[14] So sad.

2.5K 150 18
                                    

Hah. Elo?
Ngapain lo disini?

"Hai?." Sapa seseorang dari dalam mobil.

"DEMAS????. Lo kok bisa ada disini?." Tanya Giesele kaget.

"Gue abis dari rumah nenek gue. Em sory gue Dimas bukan Demas." Katanya dari dalam mobil.

"Ooooh. Jadi situ Dimas? Atau Demas yang nyamar jadi Dimas?." Tanya Giesele. Ia sekarang sudah tidak ingat apa yang terjadi tadi.

"By the way. Kita bisa ngobrol didalam. Lo bisa masuk lewat kiri." Ajak Dimas.

"So....so.....sory gue belum kenal sama lo." Kata Giesele was-was.

"Tenang aja. Gue gak bakal apa apain lo kok." Ucap Dimas diselingi senyum manisnya.

"Sory." Kata Giesele.
"Tapi apa gue boleh minjem hp lo." Lanjutnya dengan senyum malu.

"Boleh. Tapi lo harus masuk dulu." Ucap Dimas.
"Kenapa lo bisa ada disini?."
"Putus lagi?."

"HAH?? Dari mana lo tau?." Tanya Giesele penasaran.

"Gue tadi liat lo turun dari mobil gitu. Kayaknya nangis jadi gue ngikutin lo sampe sini." Jelasnya.

"Gue kira lo cenayang." Kata Giesele diselingi senyumnya.

"Sekarang udah sore. Lo gak mau pulang?. Disini jauh dari keramaian dan angkot atau bis juga gaada." Kata Dimas.

"Em..... batre hp gue low. Dan gue juga gak tau gue ada dimana." Ucap Giesele.

"Mau gue anter balik?. Gue gak suka ngeliat cewek sendirian malem-malem." Sahut Dimas.

"Tapi apa gue boleh pinjem hp lo?. Tanya Giesele.

"Boleh. Tapi setelah lo masuk ke dalam mobil." Kata Dimas.

"Emm.. gue takut ngerepotin lo. Bahkan gue baru kenal sama lo." Ucap Giesele ragu.

"Bisa masuk sekarang. Hari udah mulai gelap. Dari tadi berdialog terus." Ujar Dimas.

"Oke deh."

Giesele pun berjalan menuju pintu sebelah kiri. Setelah sampai ia membukanya lalu duduk.
Dimas pun menjalankan mobilnya.

"Makasih udah mau nganterin gue. Maaf kalo ngerepotin lo." Kata Giesele sambil menunduk.

Giesele ingat, ingat kejadian tadi. Ia mulai membayangkan apa yang terjadi jika tak ada orang disampingnya ini. Mungkin ia akan sendirian.
Ia mengingat bagaimana kejadian tadi.
"Kita putus." Kalimat ini selalu terdengar di telinganya seperti kaset kusut.

Tak terasa air matanya kembali mengalir dan ia mulai sesegukan.

"Teman?Lo nangis?." Kata Dimas.
"Gue gak ngapa ngapain lo kan?." Lanjutnya.

"Hiks....hiks....."

Tubuh Giesele mulai bergetar. Bergetar diselingi isakannya.

Dimas pun menepikan mobilnya lalu menatap Giesele yang masih menunduk.

"Lo kenapa nagis." Tanyanya namun Giesele tetap tidak bergeming.

Kemudian Dimas menarik Giesele ke pelukannya. Ia tidak tahan jika ada cewek yang menangis dihadapannya.

Giesele sontak kaget dengan perlakuan Dimas.

"Nagislah. Kalo itu buat lo tenang."

Lalu Giesele pun mulai menangis. Ia tidak perduli meskipun ia baru kenal dengan lelaki dihadapannya ini.
Tetapi rasanya sakit. Sangat sakit.

Setelah beberapa lama Giesele pun melepaskan pelukannya.

"Maaf kalo baju lo basah karena air mata gue."

"Fine. It's okay."
"Lo bisa cerita ke gue apa yang terjadi."

"Pernah gak sih lo udah benar benar suka sama seseorang tapi dia ninggalin lo, ninggalin lo dengan sejuta harapan.
Sakit. Rasanya sakit." Kata Giesele sambil mengusap air matanya kasar.

"Saat udah mulai cinta dia ninggalin lo? Sakit rasanya." Kata Giesele lagi.

"Sudahlah. Kita diciptakan untuk kehilangan banyak hal." Kata Dimas sambil terus menatap Giesele.

"Kehilangan banyak hal." Beo Giesele.

Dimas hanya tersenyum lalu kembali menyetir.

"Kita harus pulang sekarang. Udah malem." Ucapnya sambil fokus menyetir.

"Thanks."
"Tapi apa gue boleh pinjem hp lo sekarang?." Kata Giesele.

"Oh iya gue lupa." Kata Dimas sambil merogoh kantong celananya.
"Nih." Lanjutnya sambil memberikan hp nya.

Giesele pun mengambil hp itu dan membuka lalu mulai mengetikkan nomor mamanya.

"08127645××××." Katanya menyebut angka yang diketikkan.

Namun Giesele menghapusnya. Ia mengetik nomor Rachel.

"Boleh call?."

"Yes"

[Via telfon]

"Hallo?." Sapa Giesele

"Ya hallo ini siapa." Balas Rachel dari seberang sana.

"Gue Giesele. Cel tolo-"

"Yaampuuuun GISS..... lo dimana? Gue udah nyariin lo dimana mana. Gue udah nyari di kafe DO sama Elyn. Trus nyari di sekolah. Sampe sampe gue cari ke rumah Rio gakada. Trus tadi gue ke rumah Adit. Katanya adit juga belum pulang. Tau gak mama lo itu khawatir banget. lo ini sekarang dimana coba?.
Mama lo #$&$*#('(!¥×*="

Giesele menjauhkan hp Dimas dari telinganya. Suara nya yang sangat besar dan cempreng membuat Giesele takut gendang telinganya pecah.

"Gue lagi dijalan. Tolong bilang ke mama gue, gue gakpapa. Sampain ya. Bye..."

"Gis tap-"

Tuuuuuuuutt........

Giesele mematikan telefonnya sepihak. Ia tidak ingin mendengar ocehan Rachel lagi.

"Nih. Makasih." Kata Giesele sambil memberikan hp Dimas lalu tersenyum simpul.

"Tadi siapa yang lo telefon?."

"Teman gue. Emang rada gila. Abaikan saja."

"Yang waktu itu datang pertama kali ke rumah sakit? Waktu gue tabrak lo?."

Giesele menganggukan kepalanya. Ia menatap lurus kedepan.

"Namanya Rachel bianca bukan?."

"Iya"

"Sip. Adek gue sir ama dia."

***

Bersambung.........

_______________________






To next👇👇
16 vote lanjut😂

BrokenestWhere stories live. Discover now