ASEAN || 2. Kenalan

4.7K 508 61
                                    

"Gue malah makin suka sama dia."

Dalam benak Airin, ia sama sekali tak paham dengan jalan otak Yuan, sahabatnya. Bagaimana mungkin kini Yuan yang tengah duduk di sebelahnya ini masih bisa tersenyum bahagia dan sangat berbinar ketika membicarakan Asean. Dan gilanya, gadis itu malah mengatakan bahwa semakin menyukai Asean. Jika Airin menjadi Yuan, mungkin dia sudah membenci cowok bernama Sean itu setengah mati setelah apa yang pria pucat tersebut lakukan kemarin. Tak berperasaan.

"Lo makin suka?" tanya Airin tak percaya. Yuan mengangguk mantap.

"Uniknya dia tuh di sini, Rin. Menantang. Biasanya kan cowok yang ngejar cewek."

Airin lelah. Ia benar-benar harus membawa Yuan ke Psikiater. Sahabatnya dari SD ini memang semakin tak waras dan harus segera ditangani.

"Ini lo yang gak berhati atau apa sih, Yuan." Airin geleng-geleng kepala.

"Dih apaah sih. Gue punya hati lah. Dan hati gue buat Asean." Yuan mengeluarkan ekspresi lebay sambil memegang dadanya. Seolah mengatakan bahwa cowok yang dimaksudnya memang benar-benar bersemayam dalam dadanya. Dan Airin benar-benar tak ingin tahu tentang itu.

"Buktinya habis ditolak masih aja suka."

"Karena Asean ganteng."

"Terus kalo dia ganteng, lo rela ngelakuin apa aja?"

"Ya gak juga. Lo kira gue cewek apaan? Intinya gue makin suka sama dia. Gimana dong?"

Airin mendengus. Menoleh ke arah pintu kelas. Mendapati Windy -sahabat sekaligus sepupunya- melangkah masuk dengan tumpukan buku di tangan. Pasti milik Bu Rosita. Biasa, Windy mahasiswi kesayangan banyak dosen. Heran saja, dia berbeda dari Kaisar. Padahal mereka kakak beradik.

"Bu Rosita mana?" tanya Airin. Tidak mendapati dosennya dimana-mana. Biasanya, beliau langsung masuk.

"Keluar, ada urusan. Mungkin agak telat masuk." Windy menaruh tumpukan buku itu di atas meja dosen, lantas melangkah mendekat ke arah dua temannya. "Lo dipanggil Pak Danu noh, Rin."

Airin mendengus dari tempatnya. Mengeluh tertahan. "Alamat suruh revisi lagi ini," ujarnya lelah.

"Jangan gitu dong. Kali aja langsung mentereng nilai A+. Hahaha." Yuan tertawa mengejek, kemudian menoleh pada Windy. "Ya gak, Win?" ujarnya meminta persetujuan. Windy hanya mengangkat bahu sambil menahan senyum.

"Gak usah ngejek." Airin bangkit dari duduknya. Menatap sepenjuru kelas yang sepi.

"Siapa yang ngejek? Ucapan itu do'a. Gue lagi doain lo."

"Mending do'ain diri sendiri biar gak ditolak lagi sama Sean. Ya gak, Win?" Airin meminta persetujuan pada Windy. Yang dijawab oleh Windy dengan anggukan dan tawa kecil.

"Yo'i. Kasian gue. Tapi, bagus juga sih. Yuan jadi viral. Hahaha." Windy tertawa. "Baru gue gak masuk sehari aja udah ada berita besar. Kebayang seminggu gak masuk, Yuan nikah kali ya sama Pak Botak. Hahaha." Dia terpingkal-pingkal. Sementara wajah Yuan mendadak cemberut.

Airin ikut tertawa sambil meraih tasnya di laci meja, barulah kemudian melangkah keluar kelas.

"Oke gaes, do'ain tugas gue di-ACC ya." Dia berteriak sambil melangkah.

ASEAN (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang