29

1.4K 149 33
                                    

"Hai."  panggil Nathalie terdengar canggung di seberang sana.

"Hai." jawab beberapa dari teman-temannya.

"Oke, it's getting awkward now.  Awalnya, aku memang ingin berbicara dengan Zayn dan tiba-tiba saja wuush ... kalian semua muncul disana .. hahaha ehmm," ucap Nathalie tertawa hambar.

"Jadi, aku ingin bertemu dengan kalian face to face. Maksudku, ehm sudah lama kita tidak meet up right? Bagaimana?" lanjut Nathalie.

Orang-orang didalam rumah itu terdiam dalam semu membuat Nathalie menunggu jawaban dari mereka. Tidak satupun manusia yang berani angkat bicara, bahkan Zayn sendiri si pemilik ponsel yang tengah di pegang oleh Niall di posisinya yang terletak paling ujung.

Jantung Zayn berdetak berjuta-juta kali lebih cepat saat itu. Ia berusaha untuk tetap tidak melihat kearah layar ponsel miliknya. Dari kejauhan, Nathalie sedikit merasa kecewa akan hal itu. Rasa sakit itu kembali muncul di hatinya.

Nathalie berdesis pelan. "Aishh,"

"Baiklah kalau itu jawaban dari kalian. Terima kasih sudah bersedia mengangkat." lanjut Nathalie memaksa sudut bibirnya berkedut.

Seketika wajah cantik Nathalie menghilang dari layar ponsel milik Zayn. Mereka semua masih tetap bergeming dan tidak berbicara. Sampai akhirnya Jessy bangkit membawa piring kotornya ke dapur. Tak lama teman-temannya pun melakukan hal yang sama.

Di lain tempat Perrie yang sedang berdiri dengan Cloe disebelahnya merasa sakit hati dan kesal setelah Nathalie menghubungi Zayn tadi. Timbul rasa benci di benaknya, merasa ia akan kembali sulit untuk mendapatkan hati seorang Zayn Malik.

"Kau oke?"  tanya Liam mendekati Zayn yang tetap diam pada posisinya di meja makan tadi.

Zayn menggeleng pasrah. Sebuah tembok yang mulai di bangunnya untuk menutup hatinya dari Nathalie hancur begitu saja setelah mendengar suara Gadis yang amat sangat dirindukannya itu. Jantungnya sudah mulai kembali berdetak normal saat ini .

Namun, pikirannya tetap terfokus pada Nathalie yang menurutnya membuatnya hampir gila.

====

"Alright Mom, sampaikan salamku pada Caitlin, Chaz, Ryan dan Christian. Jangan lupa beri oleh-oleh yang sudah ku belikan kepada mereka, Love you."

"Sampaikan salamku pada Richie dan Josh aunty!" sambungku di balas gelak tawa oleh Aunty Pattie di seberang telepon.

Ternyata menjadi seorang penyanyi atau artis itu tidak gampang ya. Aku saja yang hanya ikut terbang kesana kemari dengan Justin merasakan bagaimana lelahnya pekerjaan itu.

Setelah tur album Justin yang disebut dengan Believe itu usai, kami langsung terbang ke London . Sedangkan Aunty Pattie langsung terbang ke Canada tentunya.

"Kau tahu babe? Aku tidak bisa terus bersyukur bisa memilikimu seperti sekarang ini." ucap Justin

Kata babe yang di lontarkannya berhasil membuat wajahku merona sekaligus rasa cemas dibenakku. Entahlah, aku masih belum terbiasa dengan itu. Justi selalu memberi tahuku betapa bersyukurnya dia bisa menjadi kekasihku .

Terkadang aku senang mendengarnya karena dengan begitu aku sudah berhasil membuatnya bahagia. Aku tidak mau membuatnya sakit hati untuk yang kedua kalinya. Namun secara tidak langsung, siapapun tahu bahwa aku menyakiti hatiku sendiri.

"To earth, Honey."  ucap Justin mengaggetkanku.

"Maaf." jawabku menoleh kepadanya dengan tersenyum canggung.

There's Just One °°° z.mWhere stories live. Discover now