Billionaire's Feeling - 18 - Pertanyaan Hati

Start from the beginning
                                    

“Benarkah? Tentu saja, dengan senang hati aku akan membantu.” Sekejap Mysha terkejut. Kekagumannya kepada pria itu semakin bertambah dengan perhatian William kepada orang tua. “Apa kau ingin membuat pesta kejutan untuk mereka?” Gadis itu bertanya dengan penuh semangat.

No. Kesehatan Dad kurang baik untuk menyambut banyak tamu. Makan malam romantis dan kado istimewa mungkin cukup menyenangkan.” Suara William terdengar agak ragu.

“Itu ide bagus. Tapi menurutku, makan malam di restoran mewah sudah terlalu biasa bagi Thea dan Alan.” Mysha mengerutkan kening, berpikir sesuatu yang unik bagi kedua orang yang dihormatinya. “Bagaimana jika private dinner di tempat mereka melangsungkan pesta pernikahan? Kita mungkin juga bisa menyewa orkestra untuk memainkan musik romantis yang menjadi kenangan bagi mereka,” usulnya.

Wajah William berubah cerah, sebuah senyum tipis terpahat di sana, “Kau benar, itu pasti akan sangat membahagiakan mereka. Kalau begitu, besok kujemput kau pukul 10 pagi. Kita siapkan segalanya.”

Mysha tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya. Ia mengangguk dengan antusias.

Mysha Natasha masih terjaga meski malam telah larut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mysha Natasha masih terjaga meski malam telah larut. Lagi-lagi ia merasa sulit tidur. Ia menerawang, di benaknya terputar dengan jelas kejadian bersama William hari ini.

Semakin sering ia menghabiskan waktu bersama William, semakin ia mengagumi pria itu. William bukan tipe menggebu-gebu seperti Axel, bukan juga tipe yang hangat seperti Michael. Pria bernetra emerald itu lebih suka berbicara dengan tindakan daripada kata-kata.

Mysha mengerang, menekan dadanya dengan sebelah tangan. Sebuah bongkahan yang menyesakkan terasa pedih menghimpitnya kala nama Axel kembali muncul dalam ingatan. Bagai luka yang belum kering tersiram air garam. Gadis itu mencoba menghalau segala kenangan yang menyakitkan dengan memikirkan sesuatu yang membuatnya bahagia.

Aku akan setia di sisimu hingga saat itu tiba.

Entah mengapa kata-kata William itulah yang mencuat di pikiran Mysha. Apakah William adalah seseorang yang dikirim Tuhan untuk mengobati lukanya? Haruskah ia membuka hati untuk pria itu? Namun ia merasa tidak adil jika menjadikan pria itu pelarian semata. Lagi pula ia merasa belum siap untuk memulai suatu hubungan yang baru.

Mysha mengembuskan napas panjang. Ia berusaha ke dalam perasaannya sendiri. Jujur, ia bahagia bersama William. Meskipun pria itu jarang mengungkapkan emosinya, tetapi seiring kebersamaan mereka, Mysha mulai memahami arti dari tatapan mata dan tarikan napasnya.

Mysha pun merasa jika pria itu sangat berarti baginya di masa lalu. Walau ia belum dapat mengingat semuanya, selalu ada ketenangan yang melingkupi perasaannya.

Dan Mysha tidak ingin kehilangan William. Laki-laki itu telah menjadi sandarannya selama ini. Ia sudah banyak menerima kebaikan pria itu.  Mungkin kini waktunya Mysha harus belajar untuk memberi. Termasuk memberi kesempatan bagi dirinya untuk lebih mengenal William. Bukankah peribahasa mengatakan tak kenal maka tak sayang.

END The Cold Billionaire x Rasa Membara dalam DadaWhere stories live. Discover now