19

566 43 2
                                    

Dalam perjalanan pulang kami hanya diam. Kak Arsel fokus menyetir kedepan karna hujan mengakibatkan macet dimana-mana.

Aku menghela napas ini pasti akan lama, padahal ia sudah merindukan kasur empuknya di rumah lalu bermain laptop sambil minum coklat panas. Uhh cuaca begini emang cocok banget.

Tapi sayang dengan cuaca begini juga ia harus terjebak macet sehingga menghalanginya untuk cepat sampai rumah.

Pricil menoleh ke samping tanpa sadar ia sudah memperhatikan Kakak kelasnya itu. Dilihat dari samping muka Kak Arsel makin bertambah ganteng padahal hanya dari samping.

Lama aku memandangnya sampai tersadar Kak Arsel menoleh dan menatapku, mata kami bertemu sontak Aku langsung panik dan membuang muka ke jendela.

Aku memejam mata erat-erat menahan malu. Pasti sekarang sudah seperti kepiting rebus mukaku.

'Duh Pricil-pricil ngapain sih lo liat-liat cowok itu liat kan jadi ke hipnotis ahh malu banget ketahuan mandangin' ujarnya merutukin dirinya dalam hati.

Setelahnya kuputuskan diriku tetap seperti ini menghadap ke jendela sampai sampe rumah. Hingga ngantuk tiba-tiba menghampirinya dan akhirnya tertidur.

---------------

08:15
Minggu

Matahari masuk mengintip jendela yang setengah gordenya tersibak membuat mataku terbuka dan langsung terkena matahari yang super menyilaukan.

Aku langsung bangun dan menggerak-gerakan badan yang pegel sambil menguap lebar. Lalu aku melihat jam dan kembali menelungkup sambil memeluk bantal guling kesayangan.

Lalu mataku terbuka kembali,memutar-mutar bola mata seperti mengingat sesuatu.. dan belum sampe hitungan menit kemudian, ia sudah terlonjak bangun sambil melotot mencoba mengingat kejadian semalam dengan mulut setengah terbuka..

Tadi malam kan ia bersama Kak Arsel yang terjebak macet..

Tanpa berpikir apa-apa lagi Pricil langsung bergegas turun dari kasurnya dan turun menghampiri Bundanya.

"Bun.."

Setelah mendengar suara Bundanya yang terdengar di arah dapur yang lagi membereskan isi kulkas.

"Bun tadi malam Pricil di antar sama siapa pulang?"

"Loh sama Arsel kan? Kok kamu lupa?"

Pricil menggaruk-garuk belakang rambut yang tak gatal seperti orang gelisah.

Jadi.. Kak Arsel mengantarnya sampai rumah..terus..terus..

"Terus kok bisa Pricil tertidur di kamar? Papa yang ngangkat?"

"Kamu sih ngapain ketiduran udah gitu Bunda ngak enak banget ngerepotin Arsel terus udah Papa lagi di kantor dan terpaksa Bunda nyuruh lagi Arsel untuk ngantarin kamu ke kamar" ngomel Bundanya

"Jadi.. Kak Arsel yang ngangkatin Pricil ke kamar??" Teriaknya

"Bunda juga terpaksa udah ngerepotin dia terus kamu sih tapi untung Arsel anak temennya Bunda dan juga anak baik..udah ah Bunda mau beres-beres dapur dulu" ucap Bunda lalu kembali sibuk dengan dapur.

Pricil kembali ke kamar dengan membanting tubuhnya ke kasur,ia masih tak percaya bisa-bisanya Bunda nya ngebiarin Kak Arsel membawanya ke kamar.

Pricil membayangkan dirinya yang di gendong oleh Kak Arsel dan..dan seketika ia teringat mereka yang bertatapan di mobil.. kyaaaa mengambil selimut langsung menutupi wajahnya dengan kaki yang menendang-nendang ke berbagai arah.

Siang itu Pricil menghabiskan waktu dengan menonton Drakor alias drama korea sampe tak bosan-bosan. Aktor korea yang tampan Ji chang wook membuatnya tak bisa berhenti menonton hingga episode terakhir.

Hingga bunda meneriaki namanya dari bawah menyuruhnya untuk turun..

Dengan malas ia turun dan menghampiri Bundanya.

"Ada apa sih Bun?"

"Ini kamu ke Supermarket belanjain punya Bunda sebentar"

"Ini bahan-bahannya udah Bunda tulis di kertas" ujar bundanya sambil mengulurkan kertas yang ada di tangannya.

Ia cemberut "kok Pricil sih bun?"

"Jangan malas! Nanti kalo kamu punya mertua gimana disuruh belanja ini itu kamu mau nolak?"

"Pricil masih SMA bunda.. kok bawa-bawa mertua sih" ujarnya dengan semakin cemberut, padahal usianya masih sangat jauh untuk mengerti hal-hal seperti itu.

"Ya bunda cuma mau kamu belajar dari sekarang jangan jadi anak manja terus"

"Hm iyaiya yaudah Pricil pergi dulu" ucapnya kemudian karena ia tahu percuma saja ia membela diri karena pada akhirnya ia juga kalah melawan Bundanya.

Jarak rumahnya ke Supermarket tidak terlalu jauh, jadi ia hanya berjalan kaki sepanjang jalan hingga sampai ke Supermarket.

Seperti biasa hari Minggu memang sangat ramai lebih ramai dari hari biasa-biasa.

Pricil langsung menarik kereta dorong dan menuju ke tempat sayur-sayuran untuk berbelanja kebutuhan Bundanya.

Selama 13 menit ia sudah mencari bahan-bahan yang Bundanya suruh hingga sekarang kereta dorongnya sudah terisi setengah hanya tinggal 1 bahan lagi yang perlu ia cari.

Kereta dorongnya kemudian berhenti tepat di salah satu rak yang bahannya sedang ia cari dan hanya tinggal satu lagi, sebenarnya masih banyak cuma Tepung yang ia cari ini berbeda dari Tepung yang masih banyak itu.

Tanganku sudah terangkat memegangi Tepung itu disaat bersamaan tangan seseorang juga memegangi Tepung yang sama dengannya.

Refleks aku langsung menoleh ke samping melihat orang yang mencoba juga mengambil Tepung yang seharusnya duluan ia pegang itu.

Kak Fajar?
Hah ini Kak Fajar kan? Ngapain dia disini?

Kak Fajar sama terkejutnya denganku.

"Kamu.."

Hah? Kak Fajar masih ingat dengannya?

"Kamu adik kelas yang waktu itu kan? Yang nabrak Aku.. hm kayaknya juga yang ngengambilin bola basket waktu di koridor sekolah kan?

Wah ia rupanya masih ingat, padahal mukaku gak terlalu cantik untuk diingat kan? apalagi..itu Kak Fajar.

"Iya Kak saya waktu itu ngak sengaja nabrak kakak dan juga saya yang ngambilin bola basketnya kakak" ujarku sambil tersenyum.

"Hm kok bisa ya kita ketemu lagi" tambahku yang kemudian langsung ku sesali perkataan yang sudah keluar dari mulutnya itu.

Kak Fajar hanya tersenyum mendengarnya.

Lalu ia menyodorkan Tepung yang hendak Aku ambil tadi. "Ini..kayaknya kamu yang lebih memerlukan bahan ini"

Aku tak mengambilnya kemudian kembali memandang ke wajah tampannya Kak Fajar itu sambil menggeleng-gelengkan kepala "ngak untuk kakak aja kayaknya kakak yang lebih perlu itu"

"Kenapa begitu?" Tanyanya dengan mengerutkan dahi.

Duh alasannya apa ya?

"Em karena kakak cowok datang kesini dan berbelanja yang memang seharusnya..em ibu-ibu yang berbelanja beginian"

Pasti alasannya itu ngak masuk akal sekali.

"Lalu gimana dengan kamu sendiri?" Tanyanya sambil melirik kereta dorong yang penuh dengan bahan-bahan makanan yang disuruh oleh Bundanya itu.

Aku juga melirik ke bahan-bahan makanan itu, Aduh alasan apa lagi yang harus ia bilang?




StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang