16

2.4K 125 4
                                    

Aku duduk diteras rumah paman gelisah memegangi ponselku. Sudah 2 minggu lamanya aku disini , tidak ada tanda-tanda Zayn menanyakanku. Apa harus aku yang mengirimnya pesan duluan? Irene dan the boys sudah menanyakanku sejak aku tiba disini.

Kenapa Zayn tidak menghubungiku? Astaga , kenapa aku begitu yakin dia akan menghubungiku?Lebih baik Aku yang coba untuk menghubunginya.

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk"

Oh , mungkin dia memang sedang sibuk.

"Yow!"

Tiba-tiba Justin membangunkanku dari lamunanku yang duduk di tangan-tangan kursi yang kududuki.

"Kau kenapa?" tanyanya.

"Kau tidak ada konser lagi just?" tanyaku.

"Tidak untuk 6 bulan kedepan. Kenapa? wait , i asked you first." jawabnya.

"Oh , aku hanya bertanya. oh , aku baik baik saja" jawabku.

"Apa kau bosan?"

"little bit" jawabku malas

"Ayo ke karnaval di ujung jalan sana!" ajaknya sambil menarik tanganku.

"But too lazy to walk there" jawabku masih malas.

Justin diam sejenak dan tiba-tiba dia menggendongku .

"Hey! Turunkan aku!"

"Tidak! kalau ku turunkan kau tidak akan pernah berjalan kesana" jawabnya mengejek.

"No no i promise aku akan berjalan kesana" jawabku tertawa

Justin menurunkanku dan menungguku untuk berjalan. Aku memperhatikannya sejebak lalu berbalik arah dan lari kembali kearah rumah.

Tetapi tangan Justin secepat kilat menarik tanganku dan memeluku erat.

"Kau tidak bisa kemana-mana nona!" ejeknya

"Okay okay i promise. ini serius kita kesana" jawabku sambil tertawa lepas.

"Tidak. Aku tidak akan terbohongi 2 kali" jawabnya.

"Haha aku serius justin" kataku sambil berusaha melepaskan tangannya.

Dia melepaskan tangannya dan berganti membalikkan arah badanku dan merangkulku.

"Supaya kau tak lari lagi" ejeknya

Aku tertawa sembari menggelengkan kepalaku.

--

Saat di karnaval , Justin menawarkanku sebuah balon.

Aku menggeleng karena idak terlalu suka balon.

Dia terlihat berpikir sejenak lalu berseru.

"Aku tau apa yang kau suka!"

Dia berlari ketempat souvenir dan kembali memberikan sebuah gantungan kunci padaku.

"Eiffel? Kenapa bisa ada di tempat ini?" tanyaku bingung.

"Dia menjual segala souvenir , jadi tidak hanya yang berhubungan dengan Canada"

Aku mengangguk.

"Terima kasih ya. Bagaimana kau tahu aku suka paris?" tanyaku menyelidik.

"Ibu ku pernah bilang bahwa ibumu menyukai paris. Kupikir kau pasti juga menyukainya"

"Kau benar" jawabku tersenyum canggung.

"Maafkan aku, sudahlah jangan bersedih"

"Omong-omong , jadi kau sudah mengenaliku dari dulu?" tanyaku.

There's Just One °°° z.mWhere stories live. Discover now