33

569 60 11
                                    

"Apa aku terlihat baik?"

Aku melihat pantulan diriku di cermin panjang ini. Entahlah, aku merasa tidak percaya diri. Aku berbalik menatap Irene yang tersenyum.

Dia mengangguk namun beranjak dari kasur. Ia pergi ke sudut pintu mengambil dua buah kantong belanjaan. Dahiku mengerut. Lagi-lagi dia tersenyum sambil mengangguk.

"Kau terlihat baik dengan itu. Tapi, kurasa Zayn ingin melihatmu mengenakan ini," Ucapnya.

Dikeluarkannya sebuah dress biru dongker selutut tanpa lengan dengan sepasang wedges hitam 5 cm. Aku memandang Irene tak percaya. Salah satu tanganku menutup mulutku.

Astaga, ini dari Zayn!

"Kau tidak bercanda kan?" Tanyaku memastikan lagi.

"Kau pikir aku punya banyak uang membeli pakaian semahal ini?" Jawabnya sarkas.

Aku pun akhirnya mencoba dress itu. Untungnya sangat pas di tubuhku. Irene beralih untuk mendandani ku. Ia memberi kesan natural diatas wajahku. Rambut panjangku hanya ku gerai dan ku beri satu pita di bagian poni.

Suara ketukan pintu kamarku terdengar. Kami berdua bertatapan sejenak lalu menoleh kearah pintu kamar. Samar-samar Niall berteriak memberitahu bahwa Zayn sudah di bawah.

Aku mengibas tanganku berulang kali. Menarik nafas dan mengeluarkannya. Tak bohong, aku benar-benar gugup.

"Ash, relax. Ayo kita turun."

Anak tangga demi anak tangga sudah kami turuni. Saat aku menoleh kearah pintu utama, sudut pandangku mendapati punggung seorang pria mengenakan kemeja biru dongker lengan panjang. Aku melihat kearah bajuku sejenak, warna kami senada.

Pria itu berbalik. Dia menatapku tepat dimataku. Sudut bibirnya tertarik keatas lalu ia datang menghampiriku, memberikan lengannya.

"Shall we?" Tanyanya.

Demi langit dan bumi aku ingin pingsan saat ini juga. Dengan sedikit ragu, aku mengaitkan tanganku dengan lengannya sembari tersenyum canggung. Pria itu menoleh kebelakang sejenak meminta izin pada Irene dan Niall. Niall mengibas tangannya seakan mengusir kami berdua.

Kami pun berjalan kearah mobil. Ia membukakanku pintu seakan aku ini seorang putri. Ya Tuhan. Setelah Zayn masuk, ia pun melaju meninggalkan perkarangan rumahku.

"Apa kau suka?" Tanya Zayn.

Aku menatapnya sejenak kebingungan. "S-suka apa?"

"Lupakan saja. Kau terlihat sangat cantik, Nath. Just like everyday." Jawabnya tersenyum.

Aku menatapnya sekilas lalu memalingkan wajahku ke jendela. Kurasakan pipiku benar-benar memanas saat ini. Ucapan terima kasihku pun nyaris tak terdengar.

Setelah sekian menit berada di atas jalanan. Kami pun tiba di tujuan. Mataku menerawang sekitaran sini. Ini taman yang dulu. Ia pernah membawaku kemari, disaat kami terjebak oleh beberapa paparazzi. Sejak itu tempat ini menjadi salah satu tempat favoritku. Taman ini sangat tenang.

"Aku mengosongkannya untuk kita," Ucap Zayn.

"You did?" Tanyaku tak percaya.

Zayn mengangguk. Ia tersenyum setelahnya. Senyum yang bisa membuat semua gadis di dunia ini meleleh. Aku bahkan masih tidak percaya aku bisa disini berdua dengannya.

Kami berjalan menuju sebuah meja makan yang di sediakan untuk dua orang. Di sekitaran pohon di hiasi lampu-lampu dan hiasan bunga palsu. Sangat indah dan romantis. Ya Tuhan, aku sulit bernafas.

Zayn mempersilahkanku duduk dengan menarik kursi disebelahku. Setelah itu gilirannya yang mendudukkan dirinya. Keheningan pun terjadi. Aku tak berani menatapnya mengalihkan perhatianku ke gelas yang ada dihadapanku.

Ia membersihkan tenggorokannya lalu memegang tanganku. Oh, bagaikan sengatan listrik menelusuri tubuhku. Perutku sakit.

"Um, Nath-"

Baru saja ia ingin bicara, seorang pria dengan pakaian putih datang menghidangkan makanan. Zayn melepaskan pegangannya dan tersenyum kepada pelayan tadi.

"Nath, apa kau senang?" Tanya Zayn.

"Dengan semua ini?" Tanyaku memastikan.

Pria di depanku ini mengangguk. Apa dia bercanda bertanya seperti itu? Tentu aku senang. Aku sangat bahagia. Tak pernah sekali pun terbayangkan olehku kami bisa seperti ini.

Mengangguk semangat itulah jawabanku atas pertanyaannya tadi. Ia pun tersenyum lalu menyuruhku melanjutkan makan kami.

**

"Kemari," panggil Zayn diikuti Nathalie yang bangkit dari tempat duduknya.

Zayn berdiri di antara dua pohon yang dihiasi lampu-lampu. Nathalie dengan gugup yang luar biasa berjalan kearah Zayn. Gadis itu telah berdiri di hadapan pria yang dicintainya. Ia menatap ke bawah, tak tau harus berbuat apa.

"Nathalie. Pertama, aku minta maaf selama ini aku menjadi pria bodoh dan pengecut. Aku terlalu peduli dengan perkataan orang-orang di luar sana. Aku juga minta maaf aku tidak bisa menjadi pria romantis yang kau harapkan," Ucap Zayn menarik nafas panjang.

"Zayn,"

"Aku benar-benar mer-"

"Ssh."

Nathalie menggenggam tangan pria dihadapannya lebih erat. Gadis itu menatap mata Zayn dengan lembut.

"Zayn, kau tidak bodoh ataupun pengecut. Aku sudah cukup bahagia dengan ini semua. Sejujurnya aku tidak butuh ini semua. Kau ada disini saja aku sudah sangat senang, Zayn."

Sudut bibir mereka berdua tertarik membentuk senyuman. Zayn melepaskan genggamannya sejenak. Ia beranjak menuju ke seorang pelayan lalu membisikkan sesuatu.

Nathalie lalu memperhatikan Zayn yang kembali berjalan kearahnya dengan penuh tanya. Pria itu kemudian mengeluarkan sebuket bunga mawar dibarengi dengan hidupnya lampu-lampu di atas beberapa pohon.

Nathalie menutup mulutnya dengan kedua tangannya tak percaya. Ia melihat lampu-lampu di atas pohon-pohon itu ternyata membentuk sebuah kalimat.

"Will you be my girlfriend?"

Pun Nathalie tak kuasa menahan air matanya. Gadis itu masih menutup mulutnya.

"Zayn-,"

Zayn mengangkat kepalanya berdehem. Dengan harap-harap cemas ia memandang gadis yang dicintainya itu. Tiba-tiba Nathalie mengambil sebuket bunga mawar yang ada di tangan Zayn membuat pria itu mengerutkan keningnya.

"Is that a yes?"

Nathalie mengangguk semangat dengan air matanya yang membasahi pipinya. Sejurus kemudian, Zayn langsung menarik Nathalie dalam pelukannya. Rasa senang menyelimuti kedua insan itu. Selang beberapa menit kemudian, teman-teman mereka keluar dengan tepuk tangan riuh disertai wajah-wajah bahagia. Sekali lagi Nathalie dan Zayn saling berpandangan.

"Aku mencintaimu, Nathalie." Ucap Zayn tulus.

"Aku juga mencintaimu, Zayn." Ucap Nathalie membenamkan wajahnya diatas dada bidang Zayn.

-oOo-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 01, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

There's Just One °°° z.mWhere stories live. Discover now