[19] Truth.

1.7K 106 1
                                    

Karena rencana tuhan lebih baik.

***

Sekarang Giesele berada di dalam mobil Adit.

Kejadiannya seperti ini.

1 jam yang lalu.

Giesele sekarang sedang menunggu bis di halte. Dia menunggu bis karena ibunya tidak bisa menjemput karena sedang mengurus pekerjaannya.

Sedari lama dia menunggu namun bis tak kunjung datang. Tak lama bis lewat namun itu bukan bis yang lewat rumah Giesele.

Setelah bis tadi mengangkut semua penumpang, bis itupun kembali berjalan.

Tiba tiba ada mobil sedan berhenti di depan halte.
Kaca mobilnya pun turun perlahan.

"Giesele." Panggil Adit.

Namun Giesele malah membuang muka.

Adit pun turun dari mobil lalu menghampiri Giesele.

"Gis." Panggil Adit.

"Hmmm." Giesele menjawabnya dengan gumaman.

"Gue mau jelasin sesuatu. Masuk mobil gue yuk." Ajak Adit.

"Gak." Jawab Giesele.

"Kita gak ada apa apa lagi kan? Terus kenapa lo gak mau?" Tanya Adit.

"Lo punya pacar, setan." Ketus Giesele hilap.

"Anjir biasa aja. Ada yang perlu gue jelasin. Tenang aja Bunga gak marah kok." Adit menjelaskan.

"Kalo gue gak mau gimana?" Jawab Giesele.

"Gue mau ngejelasin. Plis." Ucap Adit lirih.

"Jelasin apa sih." Nada bicara Giesele mulai meninggi.

"Ayok lah." Kata Adit yang sepertinya sudah gemes dengan Giesele.

Adit menyuru Giesele masuk ke dalam mobil dan Giesele pun pasrah.

OFF.

"Lo ini mau jelasin apa sih." Kata Giesele ketus.

"Jadi gini." Adit mulai mengambil nafas.
"Eh nanti deh. Nanti nabrak. Ke cafe bentar ya." Ajak Adit dan Giesele mengangguk karena sudah bingung dengan apa yg ingin Adit katakan.

***

Sesampainya di sebuah cafe. Mereka pun menduduki salah satu meja.

"Lo mau makan apa?" Tanya Adit.

"Gak. Gue diet." Jawab Giesele asal.

Adit mengangguk angguk dan memutuskan untuk memesan minuman.

"Jadi gini gis. Inget waktu gue nembak lo? Sorry itu taruhan. Sorry banget. Tapi perlahan gue bener bener suka sama lo. Bener bener sayang sampai akhirnya gue bener bener harus ngelepas lo. Haha rasanya." Kata Adit menjelaskan sambil tertawa miris.

Giesele sedari tadi hanya menyimaknya.

"Dari taruhan itu? Gue berhasil dapet mobil yang sekarang gue bawa." Katanya lagi.

"Haha bangsat." Giesele mulai memaki Adit karena sudah kesal.

Di sela obrolan mereka. Pengantar minumannya datang dan langsung memberikan cofee yang tadi dipesan sambil tersenyum.

"Sebenernya bukan taruhan. Tapi tantangan. Ya seperti itulah. Gue mutusin lo karena gue harus pacaran sama Bunga. Karena ternyata nyokap gue sama nyokapnya Bunga itu udah kenal dari lama. Terus ternyata nyokap gue suka sama Bunga. Suka karena Bunga selalu bersikap manis di depan nyokap gue. Dan ya sekarang nyokap gue sakit dan gue gak tau kenapa nyokap gue pengen banget gue pacaran sama Bunga. Gue memang gak suka di atur atur tapi karena melihat kondisi nyokap gue. Gue terpaksa maksa Bunga. Dan waktu di kemah dulu itu alasan gue megang tangan bunga? Gue mohon sama dia. Gue tau saat itu dia masih pacaran sama Rio. Tapi-"

"Lo ngajak gue cuma mau jelasin ini? GAK PENTING." Ucap Giesele sambil menekankan kata gak penting.

Giesele pun bangun dari tempat duduknya. Air mata yang sedari tadi di tahan akhirnya jatuh juga.

"Gis sabar dulu." Adit menahan tangan Giesele.
"Izinin gue meluk lo buat yang terakhir kalinya."

Tanpa aba aba Adit pun langsung memeluk Giesele. Memeluknya kuat hingga membuat Giesele sesak nafas.

Setelah cukup lama. Adit melepaskan pelukannya.
Giesele pun langsung berlari ke luar cafe dengan wajah yang penuh air mata.

Adit hanya terdiam sambil memandangi punggung Giesele yang semakin menjauh.

Dia kembali duduk sambil menatap kopi yang sedari tadi sudah dingin.

Bersambung...

BrokenestWhere stories live. Discover now