lo sama Dimas. Gak-gak. Itu gak boleh terjadi." Cerocos Rachel yang berada di samping Giesele panjang lebar.

Giesele memang belum menceritakan apapun kepada kedua sahabatnya itu. Ia sedang menunggu waktu yang pas untuk mengatakannya.

"Gak papa." Kata Giesele. Membuat Elyn dan Rachel sedikit kaget.

"Gue ketoilet sebentar." Lanjutnya sambil mengangkat tubuhnya dari kursi kantin, dan berjalan menjauh dari mereka berdua.

"Kenapa dia?" Tanya Elyn ke Rachel.

"Moodnya emang lagi gak bagus. Gak tau kenapa. Dia gak cerita tuh." Jawab Rachel sambil menjilat eskrim cone yang dia pegang.

Ditengah pembicaraan mereka, tiba-tiba dering handphone berbunyi. Tanda ada telpon masuk. Namun mereka berdua sadar kalau itu bukan suara milik handphone mereka.
Melainkan milik Giesele yang tidak sengaja tertinggal di meja.

"Angkat??" Ucap Rachel ke Elyn. Dan Elyn malah menjawabnya dengan mengangkat kedua bahunya.

"Coba liat siapa yang telpon." Kata Elyn.

Rachel langsung mengambil handphone Giesele dan melihat siapa yang menelpon.

"Dimas."

"Angkat. Kali aja penting." Kata Elyn dan Rachel langsung mengangkat telponnya.

"Halo?"

***

BrokenestOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz