Part 1 (s)

839 19 1
                                    

Ade kaka?

"Temenan aja ga perlu mandang umur kan? Kecuali Kakak ada niatan jadiin aku pacar"


Kata orang, jodoh akan datang ketika seseorang menjadi dewasa. Aku baru berumur 16 tahun, jangankan ketemu jodoh, ketemu calon jodoh aja rasanya kapan tau. Kira-kira jodohku dijagain siapa yah...

"Boleh ikut duduk?" Tanya seseorang dengan sopan. Apa ini jodohku? Mauuu

"Eh iya, silahkan Kak," ucapku mempersilahkan.

"Tamannya indah ya?" Tanyanya. Aku jawab dengan anggukan karena emang bener, tamannya indah, kalau gak indah, gak mungkin aku sering ke sini.

"Tapi kok kamu ngelamun, ga kasian apa bunga nya dianggurin," ucapnya sok asik, sebenernya sih ganteng. Tapi kalau sok asik gini, malah jadi males.

"Hmmm," ucapku dengan gumaman saja.

"Kamu sariawan?" Tanya lelaki itu.

"Enggak," jawabku ketus.

"Sekolah di mana?" Dia sangat banyak tanya.

"SMA Bina 1," ucapku seadanya.

"Aku juga di Bina," katanya dengan pasti, aku sedikit tertarik. Karena sejujurnya tidak pernah melihatnya.

"Oh ya, kelas berapa?" Tanyaku sedikit antusias.

"Aku di SMPnya," ucapnya santai. Aku terbelalak.

"LAH." aku kaget dan reflek teriak, kemudian langsung tutup mulut. Sungguh di luar ekspektasi. Pantas saja aku tidak pernah melihatnya, ternyata masih anak SMP. sedih banget dengernya. Karena tinggi dan penampilannya seperti bukan akan SMP.

"Kenapa kaget gitu? biasa aja kali, gak pernah yah, liat cowo ganteng masih SMP?" dia menaikan satu alisnya, aku memutar bola mata kemudian memalingkan muka ke arah yang lain. Menyebalkan sekali laki-laki ini.

kami berdua terdiam sejenak, kulihat dia bangun, lalu memetik salah satu bunga yang ada di sana. kemudia dia mendekat, dan berkata.

"Temenan yuk," ujarnya sembari memberikan bunga hasil petikannya tersebut.

"Enggak," ucapku tegas.

"Kenapa?" Tanyanya bingung.

"Aku malas, temenan dengan anak di bawah umur," ujarku dengan tenang. Aku menjawab dengan jujur.

"Aneh. Sekarang lagi jaman tuh, adek kakakan gitu," ucapnya. Seperti sedang merayuku.

"Ya sudah, kamu cari saja yang lain."

"Kakak itu cantik, tapi jutek sekali." Dia terkekeh dan aku jengah dibuatnya.

"Aku pulang duluan," ucapku lalu bangun dari tempat duduk taman ini.

"Eh tunggu, nama kamu siapa?" Tanya dia, sembari menahan tanganku.

"Trey"

"Kamu gak mau tanya nama aku siapa?"

"Buat apa?"

"Karena mulai hari ini, besok dan seterusnya aku bakal jadi sahabat baru kamu," ucapnya yakin.

"Enggak. Aku gak setuju, kamu cari saja, teman yang seumuran denganmu. Dan bukan aku orangnya."

"Temenan aja ga perlu mandang umur kan? Kecuali Kakak ada niatan jadiin aku pacar."

"Gak jelas. Siapa juga yang mau itu. Terserah." Aku berusaha untuk pergi, namun tanganku masih dicekalnya.

"Mau aku antar?" Tawarnya, aku tersenyum penuh kemenangan.

"Mau dilempar sapu sama mamah aku? Silahkan!"

Secara refleks, dia mengangkat tangannya dan tanganku sudah bebas sekarang.

"Eum enggak deh, makasih" dia tersenyum, kemudian meminta nomorku,awalnya aku ragu, tapi setelah aku pikir tak apa lah kan kita hanya berteman.

Jangan lupa vote + comen ya guyss... Karena itu membuat saya semangat untuk menulis.

Salam kenal

Dari manusia yang suka makan tapi takut gendut.


Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang