Sad Billionaire - 13 - Kebenaran Masa Lalu

25K 1.8K 160
                                    

Mary Natasha terdiam selama beberapa saat dengan tangan masih menggenggam gagang pintu. Matanya mengerjap beberapa kali dengan heran memandangi seorang pria gagah berambut hitam di hadapannya.

"Will?" tanyanya memastikan.

"Ya, Mrs. Natasha," balas William tanpa basa-basi. "Apakah saya bisa masuk?"

Masih terkejut, Mary membuka pintu lebih lebar dan menyingkir dari ambang pintu, memberikan jalan pada WIlliam untuk masuk. Direktur utama CLD tersebut melangkah ke dalam ruang tamu yang minimalis tapi manis. Di belakangnya, Mary menutup pintu sebelum berjalan mendahului William dan mempersilakan pria itu duduk di sofa.

"Kau sudah menjadi lelaki yang gagah." Sebuah senyum tipis muncul di wajah Mary ketika dia membawakan teh hangat dan meletakkannya di hadapan William. "Tidak terasa sudah dua puluh tahun sejak terakhir kali kita bertemu."

William menyunggingkan senyum datar yang sopan sambil meminum teh yang mengepulkan uap. Menyesap teh di tengah udara musim dingin selalu membawa kehangatan hingga ke dalam jiwa.

"Apa yang membawamu kemari?" tanya Mary walau dia sudah bisa menduga-duga. Sejak kejadian Axel, Mysha tidak lagi menutupi apa pun darinya dan wanita setengah baya tersebut tahu bagaimana William memperlakukan putrinya dengan baik.

"Ini tentang Mysha," jawab William membenarkan dugaan Mary.

Wanita itu menghela napas sambil menyesap pelan teh buatannya. "Apa yang ingin kau ketahui?"

William tidak langsung menjawab. Dia menatap ke arah cangkir tehnya yang setengah penuh. "Saya ingin tahu tentang penyebab hilang ingatan Mysha."

Perkataan William membuat gerakan tangan Mary terhenti di udara. Cangkir yang hendak dibawanya ke mulut berhenti di tengah perjalanan sebelum wanita itu meletakkannya kembali ke meja. Matanya memandang pria di hadapannya dengan tatapan menyelidik.

"Untuk apa?" tanyanya. "Sekian tahun aku menyembunyikan kebenarannya dari siapa pun dan menurutku, lebih baik Mysha tidak mengingat tentang perbuatan ayahnya di masa lalu."

WIlliam menghela napas. Mary ada benarnya, Mysha sudah bahagia tanpa perlu mengingat masa lalunya, tapi ada hal yang mengganjal dalam benak William bila dia tidak bisa mencapai dasar dari masalah ini. Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Saya ingin tahu mengapa dia melupakan saya."

Mata Mary terbelalak sejenak, menyadari bahwa selain ingatan tentang mantan suaminya, ada satu ingatan lain Mysha yang berharga ikut terkurung. Wajah Mary melembut. Dia menatap William dengan penuh kasih. Anak kecil yang selalu menemani dan menjaga Mysha serta menjadi penghiburan ketika pertengkarannya dengan Eric membuat anak gadisnya ketakutan. William selalu menguatkan Mysha ketika anak itu menangis, mengajaknya bermain untuk membuatnya kembali tersenyum. Bagaimana dia bisa melupakan kejadian penting itu? Kebencian akan mantan suaminya membuat Mary buta akan hal-hal kecil yang menyenangkan.

"Dia tidak bermaksud melupakanmu, Will." Mary berkata lirih. "Mysha tidak bersalah dalam hal ini."

William memandang Mary dalam, menunggu perkataan selanjutnya dari wanita itu. Kali ini, Mary yang menghela napas, mengulur waktu dari bercerita.

"Aku melarikan Mysha karena tidak tahan dengan kelakuan Eric yang tidak setia." Wanita itu memulai ceritanya.

William mengangguk. Dia mengingat saat itu sejelas kemarin. Mysha yang menangis dipisahkan darinya. WIlliam berlari mengejar mobil Mary yang menjauh. Bayangan wajah Mysha yang dipenuhi air mata masih terekam jelas dalam memorinya dan tetap mampu menimbulkan rasa ngilu dalam benak.

"Saat itu, aku memutuskan untuk kembali ke Oregon, tempat kelahiranku. Selama berjam-jam kami mengendarai mobil melewati highway dan Mysha terus menerus merengek agar kami kembali. Dia tidak ingin berpisah denganmu. Bunga daisy pemberianmu dia pegang erat sepanjang perjalanan."

END The Cold Billionaire x Rasa Membara dalam DadaWhere stories live. Discover now