"Kalo pingsan lagi seret aja, atau biarin di lantai."

"Eh, gak boleh jahat gitu dong."

"Ayo micin cepet!" ucapnya, tidak mengindahkan kata-kata Evan. Di samping kaki Bella, Evan hanya bisa menghela napas pasrah. Kalau Aga sudah punya keinginan pasti sulit untuk dibantah. Sekali A tetap A, apapun yang terjadi. Shasa menatap Evan, menunggu perintah yang akhirnya mendapatkan anggukan pelan dari Evan.

"Yes! Buruan-buruan!"

Shasa mengambil peralatan make up nya yang dia sembunyikan di bawah meja dan memulai pekerjaannya dengan sangat hati-hati, takut akan membangunkan Bella sebelum waktunya. Aga bertepuk tangan heboh, senang karena zombie-nya bertambah banyak. Melihat hp Shasa yang tergelak di atas meja, ide brilian Aga muncul kembali. Cepat-cepat Aga membawa ponsel itu berlari dari ruang tamu dan menekan panggilan cepat milik Mario.

"Om ganteng, tolong!" teriak Aga saat panggilannya terhubung dengan Mario.

"Ada apa Ga? Aga gak kenapa-kenapa kan? Om lagi di Bogor nih."

"Ngapain?"

"Kerja Ga, Aga kenapa telpon? Aga baik-baik aja kan? Ada yang sakit? Abang mana?"

"Kok kerja sih, padahal hari minggu."

"Om gak ada liburnya Ga, ada apa? Ini mau selesai kok."

"Ini Om, tante Genit pingsan di rumah, Aga cuma sendirian sama tante Genit, semua orang udah dimakan monster."

"Abang sama Shasa kemana? Kok Aga sendirian di rumah?" Mario mulai panik, tapi dia berusaha menekan suaranya agar lawan bicaranya tidak tahu dirinya panik. Bahaya jika Aga tahu, bisa-bisa anak itu kambuh sebelum dia sampai di sana. Mario buru-buru berlari keluar, membisikkan pada salah satu rekan kerjanya, "Gue harus balik ke Jakarta sekarang, pasien gue lagi urgent banget."

"Coba jelasin pelan-pelan sama om."

"Kan Micin bilang mau libur Om, terus Abang pergi abis terima telpon, terus tante genit dateng temenin Aga, terus sekarang tante Genit pingsan, soalnya perut tante Genit bunyi-bunyi, monster perutnya laper tapi gak ada makanan, cuma punya es krim sama mangga, jadi tante Genit pingsan." jelas Aga panjang lebar sambil menahan diri untuk tidak terkikik geli, mengagumi kepintarannya berbohong.

"Ya udah Om ke sana, tunggu ya? Mau nitip apa?"

"Burger! 10! Om buruan dateng ya, dadah!"

Mario menatap layar ponselnya yang sudah kembali menggelap dengan heran. Ada yang aneh dengan suara Aga, entah anak itu benar-benar menangis atau tengah menggodanya. Seingatnya suara tangis Aga tidak seperti itu. Dan tunggu dulu, bukankah hanya ada dia dan Bella di rumah? Kenapa minta 10 burger? Evan sendiri yang memberikan peraturan Aga hanya boleh memakan makanan junk food itu maksimal 2.

"Ah, pasti gue lagi dikerjain nih," simpul Mario sambil terkekeh pelan. Percuma juga dia kembali ke lokasi tadi, dia sudah mengemudikan mobilnya cukup jauh. Dia tidak sadar memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi saat mendengar Aga sendirian di rumah.

Evan yang tengah menemani Shasa merias Bella tiba-tiba berdiri saat merasakan ponselnya yang berada di saku bergetar panjang tanda panggilan masuk. Dia buru-buru menjawab panggilan yang masuk itu saat dilihatnya nama Mario yang tertera di layarnya.

"Lo di rumah kan Van?"

"Iya, kenapa?"

"Aga lagi ngapain sih? Dia nyuruh-nyuruh gue dateng, sampe boong katanya Bella pingsan lagi."

"Abis diajak nonton film zombie sama Shasa, sekarang lagi ngajakin semua orang main zombie. Tapi soal bella, Aga gak bohong, bella beneran pingsan. Kaget liat kita dandan zombie."

NEVERLANDWhere stories live. Discover now