30

1K 133 26
                                    

Happy Reading!

***

"Oh, hai Justin,"

Detik itu juga aku melepaskan pelukanku pada Zayn dan berangsur mendekati Justin. Bisa kurasakan atmosfer ruangan ini mulai berubah.

Aku melangkah kearahnya lalu menarik tangannya untuk bergabung bersama yang lain. Tak kusangka, ternyata tarikanku begitu kencang. Alhasil Justin tertarik dan menabrak tubuhku. Kami berdua jatuh dengan posisi yang, uh.... entahlah bisa kalian bayangkan, Justin menindihku.

"Uh, sorry babe." Ucap Justin bangkit berdiri lalu membantuku juga untuk bangkit.

Aku beralih menatap teman-temanku yang membisu. Pandanganku menyapu ruangan dan berhenti pada Cloe. Dia menatapku dengan tatapan membunuh.

"Apa kalian akan hanya berdiam diri dan menatap kami seperti itu? Seakan kami ini monster?" Ucap Justin menyadarkan mereka semua.

"Uh, aku permisi sebentar."

Kami semua menoleh keasal suara. Zayn. Dia berjalan menuju utama pintu rumah. Tak lama, Perrie mengikutinya begitu juga dengan Cloe.

"Eh, Nath maafkan soal itu. Zayn memang terlihat tidak fit akhir-akhir ini,"

Aku mendongak. "Tidak fit? Apa dia ada masalah, Li?"

Bisa kurasakan Liam menatap Harry dan Louis terlebih dahulu. Seperti minta persetujuan? "Uh dia-"

"By the way, kalian ingin minum apa? Lebih baik dibuat dulu baru ngobrol. Bagaimana?"

"Terserah kau saja, Just." Jawab Irene diikuti anggukan dari yang lain.

Justin menarik tanganku menuju arah dapur. "Kau tidak bisa bohong padaku, Nathalie," Bisiknya.

"Hah?"

"Sudahlah kita bicarakan ini nanti."

"Tap-"

Justin menatapku dengan tatapan -kubilang-nanti- membuatku tidak jadi bicara. Entahlah, kenapa aku jadi khawatir seperti ini.

***

Zayn berjalan dengan langkah cepat menjauhi rumah Nathalie. Siapapun tidak menyadari bahwa sedari tadi tangannya sudah mengepal di balik saku jaketnya.

Aku melihat jelas kejadian tadi. Rasanya ingin sekali aku mencicipi rahang Justin dengan tanganku yang sudah gatal ini. Oh, lihatlah. Aku sudah seperti bukan diriku lagi.

Zayn menggelengkan kepalanya dan ingin cepat-cepat menyendiri. Ia pergi dari rumah Nathalie karena takut jika terus berlama-lama disana, ia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Zayn!" Panggil seseorang tetapi tidak di hiraukan olehnya.

Pria yang disapa Zayn itu menghela napas sambil berjalan dengan langkah cepat.

"Zayn tunggu!"

Kali ini Zayn terhenti melangkah karena tiba-tiba saja ia dipeluk dari belakang. Pria itu menatap sekelilingnya sejenak memastikan tidak ada yang melihat kejadian ini.

Zayn melepaskan tangan orang yang memeluknya sambil berbalik. "Apa-apa-,uh Perrie?"

"Cukup Zayn, cukup. Lupakan Nathalie, kau tidak perlu mengingatnya lagi!"

Zayn terbelalak dengan ucapan Perrie. "Lupakan kau bilang? Memangnya kau siapa seenaknya menyuruhku melupakannya?!"

"Kau tidak lihat apa yang dilakukannya tadi?! Dia tidak mencintaimu Zayn! Dia menyakitimu! Aku? Aku gadis yang benar-benar tulus mencintaimu!" Pekik Perrie mulai mengalirkan air mata.

Zayn terdiam. Timbul rasa bersalah setelah membentak gadis dihadapannya ini. "Perr-"

Detik kemudian, bibir milik Zayn dan Perrie sudah bertemu. Zayn mendoron tubuh gadis itu cepat. Namun, dilain tempat, seseorang berhasil mengabadikan moment tadi. Orang tersenyum licik lalu pergi meninggalkan tempat itu.

***

"Ash, aku mau bicara sebentar." Ucap Irene setelah aku meletakan gelas berisi sirup di meja tamu. "Alone," lanjutnya setelah ia melirik kearah Justin.

"Uh, okay."

Irene berjalan ke arah belakang rumahku. Berdiri membelakangiku.

"Ada apa Rin?" tanyaku pelan.

"Aku ingin kau jujur, Ash. Sebenarnya siapa yang kau cintai?" tanya Irene sambil membalikan badannya menatapku serius.

Sial.

Aku membuka sedikit mulutku lalu kembali menutupnya. Semuanya semakin rumit.

"Ash, aku tahu kau tidak mencintai Justin,"

"Apa? Tentu aku mencintainya, Rin."

Suaraku bergetar. Entahlah dia menyadarinya atau tidak.

Kumohon Irene, jangan mempersulit keadaan.

"Kau mempersulit keadaan, Ash."

Aku?

"Ya, Kau." ujarnya.

"Apa maksudmu?" tanyaku.

"Kau menyia-nyiakan orang yang sudah jelas-jelas mencintaimu." ucapnya membuatku semakin bingung.

Siapa yang mencintaiku?

"Ash, kuharap kau cepat sadar bahwa semua ini salah." lanjutnya sambil berlalu meninggalkanku.

Apa lagi ini? Semua ini salah? Apa maksudnya?

Apa aku salah telah mengambil keputusan untuk memberi Justin kesempatan?

Drrt Drrt

Merogoh saku celanaku, aku melihat satu email masuk. Cloe? Ada angin apa dia mengirimku email?

....

Siapapun tolong obati aku.

Hatiku benar-benar sakit.

Tapi, kenapa aku harus sakit?

Aku bukan siapa-siapa. Tidak ada hak untuk cemburu ataupun sakit hati.

Tapi mengapa melihat Zayn dan Perrie berciuman membuat hatiku seakan diiris dengan pisau yang sangat tajam?

Apa benar semua ini salah?

"Sudah kuduga, Kau masih mencintainya."

Kepalaku berputar mencari asal suara. Aku merasakan asin di mulutku. Aku menangis.

"Justin-"

"Aku akan packing. Kurasa aku butuh ruang," ucap Justin sambil berlalu.

Oh Tuhan, cobaan apalagi ini?

***

Hai semuanya.

Untuk yang pertama, aku minta maaf sebesar-besarnya karena aku ga tepatin janji aku. Aku benar-benar minta maaf:(

Wattpad aku juga sempat error gabisa update cerita. Itu sekitar 4 harian. Sekali lagi aku minta maaf ya, semua orang membuat kesalahan bukan? :')

Daaan part ini aku benar-benar, stuck. Jadi maafkan aku jika kalian kurang puas dengan partnya </3 dan aku tau ini pendek pake banget :(

Makasih juga buat Frxppcno a.k.a Puput yang bantuin aku untuk dapetin ide part ini. Sebagian besar pula. Love uu mwahh<33

Cek cerita dia juga yaa xx

Terakhir, aku ada buat 2 Teenfict juga Nonfict baru judulnya °Being Loved dan Till I Die° yang bersedia buat baca cek works aku ya.

Jangan lupa baca °Because Of you > Zarry° juga ya!

Hehe cerewet abis, okedeh itu aja.

Much Love, Cia<333

20+ comments and 70+ votes for next chapter?? xx

There's Just One °°° z.mKde žijí příběhy. Začni objevovat